JOMBANG, BANGSAONLINE.com – Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur akhirnya menyampaikan sikap tegas. Pesantren yang didirikan Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari itu tak mau terlibat polemik nasab yang selama ini melanda warga NU.
“Jadi begini ya. Tebuireng tak pernah terlibat dalam polemik tentang nasab,” kata KH Fahmi Amrullah Hadziq (Gus Fahmi), Kepala Pesantren Putri Tebuireng Jombang yang dilansir dalam Tebuireng Official, media resmi Pesantren Tebuireng yang kini beredar luas.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
“Kenapa? Pertama, membahas tentang nasab ini ndak ada manfaatnya sama sekali, khususnya bagi Tebuireng. Yang kedua, tidak penting,” tegas Gus Fahmi.
Justru yang terjadi, kata Gus Fahmi, memecah belah persatuan ummat.
“Jadi sebaiknya kita tidak melibatkan diri,” kata cucu Hadratussyaikh itu.
Baca Juga: Alasan Hadratussyaikh Tolak Anugerah Bintang Hindia Belanda, Kenapa Habib Usman Bin Yahya Menerima
Menurut Gus Fahmi, ada dua lembaga di Indonesia yang mengkhususkan diri untuk menangani bab nasab yang bersambung kepada Rasulullah.
“Pertama RA atau Rabithah Alawiyah. Yang – biasanya – anggotanya bergelar habib,” tuturnya.
Kedua, tutur Gus Fahmi, NAAT. “NAAT ini singkatan dari Naqobah Ansab Awliya' Tis'ah. Ini yang menangani dzuriyah Kanjeng Nabi dari jalur Walisongo,” jelas Gus Fahmi.
Baca Juga: Disambut Antusias Warga Blitar, Khofifah: Pekik Allahu Akbar Bung Tomo Dawuh Hadratussyaikh
Menurut Gus Fahmi, polemik nasab itu diawali dari sikap saling tidak mengakui dari kedua belah pihak.
“Dari Rabithah Alawiyah mengatakan dzuriyah Walisongo itu terputus. Kemudian dari Walisongo mengatakan Ubaidillah itu tokoh fiktif. Akhhirnya sampai menyebar dan sekarang ini melebar ke mana-mana,” kata Gus Fahmi yang juga Ketua Tanfidziyah PCNU Jombang.
“Karena itu kami dari Pesantren Tebuireng tidak melibatkan diri dalam polemik bab nasab ini, karena, saya katakan tadi, nggak ada manfaatnya sama sekali, nggak penting bagi kami. Itu saja,” tegas Gus Fahmi.
Baca Juga: Terima Dubes Jepang untuk Indonesia, Pj Gubernur Jatim Bahas Pengembangan Kerja Sama
Menurut Gus Fahmi, dalam polemik nasab ini kita harus hati-hati dan berhusnuddzon (berprasangka baik). “Karena ini, nggak ada yang benar dan nggak ada yang salah (dalam) polemik nasab ini. Menurut saya, yang salah yang mempersoalkan. Nggak ada pekerjaaan saja, sepertinya,” katanya.
Karena itu ia menegaskan bahwa apa yang disampaikan dirinya dan KH Ahmad Musta'in Syafii bukan soal nasab. Tapi murni soal sejarah.
"Jadi kita tak membahas nasab," katanya sembari mengatakan, kalau ada yang menghubungkan dengan nasab karena sekarang masalah nasab sedang viral.
Baca Juga: Silaturahmi ke Keluarga Pendiri NU, Mundjidah-Sumrambah Minta Restu
Tapi Gus Fahmi sempat merespons soal restu pendirian NU yang diklaim oleh 5 habib. Menurut Gus Fahmi, sejarah yang sudah jelas bahwa Hadratussyaikh Kiai Hasyim Asy’ari mendirikan NU atas restu Syaikhona Kholil Bangkalan dengan wasilah KH As’ad Syamsul Arifin. Bukan para habib.
Menurut Gus Fahmi, Kiai As’ad wafat tahun 1990. Kiai As’ad, tutur Gus Fahmi, sempat menceritakan tentang restu Syaikhona Kholil kepada Hadratussyaikh untuk mendirikan NU.
“Dan videonya ada. Karena beliau (Kiai As’ad) pelaku (sejarah). Itulah yang ditulis dalam buku-buku sejarah beridirinya Nahdlatul Ulama,” jalas Gus Fahmi.
Baca Juga: Ba'alawi dan Habib Luthfi Jangan Dijadikan Pengurus NU, Ini Alasan Prof Kiai Imam Ghazali
Meski demikian Gus Fahmi mempersilakan orang-orang yang mengklaim itu menyampaikan data sejarah seperti manuskrip, saksi sejarah, dokumen dan sebagainya, jika ada klaim restu para habib.
Menurut dia, sejarah itu tak bisa didasarkan kepada perasaan dan keyakinan. Tapi harus ada bukti, baik saksi sejarah, manuskrip, prasasti dan sebagainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News