PASURUAN, BANGSAONLINE.com - Rais Aam PBNU, KH. Miftachul Akhyar, merayakan sebuah momen penuh berkah, yaitu pernikahan putri kelimanya, Ning Hj. Maftuchaful Khoiriyah (atau lebih akrab disapa Ning Hj. Maftuh) dengan Assoc Prof. Dr. KH. Moch Syarif Hidayatullah, LC., CDAI.
Pernikahan yang digelar dalam rangkaian acara yang penuh makna ini tidak hanya melibatkan keluarga dekat, tetapi juga menyedot perhatian banyak tokoh agama, masyayikh, serta pejabat publik dari berbagai daerah.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Banjarmasin, Khofifah Sampaikan Pesan Persatuan dan Persaudaraan
Prosesi akad nikah pertama kali dilaksanakan pada 15 November 2024 di Pondok Pesantren Miftachussunah Surabaya, yang dikenal sebagai salah satu pesantren dengan pengaruh besar dalam dunia pendidikan Islam di Jawa Timur.
Dua hari setelahnya, pada 17 November 2024, tasyakuran pernikahan dilanjutkan di Hotel Ascent Premiere Pasuruan, tempat yang dipilih untuk merayakan kebahagiaan pasangan baru ini dengan lebih santai dan penuh keakraban. Sebagai bagian dari rangkaian pernikahan, acara serupa juga direncanakan untuk digelar di Jakarta pada akhir November 2024.
Kehadiran tokoh-tokoh dalam pernikahan Ning Hj. Maftuh dan KH. Syarif Hidayatullah menarik perhatian banyak kalangan. Beberapa ulama dan tokoh terkemuka turut hadir, baik secara langsung maupun melalui media daring.
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asy'ari di Pekanbaru, Khofifah: Teladan Kepemimpinan dalam Keberagaman
Beberapa nama besar yang hadir dalam prosesi akad nikah dan tasyakuran adalah KH. Abdul Qoyyum (Gus Qoyyum), pengasuh Pondok Pesantren An-Nur Lasem Rembang, yang bergabung secara online dari Madinah Al Munawarah.
Selain itu, tampak hadir juga tokoh-tokoh besar lainnya seperti KH. Masduqi Abdul Ghoni, KH. Murtadho Abdul Ghoni serta Gus Kikin (KH. Abdul Hakim Mahfudz), Ketua PWNU Jatim, KH. Moh Zuhri Zaini (Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Jadid), KH. Tajul Mafakhir (Putra Kiai Utsman Al Ishaqi), Habib Achmad Bin Edrus Alhabsyi (A’wan PBNU & Wakil Rois Syuriah PWNU Jatim 2024).
Kehadiran mereka menunjukkan betapa besar dukungan yang diterima oleh pasangan pengantin baru ini dari dunia pesantren dan komunitas NU.
Baca Juga: Tegaskan Tetap Banom NU, Pengurus Cabang Jatman Tuban Dukung Penuh Kongres XIII Pusat di Boyolali
Tokoh publik lainnya yang turut serta antara lain Ustadz Suhendi (Sekretaris Umum Pimpinan Pusat ADDAI), H. Adi Wibowo (Calon Wali Kota Pasuruan) serta KH. Abdulloh Shodiq (Ketua MUI Kota Pasuruan).
"Kehadiran para ulama dan tokoh pejabat publik tersebut menambah kemeriahan dan menandakan pentingnya pernikahan ini dalam konteks sosial dan keagamaan," ujar Gus Shohibul Hujjah, adik kandung Prof Kiai Syarif.
Assoc Prof. Dr. KH. Moch Syarif Hidayatullah, LC., CDAI, adalah seorang ulama dan intelektual yang sangat dihormati. Putra pertama dari almarhum KH. Madiyani Iskandar dan Nyai Hj. Suaibah Shihab ini lahir di Pasuruan pada 29 Desember 1979.
Baca Juga: Kang Irwan Dukung Mbah Kholil, Kiai Bisri dan Gus Dur Ditetapkan jadi Pahlawan Nasional
Selain dikenal sebagai seorang dai, KH. Syarif juga memiliki latar belakang pendidikan yang mengesankan. Ia menempuh pendidikan S1 di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), kemudian melanjutkan studi S2 dan S3 di Universitas Indonesia, sebelum akhirnya mendapatkan fellowship di sejumlah universitas ternama di luar negeri, seperti Marmara University di Istanbul, Turki, dan Universitas Umm al-Qura di Mekkah, Arab Saudi.
KH. Syarif juga aktif dalam berbagai kegiatan dakwah internasional, termasuk di Perancis, Jepang, Hongkong, Macau, Australia, New Zealand, Spanyol dan Yunani. Pengalamannya yang luas dalam berdakwah di mancanegara membuatnya dikenal sebagai seorang dai global yang memiliki daya tarik di kalangan berbagai kalangan, mulai dari kalangan muda, profesional hingga kaum perempuan.
Sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Asosiasi Dai-Daiyah Indonesia (ADDAI), KH. Syarif terus mengembangkan jaringan dakwahnya. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi tim ahli di Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), mengingat kiprahnya dalam menyebarkan pesan perdamaian dan toleransi antar umat beragama.
Baca Juga: Khofifah Undang Menkop Jadi Narasumber Kongres VIII Muslimat NU di Surabaya
"Pernikahan ini bukan hanya soal ikatan antara dua keluarga, tetapi juga mempertemukan dua sosok yang dikenal memiliki peran penting dalam dunia keagamaan dan intelektual," terang Gus Shohib yang juga Ketua Majelis Alumni IPNU Kota Pasuruan.
Dalam dunia penulisan, KH. Syarif Hidayatullah juga tidak kalah produktif. Ia telah menerbitkan lebih dari 50 buku yang tersebar di berbagai penerbit ternama seperti Gramedia, Mizan, Serambi dan Erlangga. Karya-karya tulisannya banyak yang juga diterbitkan di luar negeri, memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran Islam kontemporer.
Beberapa penghargaan yang pernah diraihnya antara lain Nominator peraih Desertasi Terbaik Mizan 2013, Dai Inspiratif Dompet Dhuafa (2018), dan Penerima Satyalencana Karya Satya (2015), penghargaan dari Pemerintah Indonesia untuk jasa-jasanya dalam pengabdian kepada masyarakat.
Baca Juga: Bakal Gelar Kongres Ke-18, Khofifah Bersama PP Muslimat NU Silaturahmi dengan Menag RI Nasaruddin
Tidak hanya dari sisi agama dan pendidikan, pernikahan Ning Hj. Maftuh dan KH. Syarif Hidayatullah juga dipandang sebagai simbol dari kesinambungan tradisi luhur dalam keluarga besar PBNU. KH. Miftachul Akhyar, sebagai Rais Aam PBNU, tentu memiliki pertimbangan matang dalam memberikan restu kepada menantunya.
Beliau menyadari betul bahwa KH. Syarif Hidayatullah bukanlah orang sembarangan. Selain memiliki latar belakang pendidikan yang luar biasa, KH. Syarif juga dikenal sebagai sosok yang berintegritas, penuh dedikasi, dan telah banyak memberikan kontribusi positif dalam dunia dakwah dan pendidikan.
"Pernikahan ini diharapkan dapat mempererat hubungan antar keluarga besar NU dan memberikan kontribusi positif bagi dakwah Islam yang lebih inklusif dan ramah terhadap kemajuan zaman," pungkas Gus Shohib yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Ikatan Jurnalis Nahdliyin Nusantara (IJNU) tersebut. (afa)
Baca Juga: Bedah Buku KH Hasyim Asyari: Pemersatu Umat Islam Indonesia, Khofifah: Dahysat Secara Substansi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News