Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai

Alasan PDIP Pecat Jokowi dan Kelucuan Pidato Gibran Para-Para Kiai Jokowi dan Gibran Rakabuming Raka. Foto: Antara

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akhirnya secara resmi memecat Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution dari keanggotaan PDIP. Alasannya cukup banyak. Diantaranya karena Jokowi dianggap merusak demokrasi dan melakukan intervensi ke Mahkamah Konstitusi (MK) untuk kepentingan keluarganya. PDIP juga menganggap Jokowi telah mencederai kepercayaan rakyat terhadap partai.

Jokowi memang termasuk presiden yang berani mengabaikan etika atau kepatutan politik dan sosial. Sepanjang sejarah Indonesia belum pernah ada presiden yang tanpa malu-malu mengajukan anaknya sebagai calon wakil presiden.

Baca Juga: Sidang Restitusi, Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Tuntut Rp17,5 M dan Tagih Janji Presiden

Bahkan Jokowi tidak hanya menempatkan anaknya sebagai wapres tapi juga “membiarkan” menantunya, Bobby Nasution, sebagai kepala daerah.

Soeharto, presiden Indonesia kedua, yang dianggap otoriter dan berkuasa 32 tahun masih punya rasa ewuh pekewuh untuk mengangkat anaknya sebagai pejabat. Ia baru menjelang lengser menempatkan putri sulungnya, Tutut Hardiyanti Rukmana, sebagai menteri sosial.

Pertanyaannya, pasca dipecat PDIP, Jokowi akan berlabuh ke partai mana. Idealnya, sebagai mantan presiden, Jokowi mandeg mandhito. Sebab presiden adalah jabatan tertinggi dalam suatu negara. Sangat tak pantas dan tak bijak seorang mantan presiden masih terus cawe-cawe politik. Sebab selain dianggap berperangai haus kekuasaan juga secara etika politik sangat tak elok.

Baca Juga: Heboh Rekaman Mirip Suara Jokowi Minta Cagub Jateng Ahmad Luthfi Diganti Kaesang

Tapi Jokowi memang sangat beda dengan presiden-presiden Indonesia sebelumnya yang dikenal bijak dan tahu diri. Jika presiden-presiden sebelumnya begitu lengser lebih banyak tafakkur dan ibadah serta aktif dalam kegiatan sosial dan keagamaan, Jokowi justru sibuk kesana-kemari cawe-cawe politik.

Prilaku politik Jokowi itu tampaknya tak lepas dari posisi anaknya, Gibran, yang kini menjabat wakil presiden. Informasi yang beredar, Jokowi memproyeksikan Gibran sebagai calon presiden pada 2029. Jokowi masih percaya diri untuk mendorong Gibran sebagai capres pada 2029. Padahal sekarang saja Gibran sebagai wakil presiden sudah menjadi bahan tertawan masyarakat, terutama karena kapasitasnya yang tak memenuhi kelayakan.

Bahkan pidato saja Gibran tak bisa. Kasus terbaru saat putra sulung Jokowi itu pidato di acara Fatayat NU. Ia sama sekali tak paham Bahasa Indonesia, terutama dalam menggunakan kata para yang berarti jamak atau orang banyak.

Baca Juga: Rocky Gerung Ajak Pemuda di Surabaya Kritis Memilih Pemimpin

"Yang saya hormati, tokoh-tokoh, para-para tokoh agama, para-para kiai, para-para ibu nyai, yang hadir pada pagi hari ini..." ujar Gibran.

Pidato Gibran itu sangat menggelikan. Banyak netizen yang berkomentar bahwa Gibran sangat memalukan.

JOKOWI BAKAL BERGABUNG DENGAN PARTAI APA

Baca Juga: Dukung Swasembada Pangan, Menteri ATR/BPN: Butuh Tata Kelola Pertanahan yang Baik

Sebagai mantan presiden, tentu Jokowi berpikir panjang untuk masuk partai lain, setelah dipecat PDIP. Apalagi di internal parpol lain belum tentu semua pengurus menerima, terutama jika melihat track record Jokowi di PDIP.

Yang paling memungkinan bagi Jokowi adalah mendirikan partai baru. Misalnya partai Projo. Yang sampai saat ini kongresnya molor terus. Atau menggantikan Kaesang, anaknya, jadi Ketum PSI. Bukankah pada Pemilu lalu Jokowi all out mendukung PSI? Sampai narasi dukungannya dipasang di videotron-videotron di beberapa perempatan jalan.

Hanya saja masalahnya reputasi dan pengaruh Jokowi sangat anjlok pasca lengser dari presiden. Hasil beberapa lembaga survei menunjukkan pengaruh Jokowi dalam Pilkada Jakarta hanya 16 %. Jauh di bawah Anies Baswedan yang mencapai 40 %.

Baca Juga: Vinanda-Gus Qowim dapat Pesan Peningkatan Industri Pariwisata dari Jokowi

Memang di beberapa daerah paslon yang didukung Jokowi menang. Tapi kemenangan itu tak identik faktor Jokowi. Melainkan karena faktor Presiden Prabowo Subianto, disamping juga diduga karena faktor aparat.

Faktanya, saat Pilkada kemarin banyak sekali paslon kepala daerah yang acara kampanyenya tak ingin dihadiri Jokowi, Gibran dan Kaesang. Terutama karena dianggap berpotensi mengurangi suara.

Yang lucu, banyak sekali banner calon kepala daerah yang ada gambar Jokowi, Gibran dan Kaesang, tiba-tiba diturunkan oleh tim sukses paslonnya sendiri karena dianggap menggerus suara.

Baca Juga: Warisan Buruk Jokowi Berpotensi Berlanjut, Greenpeace Lantang Ajak Masyarakat Awasi Prabowo-Gibran

"Saya sudah terlanjur cetak 100 banner ada gambarnya pak Jokowi. Tapi saya turunkan," kata seorang keluarga calon kepala daerah.

Di Pilbup Mojokerto Kaesang sempat kampanye untuk Ikfina Fahmawati, calon bupati Mojokerto incumbent. Lewat video. Tapi Ikfina malah kalah.

Seorang calon kepala daerah bahkan sempat marah2 karena tiba-tiba Kaesang hadir dalam kampanye akbarnya. Apalagi ia tak merasa mengundang.

Baca Juga: Di Banyuwangi, Khofifah Ucapkan Selamat untuk Prabowo dan Gibran

Saya tak tahu apakah realitas politik ini sudah dipahami oleh Jokowi. Jika tidak, tentu sangat bahaya bagi Jokowi. Karena dia masih akan percaya diri. Padahal rakyat sudah mau muntah!

Kata orang Jawa: setiap masa ada orangnya. Setiap orang ada masanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Presiden Jokowi Unboxing Sirkuit Mandalika, Ini Motor yang Dipakai':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO