Mengapa Gus Dur Produktif dan Suka Humor

Mengapa Gus Dur Produktif dan Suka Humor M. Mas'ud Adnan. Foto: bangsaonline

Oleh: M. Mas’ud Adnan

Pada 2 Agustus 2024 saya dapat pesan WA dari Mas Rofiq, Redaktur Majalah Tebuireng. Saya diminta menulis di Majalah Terbuireng.  Untuk edisi 94 pada 2024 lalu. Itu edisi khusus.Temanya tentang .

Baca Juga: Takut PKB Bubar, Khofifah Bakar Surat Pengunduran Diri Gus Dur

Saya kebagian teman ringan.Yaitu Mengapa terkenal banyak humor dan santai.

Majalah Tebuireng adalah majalah resmi Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur.

Nah, tulisan yang dimuat di Majalah Tebuireng itu saya persembahkan juga untuk pembaca BANGSAONLINE. Selamat membaca.

Baca Juga: Gus Dur Ucapkan Selamat Natal, Rocky Gerung Jawab: Saya Gak Serius Beragama

Ada dua faktor kenapa suka humor. Pertama, adalah tokoh produk pesantren. Di pesantren humor tumbuh subur. Maklum, tiap hari para santri berkumpul, bercengkerama, dan belajar bersama. Bahkan tidur bersama. Dalam satu kamar.

Sehingga selalu muncul celetukan, anekdot atau humor. Secara spontan.

"Di pesantren, humor jadi makanan sehari-hari. Dengan lelucon, kita bisa sejenak melupakan maslah hidup. Dengan humor juga pikiran kita akan sehat," kata dalam buku Menertawakan NU yang naskahnya dikumpulkan oleh Islahuddin.

Baca Juga: Puisi Prof Dr 'Abd Al Haris: Pimpin dengan Singkat, Gus Dur Presiden Penuh Berkat

Bagi santri yang cerdas – terutama punya daya ingat kuat - humor-humor spontan itu akan menjadi koleksi dalam memori. Sehingga suatu saat kita butuh penyegar suasana – termasuk forum diskusi - koleksi humor itu muncul spontan dan seketika. Setidaknya itulah yang saya amati pada Gus Dur.

Presiden ke-4 Republik Indonesia itu selalu menyelingi lelucon atau joke-joke segar dalam setiap forum. Termasuk forum resmi sekalipun. Dan itu hanya bisa dilakukan oleh tokoh yang punya daya ingat kuat dan perbendaharaan humor yang luar biasa banyak.

Baca Juga: Hadiri Haul Ke-15 di Ciganjur, Khofifah Kenang Sosok Gus Dur Sebagai Pejuang Kemanusiaan

Majalah Tebuireng edisi 94 - 2024

Faktor kedua, tempat studi . Putra KH Abdul Wahid Hasyim, salah satu tokoh pendiri Republik Indonesia itu, pernah belajar di Baghdad, Irak. Nah, di negeri 1001malam itu ada tokoh legendaris. Abu nawas atau Abu Nuwas.

Abu Nuwas adalah pujangga atau penyair besar. Nama lengkapnya Al Hasan bin Hani al-Hakami. Ia dikenal sebagai tokoh atau penyair sangat kritis, cerdas sekaligus lucu. Otomatis sangat kontroversial. Persis Gus Dur.

Baca Juga: Grand Launching Majelis Istighotsah Ikapete, Gus Fahmi Ajak Lestarikan Peninggalan Mbah Hasyim

Abu Nuwas hidup pada masa pemerintahan Khalifah Abbasiyah. Raja Harun Al Rasyid.

Abu Nawas juga populer sebagai penyair produktif. Ia mencipta ribuan syair kontemplatif dan inspiratif. Sekaligus religius dan sufistik. hafal 2.000 bait syair karya Abu Nawas.

Salah satu syair karya Abu Nawas yang sangat disukai adalah bait syair Al I'tiraf. Syair ini mengandung ketawadlu’an sekaligus kecerdikan sufistik luar biasa. Saya kira semua orang pesantren sudah hafal syair cerdas ini:

Baca Juga: Tak Ada Data, Keluarga Kiai Besari Minta Gus Miftah Tak Ngaku-Ngaku Keturunan Kiai Besari

إِلٰـهِي لََسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً- وَلاَ أَقْوٰى عَلَى نَارِ الْجَحِيْم

Ilaahii lastu lil firdausi ahlaan wa laa aqwaa 'alaa naaril jahiimi

فَهَبْ لِي تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبِي - فَإنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ الْعَظِيْمِ

Baca Juga: Kang Irwan Dukung Mbah Kholil, Kiai Bisri dan Gus Dur Ditetapkan jadi Pahlawan Nasional

Fa hablii taubatan waghfir zunuubii fa innaka ghaafirudzdzambil 'azhiimi

Artinya: 

Tuhanku, aku tidak layak memasuki surga Firdaus

Baca Juga: Sowan ke Tokoh Agama GKJW di Balewiyata Malang, Khofifah Napak Tilas Perjuangan Gus Dur

Tapi aku tak mampu menahan siksa api neraka

Sehingga, terimalah tobatku dan ampunilah dosa-dosaku

Sesungguhnya Engkaulah pengampun dosa-dosa besar

Nah, sangat menyukai syair karya Abu Nawas itu. Sedemikian sukanya sampai selalu melantunkan syair tersebut. Baik pada masa senggang – seperti dalam mobil – maupun saat ceramah di depan publik.

Tentu masih banyak faktor lain kenapa suka humor. Tapi menurut saya bukan hanya suka humor tapi juga produktif memproduksi humor atau anekdot. Dan itu – sekali lagi – karena memiliki daya ingat luar biasa.

Faktanya kita sendiri sering mendengarkan humor, anekdot, lelucon, tapi gampang lupa. Bahkan hanya dalam hitungan jam kita sudah lupa. Kalau toh ingat kita juga tak bisa menirukan narasi secara persis sehingga kelucuannya pun hilang. Atau berkurang.

sebaliknya. Selain cerdas dan punya ingatan kuat juga bisa mengkreasi humor. Tak aneh, jika sangat produktif melahirkan humor atau anekdot.

Meski demikian tetap kalah dengan orang Madura. Tak percaya? Silakan baca buku saya berjudul: Anekdot-Anekdot Cerdas KH Abdurrahman Wahid, Hanya Kalah dengan Orang Madura.

M. Mas’ud Adnan, alumnus Pesantren Tebuireng dan Pascasarjana Unair, kini CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE serta penulis sejumlah buku NU dan .

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Semua Agama Sama? Ini Kata Gus Dur':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO