Rais Akbar PBNU Hadratussyaikh Ditangkap, Kiai Yusuf Hasyim Usia 12 Tahun, Apa yang Dilakukan

Rais Akbar PBNU Hadratussyaikh Ditangkap, Kiai Yusuf Hasyim Usia 12 Tahun, Apa yang Dilakukan Prof Usep Abdul Matin, MA (Leiden), MA (Duke), Ph.D. Foto: MMA/bangsaonline

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Prof Usep Abdul Matin, MA (Leiden), MA (Duke), Ph.D mengungkapkan bahwa pada 8 April 1947 Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari ditangkap oleh tentara Jepang. Hadratussyaikh adalah pendiri dan pengasuh Pesantren Tebuireng Jombang dan juga Rais Akbar Syuriah Pengurus Besar Nadhaltul Ulama (PBNU). Saat itu KH Muhammad Yusuf Hasyim (Pak Ud) masih remaja, tepatnya berusia 12 tahun, 7 bulan. Dibawah ini serial kedua tulisan M. Mas’ud Adnan, wartawan BANGSAONLINE, yang meliput acara tersebut.

Hebatnya, meski masih berusia muda belia, Kiai Yusuf Hasyim sudah melakukan langkah-langkah besar. Kiai Yusuf Hasyim mendatangi para kiai untuk menginformasikan peristiwa penangkapan abahnya (Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari) yang dianggap sangat krusial bagi para pejuang kemerdekaan, terutama umat Islam. Sebab Hadratussyaikh adalah pemimpin besar umat Islam yang menjadi simbol sekaligus sentral perjuangan kemerdekaan RI.

“KH Yusuf Hasyim menyampaikan berita ini kepada para kiai di Jawa tentang dua hal,” ujar Prof Usep Abdul Matin dalam acara istighotsah dan seminar pengusulan KH Muhammad Yusuf Hasyim sebagai pahlawan nasional di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Jalan Siwalankerto Surabaya, Rabu (28/5/2025) malam.

Pertama, tutur Prof Usep, Kiai Yusuf Hasyim menyampaikan bahwa Jepang telah menangkap ayahnya (KH Muhammad Hasyim Asy’ari) pada tanggal 8 April 1942 di Jombang Jawa Timur.

“Kedua, penangkapan ini mengancam persatuan umat Islam, yang sedang memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, karena posisi ayahnya ketika itu adalah Pemimpin Besar (Rais Akbar) NU,” kata Prof Usep yang Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) Jakarta.

KH Muhammad Yusuf Hasyim. Foto: Dok. Pesantren Tebuireng

Menurut Prof Usep, peristiwa itu terjadi pada masa keprintisan Pak Ud sebagai pejuang kemerdekaan. “Pak Ud mengabarkan berita penangkapan Hadratussyaikh itu kepada kiai-kiai, dari Jombang Jawa Timur, Jawa Tengah, hingga Cirebon (Jawa Barat). Pak Ud meyakinkan para kiai di Jawa bahwa penangkapan tersebut mengancam persatuan umat Islam yang sedang memperjuangkan kemerdekaan. Dan Pak Ud saat itu berusia 12 tahun, 7 bulan,” tegasnya.

Untuk misi tersebut, menurut Prof Usep, Pak Ud pergi ke Jawa Tengah dan Jawa Barat tidak lewat jalan raya karena sangat rawan bagi keaamaan Pak Ud sendiri.

“Karena itu beliau mengambil jalan ke pelosok desa. Beliau menyusuri jalan persawahan, blukar dan semak. Ketika itu Kiai Yusuf Hasyim juga mengambil jalan perkebunan tebu untuk bersembunyi. Dan keluar dari persembunyian itu ketika beliau merasa cukup aman,” kata Prof Usep sangat detail.

Kiai Yusuf Hasyim kemudian naik dokar ke stasiun kereta api. “Dari situ, beliau kemudian naik kereta api ke Solo. Setelah beberapa hari, Kiai Yusuf Hasyim melanjutkan perjalan ke Yogyakarta menuju Purwokerto Jawa Tengah,” tulis Prof Usep dalam buku Profil Calon Pahlawan Nasional Kiai Haji (KH) Muhammad Yusuf Hasyim (1929-2007) yang akan dipresentasikan di TP2GP.

Dari Purwokerto Pak Ud naik kendaraan umum ke Pemalang Jawa Tengah. Kemudian melanjutkan melanjutkan perjalanan ke Pekalongan Jawa tengah.

Disana beliau tinggal di kediaman Kiai Muhamamd Ilyas (kakak sepupunya, yang pernah menjadi menteri agama RI pada masa Presiden Soekarno).

“Ketika Pak Ud tiba di Cirebon, beliau memberitahukan penangkapan ayahnya kepada para kiai di Cirebon,” tulis Prof Usep. (M.Mas’ud Adnan/bersambung)