BANGSAONLINE.com - Bagi warga Jawa Timur, pasti tidak asing ketika mendengar nama Gunung Kawi. Karena gunung yang terletak di antara Blitar dan Malang ini, sudah dikenal luas oleh masyarakat sebagai gunung yang sering digunakan sebagai pesugihan.
Kisah ini merupakan pengalaman pribadi wartawan BANGSAONLINE.com saat melakukan pendakian bersama teman kuliah yang bernama Syarifuddin, atau lebih dikenal dengan panggilan Gedebok.
Baca Juga: Kisah Mistis Gunung Kawi, Mitos atau Fakta? (2)
Pendakian yang kami lakukan bukan bermaksud untuk menguji seberapa mistis Gunung Kawi. Akan tetapi, hanya untuk menjalankan hobi, sebagai alumni mahasiswa universitas di Surabaya yang pernah mengikuti unit kegiatan mahasiswa (UKM) pecinta alam.
Saat itu, pendakian kami laksanakan pada bulan September 2022 melalui via Precet, Malang. Hanya dua orang, saya dan Gedebok, dengan menggunakan motor teman saya, Honda Astrea yang belum pernah di-tune up selama 3 tahun.
Sudah pasti perjalanan berangkat tidak mulus, mengingat Malang merupakan kabupaten dataran tinggi. Beberapa kali saya harus turun untuk mendorong motor agar dapat melaju di tanjakan.
Baca Juga: Tak Kunjung Tuntas, FMPN Blitar Unjuk Rasa Desak APH Usut Surat Palsu KPK
Selain itu, akses menuju via Precet belum sebaik sekarang, karena kondisi jalan dipenuhi dengan lubang dan didominasi jalan makadam.
Dan yang terpenting, kami juga tidak melupakan tradisi kesasar, karena perjalanan kami hanya bermodalkan aplikasi maps di smartphone.
Tapi usaha tidak menghianati hasil, pada akhirnya kami sampai di pos perizinan Kawi via Precet, dengan bercucuran keringat.
Baca Juga: Bupati Sanusi Sapa Para Pekerja Dua Pabrik Rokok di Malang
Ketika sampai, memang suasananya berbeda dengan gunung pada umumnya, karena gunung ini sangat sepi.
Namun hal yang mengejutkan adalah, ternyata fasilitas gunung ini lebih modern daripada gunung yang lain. Karena peta pendakiannya bukan berupa kertas fotocopy, melainkan dari aplikasi smartphone yang tersedia di Play Store.
Saya lupa, apa nama aplikasi itu, yang jelas, aplikasi tersebut mampu berjalan mengikuti pendaki tanpa menggunakan data seluler.
Baca Juga: Projo Deklarasikan Dukungan ke Paslon GUS di Pilbup Malang
Pendakian Dimulai!
Setelah istirahat sebentar, membayar simaksi, dan menata ulang perbekalan, kami memulai pendakian di gunung yang kata orang-orang sangat mistis dan digunakan sebagai tempat pesugihan.
Ternyata, gunung ini diluar dugaan saya!
Baca Juga: Bupati Blitar Ajak Muslimat Sinergi Turunkan Angka Stunting, AKI dan ATS
Sepanjang jalur di gunung ini terasa empuk, kenapa? Karena saking jarangnya pendaki berkunjung ke sini, sehingga daun yang berguguran menumpuk di sepanjang jalur yang menjadikan terasa empuk saat di injak. Benar, saking jarangnya dilalui orang!
Jalur yang panjang mengharuskan kami membuka tenda di tengah perjalanan, tepatnya di pos 3, tempat yang pernah digunakan oleh Dzawin Nur, seorang pelawak atau stand up comedian Indonesia yang pernah melakukan pendakian di Gunung Kawi.
Baca Juga: Menteri LHK Beri Kabupaten Blitar Penghargaan Pembinaan PROKLIM
Bagaimana situasi saat bermalam di tempat yang angker itu? Apa yang terjadi pada kami? Apakah kami mampu melanjutkan perjalanan di keesokan harinya?
Pantau terus BANGSAONLINE.com untuk mendapatkan update kelanjutannya. Karena, gunung ini memiliki petilasan dan lebih ekstrem dari yang saya duga! Bersambung. (msn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News