Tafsir Al-Anbiya' 81-82: Angin, Pesawat Pribadi Nabi Sulaiman, Pesan untuk Dunia Transportasi Udara

Tafsir Al-Anbiya Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Mukjizat Nabi Daud A.S.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Anbiya': 41-43. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

81. Wa lisulaimānar-rīḥa ‘āṣifatan tajrī bi'amrihī ilal-arḍil-latī bāraknā fīhā, wa kunnā bikulli syai'in ‘ālimīn(a).

(Kami menundukkan) pula untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami beri berkah padanya. Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Inggris, Negara Islam Masa Depan

82. Wa minasy-syayāṭīna may yagūṣūna lahū wa ya‘malūna ‘amalan dūna żālik(a), wa kunnā lahum ḥāfiẓīn(a).

(Kami tundukkan pula kepada Sulaiman) segolongan setan yang menyelam (ke dalam laut) untuknya dan mengerjakan pekerjaan selain itu. Kamilah yang memelihara mereka itu.


TAFSIR AKTUAL

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Gunung-Gunung Ikut Bertasbih

Setelah berkisah tentang ayahnya, yaitu Daud A.S. dengan segala kelebihannya, kini Tuhan berkisah perihal anaknya, yakni Sulaiman A.S. Dua ayat di atas bertutur tentang kelebihan beliau, yakni: diberi kendaraan angkasa berupa angin khusus (‘ashifah) yang bisa dimanfaatkan untuk menempuh jarak secara cepat dan dianugerahi pegawai dan berbagai pembantu yang tak terlihat, yakni kawanan .

“Wa li Sulaiman al-rih..”. Angin sebagai pewasat pribadi nabi Sulaiman yang sangat aneh dan misterius. Tidak terlihat apa bentuknya dan tidak diketahui di mana parkirnya. Meskipun demikian, jika nabi Sulaiman hendak bepergian jauh -misalnya- maka tinggal panggil menggelar permadani khusus dan beliau duduk manis di atasnya.

Setelah persiapan matang, kayaknya tidak ada sabuk pengamannya, baru menghubungi angin agar segera datang dan menerbangkan ke tujuan yang beliau kehendaki. Dengan lembut, angin itu mengangkat permadani tersebut pada ketinggian yang ideal, lalu wuusss.. terbang dengan kecepatan sesuai kehendak beliau menuju lokasi tujuan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Nabi Daud Melahirkan Generasi Lebih Hebat, Bukan Memaksakan Jabatan

Pesawat udara milik nabi Sulaiman A.S. ini tidak pernah error dan bisa terbang dengan cepat dan sangat aman. Meski tanpa radar dan tower pemantau, tapi pasti mendarat dengan sempurna dan tepat di titik yang dikehendaki.

Tidak pula menimbulkan poplusi karena tidak ada bahan bakar yang dibutuhkan. Tidak juga butuh landasan pacu secara khusus karena bisa terbang dan mendarat secara sempurna.

Saat dunia masih dalam lelap keterbatasan, sesuangguhnya ayat ini, setidaknya menginformasikan kepada dunia, bahwa angkasa merupakan media transportasi yang bagus dan modern. Tentu saja membutuhkan ilmu dan tehnologi yang memadai. Al-qur’an menggiring umat manusia lepas dari gravitasi bumi dan bisa nikmat menjelajah dunia dengan waktu yang singkat.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: 70 Persen Hakim Masuk Neraka

Ternyata, hari ini negera-negara maju telah berebut mengkavling ruang angkasa dan berlomba menguasai di sana. Drone buatan Rusia yang bisa terbang tinggi di atas dua puluh kilometer di atas permukaan laut sangat menjengkelkan negara rivalnya. Hal itu karena drone tersebut mampu mendeteksi data militer negera lain secara detail dan sulit diganggu.

Sesungguhnya ayat kaji di atas bicara masa lampau era nabi Sulaiman A.S., sang penjelajah angkasa yang kemudian diperbarui pada era Rasulullah SAW dengan kendaraan Buraq yang jauh lebih cepat dan lebih spektakuler ketimbang pesawat nabi Sulaiman A.S.

Rih ‘ashifah, angin, dengan daya dorong super hebat, saat itu sudah sangat mengagumkan dan itu masuk rana mukjizat. Akan tetapi tidak ada apa-apanya dibanding pesawat Buraq yang terbang jauh keluar dari orbit bumi, menembus tujuh langit menerobos sidrah al-muntaha lepas dengan jarak yang tak terhingga. Sementara “ashifah” milik nabi Sulaiman hanya terbang di seputar jazirah arab saja.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

ila al-ardl allati barakna fiha”. Apa hubungan antara keberkahan (barakna) pada ayat ini dengan ‘ashifah, pesawat udara nabi Sulaiman?

Pertama, instruksi serius dari Tuhan, bahwa seharusnya umat islam, sang pembaca kitab suci tersebut harusnya lebih dahulu memanfaatkan informasi itu dan sekaligus menjadi pelopor kemajuan dalam dunia transportasi udara.

Kedua, bahwa penguasaan terhadap ruang angkasa secara sungguhan sungguh berkah dan mendapat banyak keuntungan. Dan itu terbukti, bahwa yang menguasai ruang angkasa mesti menguasai dunia, seperti terpapar pada uraian di atas.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Pada bisnis transportasi udara, umumnya meraup keuntungan lebih besar ketimbang transportasi darat.

Wa kunna bi kull syai’ ‘alimin”. Semua dalam pengawasan Tuhan, Dzat yang maha mengetahui, Dzat maha berilmu. Di sini Tuhan hadir dengan sifat ilmu-Nya yang maha monitoring.

Itu artinya, proses menuju temuan yang berobyek pada ruang angkasa tidaklah semudah teknologi yang pada obyek di bumi, baik di darat maupun di laut. Di angkasa, selain kemampuan mengangkat beban, juga kemampuan terbang.

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Makanya, sangat dibutuhkan ilmu dan penelitian lebih mendalam. Dibutuhkan percobaan-percobaan hingga hasilnya mantap dan meyakinkan. Hal demikian mengingat risikonya berbeda. Jika terjadi error di transportasi darat, masih ada harapan sekian persen selamat. Tetapi kesalahan pada teknologi dirgantara, risikonya... Wassalam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO