BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Perolehan dana bagi hasil (DBH) migas Kabupaten Bojonegoro, yang ditetapkan sebesar Rp812,7 miliar pada tahun 2015 ini turun menjadi Rp477 miliar. Itu disebabkan mundurnya puncak produksi migas di Lapangan Banyu Urip Blok Cepu.
Dengan penurunan DBH Migas, Pemkab Bojonegoro mengurangi alokasi anggaran yang sudah tertuang di dalam APBD Perubahan 2015 sebesar Rp241,3 miliar.
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
"Hasil rapat paripurna banyak anggaran yang harus disesuaikan dengan program," ujar Bupati Bojonegoro, Suyoto, Rabu (30/9).
Dia mengatakan, untuk produksi minyak mentah tahun ini hanya terealisasi 33.792.120 barel. "Padahal, produksi minyak siap jual semula ditetapkan sebesar 45.407.770 barel," ujarnya.
Penyebab terjadinya penurunan produksi minyak bumi adalah mundurnya puncak produksi Blok Cepu sebesar 165 ribu barel per hari yang tidak bisa terealisasi pada September ini. "Ada kemunduran puncak produksi migas Blok Cepu hingga November mendatang," tambahnya.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
Saat ini produksi migas di Lapangan Banyu Urip Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) sekitar 80 ribu barel per hari. Selain itu, terjadinya penurunan produksi di lapangan sumur minyak Sukowati yang dioperatori oleh Joint Operating Body Pertamina Petrochina East Java (JOB P-PEJ) yang hanya 19.000 barel per hari. "Apalagi harga minyak mentah hanya US$40 sampai US$ 50 perbarel," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News