Tafsir Al-Hajj 1-2: Adzab Tuhan Terlalu Pedih

Tafsir Al-Hajj 1-2: Adzab Tuhan Terlalu Pedih Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i.

Oleh: Dr. KH. Ahmad Musta'in Syafi'ie

Rubrik Tafsir Al-Quran Aktual ini diasuh oleh pakar tafsir Dr. KH. A. Musta'in Syafi'i, Mudir Madrasatul Qur'an Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur. Kiai Musta'in selain dikenal sebagai mufassir mumpuni juga Ulama Hafidz (hafal al-Quran 30 juz). Kiai yang selalu berpenampilan santai ini juga Ketua Dewan Masyayikh Pesantren Tebuireng.

Tafsir ini ditulis secara khusus untuk pembaca HARIAN BANGSA, surat kabar yang berkantor pusat di Jl Cipta Menanggal I nomor 35 Surabaya. Tafsir ini terbit tiap hari, kecuali Ahad. Kali ini Kiai Musta’in menafsiri Surat Al-Hajj': 1-2. Selamat mengaji serial tafsir yang banyak diminati pembaca.

1. Yā ayyuhan-nāsuttaqū rabbakum, inna zalzalatas-sā‘ati syai'un ‘aẓīm(un).

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu. Sesungguhnya guncangan hari Kiamat itu adalah sesuatu yang sangat besar.

2. Yauma taraunahā tażhalu kullu murḍi‘atin ‘ammā arḍa‘at wa taḍa‘u kullu żāti ḥamlin ḥamlahā wa taran-nāsa sukārā wa mā hum bisukārā wa lākinna ‘ażāballāhi syadīd(un).

Pada hari kamu melihatnya (guncangan itu), semua perempuan yang menyusui melupakan anak yang disusuinya, setiap perempuan yang hamil akan keguguran kandungannya dan kamu melihat manusia mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk. Akan tetapi, azab Allah itu sangat keras.


TAFSIR

“... Wa lakin adzab Allah syadid”. Penutup ayat ini sungguh memilukan, di mana dikatakan bahwa siksa Tuhan teramat pedih. Sesungghnya ini sekadar menyelaraskan dengan isi pesan sebelumnya yang mengatakan guncangan kiamat itu super dahsyat yang membuat wanita menyusui berubah menjadi linglung, yang hamil mendadak keguguran, dan manusia podo teler, padahal waras-waras saja.

Ketika Alqur’an mendeskripsikan huru-hara dan kekacauan kondisi dunia saat itu, di kalangan ilmuwan muncul pertanyaan: apakah kondisi saat itu masih kondisi dunia atau sudah masuk era kiamat, akhirat?

Kebanyakan ulama’ memilih masih alam dunia. Karena masih ada wanita hamil dan wanita menyusui. Di akhirat tidak ada itu.

Nah, saat Tuhan memberitakan kondisi macam itu, lalu disusuli dengan kata istidrak, “wa lakin”. Artinya, itu semua sekadar efek dari kejadian sebenarnya, yaitu adzab yang bakal ditimpakan Tuhan atas para manusia yang durhaka. Adzab sejatinya, jauh dan jauh lebih menyakitkan daripada itu semua.

Merujuk sabab nuzul surah ini, seperti ditutur oleh Imran ibn Hushain, bahwa surah ini turun kepada Rasulullah SAW pada malam hari saat beliau bersama para sahabat sedang dalam bepergian.

Dengan suara lantang beliau berkata: Tahukah kalian hari itu (Hari guncangan kiamat dst. seperti pada ayat) hari apa?

Para sahabat menjawab serentak: hanya Allah dan Rasul-Nya saja yang mengetahui.

Rasul SAW menjelaskan: Hari itu Tuhan sedang memerintahkan nabi Adam A.S. agar memilah-milah manusia menuju neraka dan yang menuju surga. Ternyata persentasenya menggunakan angka seribu. Sembilan ratus sembilan puluh sembilan masuk neraka, dan yang satu masuk surga.

Mendengar paparan Rasulullah SAW tersebut, para sahabat tidak kuat menahan air matanya dan suara tangis meledak memenuhi area.

Rasulullah SAW menjadi iba hingga pada ujungnya beliau bersabda: Ya, saya berharap kalian menjadi seperempat dari penghuni surga.

Lalu para sahabat berjingkrak gembira dan teriak bertakbir.

Lalu Rasulullah SAW berkata lagi: Saya berharap kalian semua menjadi sepertiga dari total penghuni surga. Kembali, para sahabat berjingkrak gembira dan bertakbir lebih kencang.

Sebentar suasana menjadi hening dan Rasulullah SAW berkata lagi: Saya – selanjutnya – berharap agar kalian mendominasi separuh dari total penghuni surga. Waw, mereka semakin bergembira dan bertakbir makin seru dan lama.

“Saya tidak tahu, apakah Rasulullah SAW melanjutkan dan menyebut “dua pertiga” atau cukup sampai separuh itu saja, saya lupa,” begitu tutur Imran ibn Hushain meragukan persentase yang dipaparkan nabi SAW.

Yang jelas, para sahabat sangat puas dengan pemaparan Rasulullah SAW tersebut.