
SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pemprov Jatim akan memberikan beasiswa bagi 30.000 anak yang bersekolah di SMA/SMK Swasta se-Jawa Timur. Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak.
Menurut dia, program ini adalah salah satu upaya dari Gubernur Khofifah dan Pemprov Jatim untuk memberikan akses pendidikan kepada mereka yang tidak mampu dan berhak menerima.
"Kita bisa memberikan total 30 ribu anak-anak yang mungkin tidak bisa diterima di negeri itu kemudian tetap mendapatkan solusi untuk pendidikan yang terjangkau oleh mereka, bahkan full beasiswa," kata Emil usai menghadiri Simposium Pendidikan Dalam Rakorwil PW LP Ma’arif NU Jatim, Sabtu (3/5/2025).
Ia menyebut, dari total 30.000 beasiswa tersebut setiap SMA SMK swasta mendapatkan alokasi 10 beasiswa bagi siswa yang tidak mampu. Sasaran utamanya adalah para siswa yang belum menerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) dan bantuan sosial lainnya.
"Hanya bagi yang tidak mampu ada program beasiswa sehingga mereka tidak terkendala biaya pendidikan," ujarnya.
Orang nomor dua di Jatim ini menjelaskan, program tersebut merupakan salah satu bentuk Pemprov Jatim memberikan perhatian kepada lembaga - lembaga pendidikan swasta di Jawa Timur. Pasalnya SMA dan SMK negeri di Jawa Timur hanya mampu menampung tidak lebih dari 40 persen siswa lulusan SMP.
"Mereka telah berinvestasi yang bukan untuk keuntungan semata, mereka sudah berani membangun fasilitas pendidikan, merekrut tenaga tenaga pendidik tentunya, mereka juga harus kita hargai sumbangsihnya," tuturnya.
Di sisi lain, Emil menyampaikan bahwa sejalan dengan tema yang diusung 'Digitalisasi Pendidikan di Era Society 5.0', bidang pendidikan memiliki tiga karakteristik utama yaitu adaptif, kolaboratif, dan progresif yang menekankan pada sikap inovatif dan berbasis penguatan nilai agama.
"Digitalisasi dalam dunia pendidikan menjadi jembatan strategis untuk mengubah potensi bonus demografi menjadi keunggulan kompetitif bangsa," ucapnya.
Lebih lanjut dijelaskan olehnya, perkembangan teknologi dan kecerdasan buatan yang masif dan signifikan mampu mempengaruhi berbagai jenis pekerjaan yang ada saat ini.
Namun di sisi lain ada pekerjaan-pekerjaan yang bergantung pada inovasi manusia, membutuhkan empati, lalu profesi teknis kompleks yang membutuhkan pengalaman serta intuisi manusia akan tetap bertahan
"AI membawa perubahan, tetapi peran manusia tetap tak tergantikan," tuturnya.
Oleh sebab itu, Emil menyatakan peran guru pun saat ini bergeser dari sumber pengetahuan menjadi mentor, fasilitator, pembimbing dan pembina potensi siswa.
Ia berharap, Lembaga Pendidikan Ma'arif NU bisa menjadi salah satu garda terdepan dalam implementasi personalized learning bersama Pemprov Jatim.
"Saya optimis, kegiatan ini mampu meningkatkan kontribusi Ma’arif NU dalam pembangunan Pendidikan di Jawa Timur sekaligus ikut mewujudkan Indonesia Emas 2045," pungkasnya. (dev/mar)