Profesor ITS Peroleh Pendanaan Riset dari Inggris untuk Pemodelan Iklim Tak Bias

Profesor ITS Peroleh Pendanaan Riset dari Inggris untuk Pemodelan Iklim Tak Bias Heri Kuswanto (kanan) bersama kolega riset internasionalnya saat menghadiri Degrees Global Forum (DGF) 2025 di Cape Town, Afrika Selatan. (Ist)

BANGSAONLINE.com - Sivitas akademika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) kembali mencetak prestasi di kancah internasional. Prestasi diperoleh dari Prof. Heri Kuswanto, dosen Departemen Statistika ITS, yang berhasil meraih pendanaan dari Advanced Research and Invention Agency (ARIA), sebuah lembaga riset independen dari Inggris, senilai 345 ribu poundsterling.

Heri memaparkan, ARIA mengadakan program pendanaan riset yang berfokus pada upaya pencegahan krisis iklim. Program ini hanya memilih 21 proyek untuk didanai dari sekitar 120 proposal yang dikirimkan oleh peneliti dari berbagai negara. Hal ini menjadikan ITS satu-satunya institusi dari Indonesia yang berhasil menembus pendanaan bergengsi, sejajar dengan institusi ternama dunia seperti University of Oxford, University of Cambridge, dan Imperial College London.

Melalui riset yang berjudul Towards Robust and Unbiased Validation of SAI Simulations (TRUSS): Advancing Ensemble Calibration for Reliable Geoengineering Impact Analysis, Heri akan berfokus menangani persoalan dalam simulasi proyeksi iklim. Khususnya yang melibatkan teknologi Stratospheric Aerosol Injection (SAI) atau penyemprotan partikel ke atmosfer.

“Teknologi tersebut merupakan bagian dari pendekatan Solar Radiation Management (SRM) yang memerlukan kajian riset mendalam mengenai dampaknya,” tuturnya, Senin (19/5/2025).

Dekan Sekolah Interdisiplin Manajemen dan Teknologi (SIMT) ini juga menjelaskan bahwa SRM adalah upaya untuk mengatur intensitas sinar matahari guna mencegah peningkatan suhu bumi. Konsep yang digunakan untuk menilai dampak dari SRM tersebut sejauh ini hanya menggunakan rata-rata dari data simulasi iklim. Padahal, imbuhnya, data tersebut memiliki keragaman antarmodel yang besar.

“Jika ini diabaikan, maka hasilnya bias dan tidak dapat dipertanggungjawabkan,” ujar Heri.