
SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto, merasa terpanggil untuk mengembalikan kejayaan SMA Khadijah Surabaya. Menurut Kiai Asep, SMA Khadijah adalah simbol atau bendera NU. Karena itu kiai miliarder tapi dermawan itu bertekad untuk membantu secara totalitas membenahi sistem dan ikut mengelola SMA Khadijah yang terletak di Jalan A Yani Surabaya itu.
“Kalau SMA Khadijah ini gampang. Karena (secara ekonomi) muridnya kelas menengah ke atas,” tegas Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA di depan para kepala sekolah, guru dan para pengurus Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah Surabaya, Sabtu (2/8/2025).
Menurut Kiai Asep, salah satu indikator sekolah maju adalah lulusannya 100% diterima di perguru tinggi negeri (PTN) dan bahkan luar negeri (LN). Tentu berdasarkan kualitas dan kemampuan akademik.
“Dan itu gampang,” kata Kiai Asep lagi. Kiai Asep datang ke SMA Khadijah didampingi Muhammad Ghofirin, Sekjen OPOP dan JKSN.
Kiai Asep membandingkan ketika dirinya merintis Amanatul Ummah. “Saat itu muridnya yang kaya hanya satu orang. Devi namanya. Yang pinter hanya dua orang. Jadi yang pinter itu hanya tiga orang, termasuk Devi itu,” tutur Kiai Asep.
Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, foto bersama dengan para kepala sekolah, guru dan para pengurus Yayasan Taman Pendidikan dan Sosial Nahdlatul Ulama (YTPSNU) Khadijah Surabaya, Sabtu (2/8/2025). Foto: MMA/BANGSAONLINE
Saat itu, tutur Kiai Asep, santri Amanatul Ummah sulit sekali menembus PTN, apalagi ITB dan Fakultas Kedokteran. Kiai Asep mencoba putrinya sendiri untuk masuk Fakultas Kedokteran. Gagal.
Tahun berikutnya dicoba lagi setelah ditry out. Berhasil. Diterima di Fakultas Kedokteran Unair.
Kiai Asep mengaku terus berusaha meningkatkan kualitas murid-murid Amanatul ummah dengan cara mencari guru yang bermutu.
“Saya bawa guru-guru terbaik SMA 5 Surabaya ke Pacet,” ungkap Kiai Asep mengenang saat merintis Amanatul Ummah.
Menurut Kiai Asep, santri Amanatul Ummah baru banyak menembus PTN – termasuk ITB dan Fakultas Kedokteran – setelah bertemu orang berpengalaman dalam mengelola bimbingan belajar (bimbel). Ia berkonsultasi dengan orang tersebut.
“Orang ini menjamin anak bisa diterima di PTN. 100 % diterima. Tapi bayarnya mahal. Kalau sekarang sekitar Rp 100 juta satu murid. Tapi kalau tidak diterima, uangnya dikembalikan,” tutur Kiai Asep.
Kiai Asep mengaku hanya konsultasi saja. Setelah itu ia mentransfer ilmunya ke guru-guru Amanatul Ummah.
Kini Amanatul Ummah maju pesat. “Tahun ini 1.237 santri lulusan Amanatul Ummah diterima di PTN dan luar negeri, 62 santri diterima di Kedokteran dan 10 santri diterima di Unhan,” kata Kiai Asep sembari minta agar koran HARIAN BANGSA yang memuat berita tersebut dibagikan kepada peserta pertemuan.
Dalam berita HARIAN BANGSA edisi Sabtu 21 Juni 2025 itu dimuat secara lengkap nama-nama santri Amanatul Ummah yang diterima di PTN dan perguruan tinggi luar negeri. Guru-guru yang ikut pertemuan siang itu langsung menyimak berita tersebut.
Kiai Asep mengaku siap membantu secara total SMA Khadijah setelah diminta oleh Gubernur Khofifah Indar Parawansa. Menurut Kiai Asep, ini merupakan Amanah dari Gubernur Khofifah yang juga Ketua Umum Pembina PP Muslimat NU.
“Ibu Khofifah orang baik. Membantu orang baik itu pasti dapat barakahnya,” kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) itu.
Meski demikian Kiai Asep memberi tiga syarat. “Pertama, saya jangan dimasukkan struktur. Karena kalau saya dimasukkan struktur akan mengurangi keikhlasan saya,” ujar putra KH Abdul Chalim, salah seorang kiai pendiri NU dan pejuang kemerdekaan RI yang pada 10 November 2023 dianugrahi gelar pahlawan nasional itu.
“Kedua, saya jangan dibayar,” tegas Kiai Asep.
Alasannya, karena Kiai Asep ulama kaya. Bahkan Kiai Asep dikenal sebagai kiai miliarder tapi dermawan.
“Saya sudah banyak uang,” kata Kiai Asep sembari tersenyum.
Kiai Asep lalu menyebut syarat ketiga. Nah, syarat ketiga inilah yang membuat para peserta pertemuan itu tertawa.
“Ketiga, perkenankan saya untuk memberi uang transport kalau rapat dengan para guru,” kata Kiai Asep sembari tersenyum. Peserta yang terdiri para kepala sekolah dan guru itu langsung tertawa.
Menurut Kiai Asep, uang transport itu bagian dari sistem dan manejemen untuk mamajukan pendidikan atau sekolah.
“Saya dulu berpikir bagaimana caranya agar kalau rapat guru semua datang, tidak ada yang absen,” kata Kiai Asep. Maka tercetuslah ide untuk memberi uang transport kepada guru setiap rapat.
Pantauan BANGSAONLINE, Kiai Asep tidak berwacana atau beretorika. Seketika itu juga, tepatnya menjelang akhir pertemuan di aula lantai dua itu, Kiai Asep langsung membagikan uang untuk transport. Dan tradisi ini akan terus dilakukan oleh Kiai Asep selama ia masih membantu SMA Khadijah.
Kiai Asep juga minta agar suatu saat dipertemukan dengan murid SMA Khadijah. Untuk apa?
Menurut Kiai Asep, kunci sukses pendidikan atau sekolah itu ada tiga. “Pertama, murid, kedua orang tua, dan ketiga guru,” tutur Kiai Asep.
Mereka harus sama-sama memiliki kemauan besar untuk maju dan sukses. Menurut Kiai Asep, murid juga harus punya semangat dan cita-cita-cita besar.
Begitu juga orang tua. “Orang tua harus membantu, ikut mendoakan,” kata Kiai Asep.
Sedangkan guru, kata Kiai Asep, harus memperlakukan murid-muridnya seperti anak sendiri.
“Ana laka kalwalidi ilal waladi,” kata Kiai Asep mengutip Hadits Nabi. “Kata Nabi, saya kepada kalian (sahabat), seperti orang tua atau bapak kepada anak,” ujar Kiai Asep.
Para guru sangat antusias mengikuti pemaparan Kiai Asep. Bahkan saat dibuka sesi dialog banyak yang mengacungkan tangan. Mereka menanyakan tentang prosentase kurikulum pelajaran agama dan pelajaran umum. Juga bertanya tentang bagaimana caranya membuka jaringan ke perguruan tinggi luar negeri seperti Eropa, Amerika dan lainnya seperti yang telah dilakukan Amanatul Ummah.
Ada juga yang bertanya kepada Syaikh Ahmad Muhammad Mabruk Al Husaini tentang mekanisme masuk Uniersitas Al Azhar Mesir. Kiai Asep memang membawa Syaikh Mabruk asal Mesir yang sedang bertugas mengajar di Amanatul Ummah.
Kiai Asep menjelaskan satu persatu. “Nanti saya bawa guru-guru Amanatul Ummah yang menangani masalah itu ke sini,” kata Kiai Asep seraya berjanji akan datang ke SMA Khadijah setengah bulan sekali.
SMA Khadijah didirikan oleh KH. Abd. Wahab Turcham dan para kiai NU lainnya pada 1964. Semula bernama Madrasah Muallimat NU. Lalu berubah menjadi Taman Pendidikan Putri Nahdlatul Ulama (TPPNU) Khadijah. Kemudian menjadi YTPSNU yang menaungi beberapa unit pendidikan.
Dalam acara itu, Muhammad Sani, salah seorang pengurus YTPSNU, mengunGkapkan bahwa dulu SMA Khadijah sangat maju. Muridnya datang dari seluruh provinsi Indonesia. Bahkan juga dari luar negeri.
“Dulu muridnya dari luar negeri, Singapura, Suriname dan lainnya. Sekarang masih ada yang dari Papua,” tutur Muhammad Sani.
Muhammad Iqbal, Kepala Sekolah SMA Khadijah, mengaku akan berusaha untuk melambungkan kembali nama SMA Khadijah.
“Saya sebagai kepala sekolah SMA Khadijah yang baru siap melambungkan kembali seperti bintang di langit,” katanya.
Karena itu ia menimba ilmu kepada Kiai Asep.
Kiai Asep sendiri mengaku pernah bertemu dengan KH Abd. Wahab Turcham. Kiai Asep juga mengaku siap membantu untuk melambungkan SMA Khadijah.
Menurut Kiai Asep, proses membantu itu tak perlu terlalu lama. Apalagi sekarang lulusan SMA Khadijah yang diterima di PTN sudah 62 murid.
“Paling saya hanya satu tahun membantu. Setelah itu nanti SMA Khadijah sudah bisa jalan sendiri,” kata Kiai Asep.
Meski demikian Kiai Asep minta Gubernur Khofifah untuk mengingatkan jika kelak dalam perjalanannya ternyata Kiai Asep terlalu ngegas atau banter.
“Saya takut dikira infiltrasi,” kata Kiai Asep yang gemar bersedekah sarung dan uang sambil tertawa.