SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tim Pemenangan Pasangan Rasiyo–Lucy maupun Risma-Wishnu sama-sama protes surat suara yang bakal dicetak KPU Surabaya. Contoh hasil cetakan tidak sama dengan yang mereka rekomendasikan.
Menurut Ketua Tim Pemenangan, Agung Nugroho saat Rapat Koordinasi Proofing Surat Suara di KPU Surabaya, Selasa (20/10) cetakan yang dibuat pemenang tender gradasi warnanya kurang sesuai dengan foto yang dikirim ke KPU.
Baca Juga: Untuk Cawali Surabaya, Risma Dikabarkan Punya Dua Jago: Ery Cahyadi dan Hendro Gunawan
“Belum sesuai dengan yang kami sampaikan, sehingga perlu perbaikan,” terang dia.
Agung meminta, warna baju dan wajah pasangan calon warna di surat suara sesuai dengan contoh foto yang disampaikan berupa hard copy maupun softcopy.
“Jadi terkait warna kami ingin betul betul sama dengan yang kami sampaikan. Karena, dari contoh yang ada warna baju sama dengan backdrop,” tandas mantan komisioner KPU Jatim.
Baca Juga: PDIP Minta Mahar Hingga Rp 10 M, Cawawali Surabaya Punya Uang Berapa?
Dia menambahkan, masih ada waktu bagi rekanan untuk memperbaiki kualitas kertas surat suara. Pasalnya, pada hari jumat (23/10) masih ada rapat koordinasi lanjutan.
“Jumat nanti masih ada rapat koordinasi lanjutan terkait proofing surat suara. Jadi masih ada waktu untuk memperbaiki,” kata dia
Hal senada dikatakan Tim Pemenangan Pasangan Tri Rismaharini dan Whisnu Sakti Buana menginginkan pihak rekanan pencetak kertas surat suara agar mengontrol kualitas suarat suara dari contoh yang diberikan. Juru Bicara Pasangan calon, Didik Prasetyo di sela rapat tertutup terkait Profing Surat Suara dan Debat paslon di KPU Surabaya meminta, kualitas tinta yang ditunjukkan melalui contoh sesuai dengan faktanya.
Baca Juga: PKB Intruksikan Kader Sosialisasikan Fandi Utomo sebagai Cawali Surabaya
“Kami minta perusahaan pemenang tender untuk mencetak kertas suara di mesin cetak dulu, agar kualitasnya kelihatan terlalu gelap atau terang,” terang mantan anggota KPU Jatim.
Debat Kandidat
Menyangkut agenda debat pasangan calon, Agung mengungkapkan, debat perdana akan diselenggarakan di Kompas TV, Jumat (30/10) mengusung tema tentang Kesejahteraan. Ia mengakui, dalam acara debat mendatang ada beberapa aturan yang diberlakukan.
Baca Juga: Di Depan 700 Kiai MWCNU-Ranting NU se-Surabaya, Kiai Asep: Wali Kota Surabaya Harus Kader NU
“Aturannya antara lain, atribut selain yang menempel di badan tidak diperbolehkan. Kemudian, pendukung dibatasi hanya 50 orang,” terang dia.
Didik Prasetyo mangakui sekema debat beda dengan sebelumnya. “Skema debat kali ini tidak ada keriuhan, alat peraga dilarang, kemudian yel-yel dilarang,” papar alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga Surabaya.
Dia menyesalkan adanya beberapa batasan yang mengakibatkan keriuhan dan kegembiraan dalam pilkada tidak terlihat lagi. Dia menambahkan, pada pelaksanaan pilkada, 9 Desember mendatang seolah partisipasi masyarakat ditekan, serta menumpulkan kreatifitas dari tim pemenangan pasngan calon.
Baca Juga: Rekap Pilkada Surabaya Tingkat Kecamatan Selesai: Risma-Whisnu 86,35%, Rasiyo-Lucy 13,65%
Didik mengatakan, berkaitan dengan atribut yang dikenakan pasangan calon, pasangan Nomor urut 2 Risma – Whisnu memakai atribut bendera merah putih di dada kiri. Artinya, pihaknya ingin membangkitkan semangat lagi , bahwa siapapun pilihan kita, merah putih tetap yang utama.
“Tidak ada perpecahan dan konflik setelah pilkada digelar,” jelasnya.
Sedangkan, baju putih yang dipakai menurutnya melambangkan ketulusan. Meski didukung PDIP, namun pasangan calon Risma – Whisnu tak memakai baju partai, karena mereka suadh menjadi milik warga surabaya. (lan/rev)
Baca Juga: Temuan Pemilih Ganda oleh Bawaslu: Jika Terbukti, Rekomendasikan Pemungutan Ulang
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News