
JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Pemerintah sangat lamban merespons kasus ompreng makan bergizi gratis (MBG) yang diduga mengandung minyak babi. Bahkan hasil uji laboratorium yang sudah rampung pun masih belum diumumkan ke publik. Justru Sekretaris Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahldatul Ulama (NU) Jakarta Wafa Riansah yang mengumumkan hasil uji laboratoriumnya yang menyebutkan secara gamblang bahwa proses pembuatan ompreng MBG itu mengandung minyak babi.
Padahal kasus ini sangat meresahkan para orang tua atau wali murid.
"Saya mendesak BPOM dan BGN untuk segera mengumumkan ke publik hasil uji ompreng diduga mengandung minyak babi," tegas Wakil Ketua Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat Muhammad Yahya Zaini mendesak dikutip Tempo, Rabu (17/5/2025).
Menurut Yahya, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Gizi Nasional (BGN) bisa mengumumkan hasil uji itu tanpa menunggu Istana Kepresidenan.
Seperti diberitakan, Kepala BPOM Taruna Ikrar mengatakan lembaganya sudah mengantongi hasil uji laboratorium ompreng MBG. Namun, dia mengaku tidak bisa mengumumkan hasilnya karena pihak yang bertanggung jawab untuk itu adalah Kantor Komunikasi Kepresidenan.
Yahya Zaini mengaku tak sepakat dengan itu sebab ia menilai Kantor Komunikasi Kepresidenan tidak berkaitan langsung dengan hasil uji ompreng MBG. Karena itu Yahya mendorong agar BPOM dan BGN berinisiatif menyampaikan hasil pengujian wadah MBG.
"Supaya masyarakat tidak ragu serta merasa nyaman dan aman mengikuti program MBG. Sekarang masyarakat galau dengan isu ompreng mengandung lemak babi," ujar polisi Golkar asal Bawean Gresik Jawa Timur itu.
Kasus ompreng mengandung minyak babi itu mencuta sejak satu bulan lalu. Tepatnya pertengahan Agustus 2025 lalu. Peristiwa itu mencuat bermula dari laporan Indonesia Business Post yang melakukan investigasi di wilayah Chaoshan, bagian timur Provinsi Guangdong, Cina, yang diduga merupakan importir ompreng untuk program MBG.
Mereka menemukan pabrik tersebut memalsukan label "Made in Indonesia" dan logo SNI pada ompreng yang sebenarnya diproduksi di Cina. Ompreng tipe 201 ini juga diduga mengandung mangan (logam berwarna putih keabu-abuan) yang tinggi dan tidak cocok untuk makanan asam. Selain itu, ditemukan indikasi adanya penggunaan minyak babi atau lard dalam ompreng yang diproduksi.
Berbeda dengan pernyataan BPOM, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengungkapkan tak tahu hasil uji sampel ompreng atau wadah makan bergizi gratis yang diduga mengandung lemak babi. “Belum dapat laporan resmi,” kata Dadan lewat pesan tertulis pada Selasa, 16 September 2025.
Sebelumnya, Dadan mengatakan bahan baku minyak memang digunakan dalam proses pembuatan ompreng MBG. Ia berdalih, minyak tersebut hanya digunakan pada mesin saat stamping atau proses membentuk lembaran atau gulungan logam menjadi bentuk yang diinginkan. “Bahan food tray kombinasi kromium dan nikel. Minyak digunakan pada mesin saat stamping, bukan pada food tray,” kata Dadan, pada Kamis, 28 Agustus 2025.
Sekretaris Pengurus Wilayah Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI) Jakarta, Wafa Riansah, mengungkapkan bahwa hasil uji laboratorium di Cina menunjukkan adanya penggunaan minyak babi dalam produksi ompreng atau food tray untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG).
“Ternyata kami temukan minyak babi di situ. Makanya saya enggak jadi impor,” kata Wafa Riansah dikutip Tempo, Selasa (16/9/ 2025).
Wafa Riansah – yang juga seorang pemasok - memastikan itu setelah mengirimkan sampel minyak pencetak ompreng ke Shanghai Weipu Testing Technology Group di Cina.
Wafa mengaku membawa sampel minyak itu ke Indonesia dan mencoba mengujinya di perusahaan pengujian, inspeksi, dan sertifikasi PT Superintending Company of Indonesia (Sucofindo). Namun, Sucofindo menyatakan tidak bisa menguji karena keterbatasan metode. Wafa kemudian mengirim sampel tersebut ke laboratorium Weipu di Cina.
Dokumen hasil uji laboratorium itu bernomor SHA03-25091211-FX-01CnEnR1. Weipu menganalisis sampel dengan tiga metode, yaitu fourier transform infrared spectrometer (FTIR), gas chromatography mass spectrometry (GC-MS), dan nuclear magnetic resonance spectrometer (NMR).
“Komponen utama lemak babi olahan adalah lemak yaitu trigliserida,” demikian tertulis pada kesimpulan laporan tersebut. Dalam Lembar Data Keselamatan Bahan, komponen utama sampel terdiri dari minyak dasar olahan, ester sintetis, parafin terklorinasi, lemak babi olahan, aditif antikarat, dan bahan pelumas.
Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menjelaskan, bahan baku minyak memang dipakai dalam proses pembuatan ompreng MBG. Namun, ia menegaskan minyak itu hanya dipakai pada mesin saat stamping atau pengepresan.
“Bahan food tray kombinasi kromium dan nikel. Minyak digunakan pada mesin saat stamping, bukan pada food tray,” kata Dadan, Kamis, 28 Agustus 2025.Kelontong
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Taruna Ikrar memastikan lembaganya sudah menuntaskan uji sampel ompreng MBG yang diduga mengandung lemak babi. Namun, ia menyebut BPOM tidak bisa mengumumkan hasil uji itu ke publik.
Menurut Taruna, BPOM bersama Badan Gizi Nasional (BGN), Kantor Komunikasi Kepresidenan, dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) sudah berkomunikasi dan menggelar rapat mengenai hasil uji sampel tersebut.
“Intinya, nanti akan diumumkan secara bersama-sama. Leading sector-nya untuk pengumuman hasil tes ini ada di Kantor Komunikasi Kepresidenan,” kata Taruna di kompleks Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Senayan, Jakarta, Senin, 15 September 2025.
Dari penjelasan Taruna Ikrar itu jelas bahwa lembaga-lembaga yang berwenang terkait najisnya opreng untuk MBG hingga sekarang tak berani mengumumkan ke publik, padahal program MBG terus berlangsung.
Karena itu keberanian dan kejujuran Sekretaris PW RMI Jakarta Wafa Riansah patut diapresiasi karena telah menjawab keresahan umat Islam Indonesia. Sikap Wafa inilah yang bisa menyelamatkan sekitar 40 siswa-siswi Islam dari MBG yang terkontaminasi minyak babi melalui ompreng, jika pemerintah merespon aspirasi dan kepentingan umat Islam yang lagi resah.