
MALANG,BANGSAONLINE.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Malang mengungkap penyebab cuaca panas yang melanda Malang Raya dan sebagian besar wilayah Jawa Timur dalam beberapa hari terakhir.
Prakirawan BMKG Malang, Linda Fitrotul, menjelaskan fenomena panas ini dipicu oleh pergeseran posisi semu matahari yang kini berada sedikit di selatan ekuator. Kondisi tersebut membuat sinar matahari terasa lebih terik dari biasanya.
“Sekarang posisi matahari sudah agak di selatan ekuator, jadi sinarnya lebih menyengat dan terasa panas,” jelas Linda, Kamis (16/10/2025).
Selain itu, angin timuran dari Benua Australia membawa massa udara kering yang mempersulit pembentukan awan hujan. Akibatnya, langit lebih cerah dan suhu permukaan meningkat.
“Udara kering dari Australia ini menyebabkan awan sulit terbentuk sehingga sinar matahari langsung terasa terik di permukaan,” tambahnya.
Linda menyebut, suhu udara maksimum di wilayah Malang Raya beberapa hari terakhir berkisar 30 hingga 32 derajat Celsius, sedikit di atas rata-rata normal sekitar 30 hingga 31 derajat Celsius. Sedangkan suhu minimum pada Oktober ini berada di kisaran 16 hingga 18 derajat Celsius.
Fenomena serupa juga terjadi di wilayah lain di Jawa Timur. Di Lamongan dan Surabaya, suhu udara bahkan sempat menembus 37 derajat Celsius pada 14 Oktober lalu.
Namun, Linda memastikan cuaca panas ekstrem kini mulai berangsur mereda seiring meningkatnya potensi pembentukan awan hujan.
“Sekarang sudah mulai mendung-mendung, jadi panasnya tidak seterik kemarin,” ujarnya.
BMKG mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan di tengah perubahan suhu ekstrem. Pergantian cuaca dari panas terik ke kondisi lembap dapat memicu penyakit seperti batuk, pilek, dan pneumonia.
“Masyarakat disarankan cukup minum air putih, menjaga asupan vitamin, dan menghindari aktivitas berlebihan di luar ruangan pada siang hari,” pesannya.
BMKG memperkirakan cuaca di Jawa Timur akan berangsur normal dan memasuki masa peralihan menuju musim hujan dalam waktu dekat.