SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Aplikasi Dashboard Pengendalian Ekspor-Impor di Jawa Timur dilaunching oleh Gubernur Soekarwo (Pakde Karwo) di Gedung Negara Grahadi, Kamis (29/10). Aplikasi tersebut membantu para pengusaha nasional untuk lebih kuat dalam menghadapi kapitalisme nasional yakni bertarung dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sebab, para pengusaha nasional bisa melihat secara detail berbagai informasi mengenai alur perdagangan baik ekspor dan impor yang melalui Jawa Timur. Dengan informasi seperti yang detail, pengusaha bisa melakukan berbagai kegiatan untuk melakukan bisnis dan secara tidak langsung akan menangkap peluang yang ada saat ini.
“Maksud pembuatan dari Dashboard Pengendalian Ekspor-Impor di Jawa Timur adalah mendorong kelancaran proses ekspor dalam rangka peningkatan daya saing produk dalam negeri dan meningkatkan pengawasan terhadap barang impor dalam rangka perlindungan konsumen,” ucapnya.
Baca Juga: Hadapi MEA, Puluhan Tukang Becak di Kediri Belajar Bahasa Inggris
Sedangkan tujuannya yakni mengidentifikasi serta mengumpulkan data terkait ekspor-impor, mengidentifikasi amsalah dan hambatan dalam proses ekspor – impor, membangun dan mengoperasikan sistem Aplikasi Dashboard Pengendalian ekspor-impor di Jawa Timur, membentuk Tim Koordinasi Pengendalian Ekspor-Impor dan satminkal Pengoperasian Sistem Aplikasi Dashboard dengan Keputusan Gubernur, mengkoordinasikan penyelesaian masalah dan hambatan proses ekspor-impor dan mengetahui trend perdangann Luar Negeri di Jawa Timur. “Di dalamnya ada tabulasi mengenai jenis komoditi, volume, nilai, negara asal dan tujuan dan neraca perdagangan luar negeri,” ungkapnya.
Kinerja Ekspor - impor di Jawa Timur mengalami kemajuan tiap tahunnya. Pada tahun 2014 ekspor Jawa Timur mengalami surplus sebesar US$ 70 juta. Angka tersebut meningkat cukup besar pada tahun 2015 yakni sebesar US$ 810 juta.
“Peningkatan nilai ekspor dipengaruhi banyak hal, salah satunya semakin kompetitif bahan produksi Jawa Timur. Konsep daya saing menghadapi MEA dipengaruhi berbagai hal yakni harga yang lebih murah dibandingkan harga pasar, distribusi yang lebih cepat dibanding kompetitor, dan kualitas yang bagus,” ujarnya.
Baca Juga: Seminar "Outlook Ekonomi 2016", Beber Persiapan Daerah untuk Hadapi MEA
Struktur ekspor Jawa Timur ke Negara lain didominasi oleh produk industri olahan sebesar 91,28 persen, diikuti oleh hasil pertanian sebesar 8,59 persen dan pertambangan sebesar 0,14 persen. sedangkan struktur impor Jawa Timur ke negara lain didominasi oleh bahan baku atau penolong sebesar 75.88 persen, barang modal sebesar 13,74 dan barang konsumsi 10,39 persen.
“Satu hal yang menjadi ganjalan yakni masih besarnya impor bahan baku dan penolong yang berasal dari negara lain. Harus ada formulasi untuk mengatasinya agar tidak bergantung dengan negara lain. Seperti impor dari provinsi lain seperti Kalimantan dan Sumatera. Kalau bisa pengusaha membuat smelter kecil malah semakin bagus. Ini adalah perwujudan dari membangun Indonesia in coorporate. Jawa Timur tidak bsia menunggu impor dari luar negeri, hal ini untuk jangka pendek memang memberatkan akan tetapi untuk jangka panjang bisa menjaga stabilitasi ekonomi,” jelasnya.
Impor memang diperlukan, akan tetapi tidak dalam jumlah yang besar. Apabila impor dihentikan industri yang sudah berjalan akan berhenti. Jadi, konsumsi impor harus diseleksi ketat, dirancang apa saja kebutuhannya. Nantinya, semua barang akan ada laboratoriumnya untuk mendeteksi toksin, jamur, mercury, dan lilin.
Baca Juga: Pasar Tradisional Sumenep belum Siap Bersaing di MEA
Ia menambahkan, Jawa Timur menargetkan menguasai 35 persen pasar Indonesia. Sedangkan saat ini masih 29 persen. Hal tersebut bisa terjadi apabila semua barang produksi Jawa Timur mempunyai harga yang lebih murah dan berkualitas. (nis/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News