Zohran Mamdani saat kampanye. Foto: Zohran.com/Antara
NEW YORK, BANGSAONLINE.com - Hari ini, Selasa (4/11/2025) warga New York Amerika Serikat (AS) sedang konsentrasi untuk memilih wali kota. Dari berbagai jajak pendapat, Zohran Mamdani, calon wali kota muslim pertama unggul. Ia diprediksi terpilih sebagai wali kota New York. Dan ia akan menjadi wali kota muslim pertama New York.
“Warga New York memberikan suara mereka untuk wali kota pada hari Selasa, 4 November. Lebih dari selusin jajak pendapat menunjukkan Mamdani unggul atas kandidat independen Andrew Cuomo dan kandidat Republik Curtis Sliwa dengan selisih dua digit, menurut pelacak New York Times,” tulis The Progressive Magazine.
Zohran Mamdani seorang muslim berpaham Syiah. Tapi ia sangat disukai oleh warga New York, kota terbesar di AS. Warga New York sudah muak dengan para politisi AS yang selama ini menjadi wali kota. Mereka monoton dan tak ada program yang menyentuh, apalagi memberi solusi, bagi problem kehidupan mereka.
Zohran Mamdani justeru tampil memberi harapan. Ia terbuka, jujur, egaliter, apa adanya dan berkampanye dengan bahasa akar rumput. Program-program kampanyenya juga banyak menyentuh berbagai lapisan masyarakat.
Karena itu, meski Presiden AS Donald Trump, terus menghadang dan mendiskreditkan, bahkan mengancam akan menangkap Mamdani, warga New York tak peduli.
Trump dikenal sangat rasis dan anti kemanusian. Karena itu ia kalang kabut. Ia terang-terangan tak ingin Mamdani terpilih. Ia bahkan menyebut Mamdani komunis gila.
Mamdani juga tak disukai pengusaha-pengasaha besar. “Mamdani dianggap sosialis kiri --anti kemapanan,” tulis Dahlan Iskan, wartawan senior yang terus melanglang buana ke berbagai negara.
”Mamdani memang punya program membangun rumah-rumah sederhana. Bus kota akan digratiskan. Kenaikan ongkos sewa rumah akan dicegah. Akan ada patokan harga tertinggi sewa rumah,” tulis Dahlan Iskan yang 7 keluarganya – termasuk Kiai Muttaqin, imam mursyid tarikat Sattariyah, dan dua ustadz dari Mesir – dibunuh PKI dengan cara dikubur hidup-hidup dalam peristiwa Madiun.
“Pajak untuk si kaya akan ia naikkan. Dari 7,6 persen ke 11 persen,” tutur pria asal Takeran Magetan Jawa Timur itu.
Kalau Mamdani dibenci pengusaha-pegusaha besar, lantas siapa yang menjadi bohir, yang membiayai kampanye Mamdani? Inilah yang menarik. Menurut Dahan Iskan, di New York berlaku aturan ini: cawali yang bisa mengumpulkan dana kecil-kecil dari warga kota biasa, pemerintah akan menggandakannya enam kali lipat.
Misalnya: 5.000 warga New York mau menyumbang kampanye Mamdani. Tentu nilai sumbangan mereka kecil-kecil. Mulai USD10. Sampai maksimal USD200. Tidak boleh lebih dari itu.
Lalu, misalnya, dari mereka terkumpul USD100 juta. Maka Pemda akan menambahkan dana enam kali lipatnya. Alias 600 juta. Berarti Cawali tersebut punya dana kampanye 700 juta.
Aturan tersebut untuk menghindarkan cawali dari kendali pengusaha besar. Agar wali kota tidak disetir oleh kepentingan mereka.
Nah. Meski Mamdani dibenci pengusaha besar tapi ia bisa eksis. Karena ia benar-benar dapat simpati dari rakyat biasa di New York.
“Dua bulan pertama pencalonannya Mamdani mendapat sumbangan dari rakyat biasa sebesar USD600.000. Berarti Mamdani sudah punya dana di awal kampanye sebesar USD4.200.000,” tulis Dahlan Iskan.
Dalam dua bulan pencalonan jumlah penyumbangnya sudah 6.500 orang lebih. Berarti rata-rata mereka menyumbang USD100. Artinya, banyak yang menyumbang USD200 tapi banyak juga yang hanya USD50.
Tujuan lain sistem itu: agar orang hebat yang tidak kaya tidak takut mencalonkan diri. Mamdani contohnya. Dua lawannya orang mapan semua: satunya mantan gubernur New York. Satunya lagi politikus lama dari Partai Republik.
Zohran Mamdani berdarah Parsi. Tapi leluhurnya sudah lama menyingkir ke India. Dari India ayahnya jadi imigran di Uganda. Zohran lahir di Uganda.
Lalu orang tua Zohran mengajaknya jadi imigran di Afrika Selatan. Sampai akhirnya jadi imigran di Amerika Serikat.
Zohran masuk sekolah di New York. Pun sampai lulus Universitas. Ia jadi aktivis muda kemasyarakatan. Lantas jadi anggota DPRD New York.
Umurnya baru 34 tahun dan itulah kelemahannya: belum pernah jadi eksekutif di pemerintahan. Padahal New York kota terbesar di Amerika. Terkaya di dunia.
Rakyat tidak peduli. “Mereka sudah bosan dengan politisi yang itu itu juga. Saya ikuti pidato-pidato Mamdani. Lewat video. Juga kampanyenya. Dialog langsungnya dengan warga angat menarik. Ramah. Rendah hati. Penuh empati,” tutur Dahlan Iskan lagi.
Yang menarik, Mamdani tidak menutup-nutupi bahwa ia Islam. Bahwa ia sosialis kiri. Toh politisi nasional tidak perlu merasa terancam. Ia tidak akan bisa jadi Capres Amerika --karena lahir di luar Amerika.
Serba minta persetujuan langsung ke rakyat adalah kekuatan demokrasi di Amerika --sesuatu yang orang seperti Trump tidak sabar.
”Mamdani selangkah lagi jadi wali kota Islam pertama di kota besar di Amerika. Ahlan wasahlan Zohran,” tulis Dahlan Iskan menutup tulisannya.
Yang menarik, Presiden Trump semakin pontang-panting. Pada detik-detik terakhir bahkan Trump mendukung calon wali kota asal Demokrat, Andrew Cuomo.
Cuomo adalah seorang Demokrat kawakan. Ia mantan gubernur New York yang kini mencalonkan diri sebagai kandidat independen. Tapi di internal Partai Demokrat sendiri ia kalah melawan Mamdani. Ia kalah dalam pemilihan pendahuluan Demokrat. Mamdani dikenal sebagai seorang sosialis demokrat yang memimpin dalam jajak pendapat.
"Saya lebih suka melihat seorang Demokrat, yang memiliki rekam jejak kesuksesan, MENANG" daripada Mamdani, tulis Trump di media sosial, menambahkan: "Entah Anda secara pribadi menyukai Andrew Cuomo atau tidak, Anda benar-benar tidak punya pilihan. Anda harus memilihnya, dan berharap dia melakukan pekerjaan yang fantastis. Dia mampu melakukannya, Mamdani tidak!" tuis Trump sangat provokatif seperti dikutip USA TODAY.
Namun suara warga New York terus membanjiri Zahron Mamdani.
Mamdani memang calon wali kota New York yang sangat fenomenal. Seperi dilansir BBC, Mamdani menempuh pendidikan di Bronx High School of Science sebelum meraih gelar di bidang Kajian Afrika dari Bowdoin College. Di kampusnya, Mamdani mendirikan cabang Students for Justice in Palestine (Solidaritas Mahasiswa untuk Palestina).
Dalam kampanyenya sebagai bakal calon wali kota New York, Mamdani mengedepankan latar belakangnya yang beragam.
Politikus milenial ini sempat mengunggah video kampanye yang seluruhnya berbahasa Urdu, diselingi klip film Bollywood. Di video lain, Mamdani juga berbicara dalam bahasa Spanyol.
Istri Mamdani, Rama Duwaji, adalah seniman asal Suriah berusia 27 tahun dan tinggal di Brooklyn. Mereka awalnya bertemu melalui aplikasi kencan Hinge.
Ibu Mamdani, Mira Nair, adalah sutradara film ternama. Sedangkan ayahnya, Profesor Mahmood Mamdani, mengajar di Columbia University. Baik ibu maupun ayah Mamdani sama-sama alumni Harvard University.
Mamdani baru berusia 34 tahun (kelahiran 18 Oktober 1991). Tapi ia sudah menggemparkan Amerika Serikat – bahkan dunia – karena prestasi politiknya.







