Madura Butuh Pabrik Gula

Memang saat ini tidak semua wilayah menanam tebu. Selama ini yang sudah menanam tebu hanya lima kecamatan, di antaranya Kecamatan Guluk-guluk dengan luas tanam 31 hektare, Kecamatan Pasongsongan dengan luas tanam 14 hektare, Kecamatan Saronggi dengan luas tanam 134 hektare, Kecamatan Pragaan dengan luas tanam 31 hektare, dan Kecamatan Batuan seluas 7 hektare.

Kepala Bidang Perkebunan Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Sumenep, Joko Suwarno, memaparkan kerugian yang dialami petani tiap hektare tebu sebesar Rp 7 juta lebih. Hal itu disebabkan petani harus mengirim tebu itu ke pabrik gula Rajawali di Sidoarjo, sementara pengiriman tebu membutuhkan biaya pengiriman cukup banyak.

“Seandainya di Madura ada pabrik tebu, maka biaya angkut yang dikeluarkan petani sedikit. Dengan biaya makin sedikit, maka itu menjadi keuntungan petani,” papar Joko, Selasa (12/1).

Untuk menekan kerugian petani itu, kata Joko, Dishutbun mengajak warga tidak langsung menjual tebu ke pabrik, melainkan diolah menjadi gula aren atau gula merah. Hasilnya, justru dengan cara demikian, petani mendapatkan keuntungan besar. Per hektare tebu bisa menghasilkan sebesar Rp 10.200.000.

Joko berharap di Madura ada pabrik gula. Dia sebenarnya mengaku sempat mendengar kabar bahwa Pemerintah Pusat akan membangun pabrik gula di Kabupaten Pamekasan. Meski tidak didirikan di Kabupaten Sumenep, Joko sangat berharap kabar tersebut benar dan direalisasikan untuk tahun 2016 ini.

“Di Kabupaten Sumenep potensi tebu sangat luar biasa. Tidak hanya di wilayah daratan, wilayah kepulauan juga berpotensi ditanami tebu,” pungkas Joko. (smn2/rev)