SURABAYA, BANGAONLINE.com - Ancaman masuknya gula impor ke tanah air termasuk Jawa Timur sudah di depan mata. Terbukti pemerintah akan melakukan impor gula Kristal putih sebesar 200 ribu ton di bulan ini. Terkait impor gula, DPRD Jatim dengan tegas menolak gula impor masuk ke Jawa Timur. Sebab, hal itu akan membuat harga gula lokal hancur, bahkan tak tak dilirik pedagang. Imbasnya petani tebu pasti merugi. Pernyataan itu disampaikan anggota Komisi B, Chusainuddin.
Menurut Wakil Sekretaris Fraksi PKB DPRD Jatim itu, petani tebu juga harus intropeksi dengan meningkatkan kualitas tanaman tebu yang mereka tanam. Pasalnya, sampai saat ini masih banyak tanaman tebu hasil petani lokal yang rendemennya masih di bawah 8 persen. Padahal dalam Perda No. 17 Tahun 2012 tentang Rendemen Tebu diamanatkan rendemen tebu jawa Timur sekurang-kurangnya 8 persen. Tapi prakteknya di lapangan masih banyak yang berada pada kisaran 6 persen. Sebaliknya, rendemen tebu hasil petani Vietnam itu minimal 10 persen. Bahkan mereka sudah bisa mencapai angka rendemn tebu 12 persen.
Baca Juga: Reses, Ketua DPRD Jatim Serap Aspirasi Masyarakat di Griya Bakti Prapen Indah
“Posisi dewan berpihak pada petani, makanya kami tolak gula impor masuk Jawa Timur. Tapi petani tebu di Jatim juga harus mampu bersaing dengan kualitas tebu impor. Paling tidak bisa mencapai rendemen 8 persen sesuai perda rendemen tebu yang sudah diberlakukan di Jatim,” beber politisi PKB itu, seperti dikutip dari HARIAN BANGSA, Senin (18/1).
Politisi yang juga Ketua Persatuan Artis Musik Melayu Indonesia (PAMMI) kabupaten Tulungagung ini berharap Pemprov Jatim terutama Disbun melakukan pendampingan dan pembinaan kepada petani tebu di Jatim agar produksi tebu yang mereka hasilkan bisa mencapai 8 persen.
Ajudan Menteri Tenaga Kerja di era Muhaimin Iskandar ini menyarankan Disbun mengintensifkan program rawat ratoon, karena efektif meningkatkan rendemen tebu. Selain itu, Disbun juga harus memberi perhatian khusus pada jenis tanaman tebu unggulan, contohnya tebu hijau. Sebab, tebu hijau yang banyak ditanam petani di kawasan Blitar, Kediri dan Tulungagung memiliki banyak keunggulan dibandingkan tanaman tebu merah yang mayoritas di tanam petani di Jatim.
Baca Juga: Ketua DPRD Jatim Pimpin Upacara Hari Pahlawan 2024 di TMP Sepuluh Nopember 1945
Chusainuddin menjelaskan keunggulan tebu hijau diantaranya, rendemennya bagus, beratnya per batang juga bisa mencapai lima kilogram sehingga hasil gilingnya pun maksimal. Selain itu aromanya enak dan juga tahan lama alias tak muda rusak atau busuk.
“Hasil panen yang lalu, petani tebu di Tulungagung menerima hasil panen tebu dengan harga yang bagus. Itu berkat tanaman tebu hijau yang berkualitas. Saya berharap Pemprov dan Disbun bisa menjajaki pengembangan tebu hijau di daerah lain,”tandas politisi kelahiran Tulungagung ini. (mdr/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News