SURABAYA (bangsonline) - Dalam menyongsong AFTA 2015, Pemprov Jatim akan menambah komposisi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) lebih banyak dibandingkan SMA.Jika sebelumnya perbandingan SMK dan SMA adalah 60:40, maka sekarang ditambah menjadi 70 persen SMK dan 30 persen SMA.
Gubernur Jatim Soekarwo (Pakde Karwo) saat menjadi inspektur upacara peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Gedung Negara Grahadi, Jumat (2/5/2014) menegaskan, fokus Pemprov Jatim terhadap SMK dimaksudkan agar siswa yang memiliki keterampilan atau skill sehingga bisa langsung mengaplikasikan diri di pasar kerja. Ini diharapkan membantu daerah dalam menghadapi pasar bebas.
Baca Juga: Di SMA Award 2024, Pj Gubernur Jatim Minta Konsisten Berprestasi Tingkat Nasional dan Internasional
Pakde Karwo menjelaskan, di bidang pendidikan, Jatim juga menyiapkan SMK Mini. SMK ini menjadi pilihan dan disesuaikan dengan kebutuhan lokal yang bertujuan untuk menyiapkan tenaga terampil dan ahli sesuai kemampuan di bidangnya. Dicontohkan, jika sebuah wilayah berada di daerah pesisir laut, bisa dibangun SMK Kelautan atau pelayaran. Di SMK ini, siswa tidak lagi diajarkan teknik mengelas dasar besi pagar saja, melainkan mengelas kapal. “Keberadaannya disesuaikan dengan kebutuhan di masing-masing wilayah yang ada," ungkapnya.
Pentingnya sekolah kejuruan ini, bertujuan untuk menjadikan tenaga terampil informal menjadi tenaga formal. Salah satu contohnya, jika Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang sudah termasuk dalam tenaga formal akan dilindungi oleh payung hukum yang ada. Akan tetapi, jika mereka masih di dalam tenaga informal tidak dilindungi oleh payung hukum yang kuat.
“Masyarakat harus diajak untuk hijrah pemikiran dari kebiasaan bersekolah umum beralih ke sekolah kejuruan. Jika sekolah kejuruan bisa mencapai 70 persen dan sekolah umum 30 persen, maka siswa akan siap menghadapi pasar bebas. Akan tetapi, keberadaan SMK ini juga harus diikuti oleh kebijakan untuk meneruskan pendidikan yang lebih tinggi ke perguruan tinggi. Jatim merupakan provinsi yang paling siap menyongsong pasar bebas dengan modal SDM dan tenaga terampil yang berkualitas,” tegasnya.
Baca Juga: Tingkatkan Literasi Siswa, Khofifah Dorong Inovasi Digital di Perpustakaan
Sementara itu, saat membacakan sambutan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan MNuh, Pakde Karwo menjelaskan bahwa peringatan Hardiknas 2014 ini mengusung tema Pendidikan untuk Peradaban Indonesia yang Unggul. Tema ini, mengingatkan bahwa pendidikan bukan hanya menyelesaikan persoalan yang bersifat teknis namun upayanya memanusiakan manusia untuk membangun peradaban yang unggul.
Dalam dunia pendidikan ada dua hal yang sangat mendasar. Pertama, terkait dengan akses untuk mendapat layanan pendidikan yang mana akses tersebut dipengaruhi oleh ketersediaan dan keterjangkauan. “Beberapa program seperti BOS untuk pendidikan dasar dan menengah, bantuan siswa miskin, bidikmisi, pengiriman guru untuk daerah Bantuan Operasional untuk perguruan tinggi negeri merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan akses secara inklusif dan berkeadilan,” tuturnya.
Kedua, yaitu terkait dengan kualitas pendidikan yang dipengaruhi ketersediaan guru, kurikulum dan sarana prasarana. Beberapa kebijakan dan program yang telah ditetapkan antara lain pendidikan dan pelatihan guru berkelanjutan, penerapan kurikulum 2013 dan rehabilitasi sekolah yang rusak. Hal ini merupakan momentum untuk melakukan penataan sistem perbukuan pelajaran.
Baca Juga: PT Megasurya Mas Beri CSR Beasiswa untuk 356 Siswa di Sidoarjo
Selain itu, Mendikbud mengajak kepada guru dan pemangku kepentingan lainnya untuk bersama-sama menyukseskan implementasi kurikulum 2013. Kurikulum tersebut mempersiapkan generasi emas anak. Generasi emas ini, mencakup generasi yang kreatif, inovatif, produktif, mampu berfikir tinggi, berkarakter serta cinta dan bangga menjadi Bangsa Indonesia. “Dengan generasi emas itulah, kita bangun peradaban Indonesia yang unggul menuju kejayaan Indonesia di tahun 2045,” imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News