BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Tumpukan sampah terlihat di beberapa sudut ruangan. Masing-masing sampah ditempatkan di ruang terpisah yang diberi batas jaring besi. Sampah-sampah itu dipisahkan dari yang sampah plastik, kertas, kaca dan sampah logam. Sementara para pekerja sedang sibuk memisahkan sampah yang kebanyakan dari botol dan gelas plastik air minum.
Pemandangan itu terlihat di Bank Sampah Desa Campurejo. Ya, saat ini warga Desa Campurejo, Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro punya bank sampah. Sehingga, sampah yang dikumpulkan warga, setiap minggu diangkut oleh petugas Bank Sampah untuk diolah kembali agar bisa bernilai rupiah.
Baca Juga: Deklarasi Relasi Jamur, Ketua Dekopinwil: Jangan Sampai Jatim Dipimpin Selain Khofifah
Manajer Bank Sampah Desa Campurejo, Muhammad Yasin (42) Warga RT 12 RW 02 mengungkapkan, pembuatan bank sampah ini baru dimulai sekitar satu bulan lalu. Warga mempunyai inisiatif membuat bank sampah dengan memanfaatkan dana CSR yang diberikan oleh operator minyak dan gas bumi (Migas) di wilayah setempat.
"Masyarakat Campurejo bisa mengumpulkan sampah rumah tangganya sendiri dan dijual kepada kami untuk diolah kembali menjadi barang siap jual," ujarnya, Jumat (5/2).
Untuk mengumpulkan sampah rumah tangga itu sebelumnya anggota koperasi Bank Sampah melakukan sosialisasi kepada warga agar tidak membuang sampah plastik, logam, kertas dan kaca. Ajakan untuk mengumpulkan sampah itu mendapat tanggapan positif dari warga. Alhasil, setiap minggu sampah yang terkumpul bisa mencapai 1 kwintal.
Baca Juga: Peletakan Batu Pertama Masjid Darussalam Trucuk Bojonegoro, Khofifah Bahas soal Perdamaian Gaza
Bukan hanya berhenti di situ, sebanyak 15 pekerja di bank sampah campurejo ini rencana ke depan akan menggandeng sekolah di desa itu untuk mengumpulkan sampah. "Ke depan kita juga berencana menerima sampah sisa makanan juga untuk diolah menjadi pupuk kompos," ujar Admin Bank Sampah Campurejo, Ali Syafi'i (24) mendampingi Yasin.
Kepala Desa Campurejo, Edi Sampurno menjelaskan, bank sampah ini nantinya akan berdampak pada peningkatan ekonomi kreatif berkelanjutan bagi masyarakat. "Desa sudah menyiapkan SDM dulu sebelum menerima CSR. Menjalin komunikasi dengan warga yang mengerti tentang administrasi untuk pengajuan program, maupun laporan," ungkapnya.
Sedangkan, secara pengelolaan, kata dia, pihak pemerintah desa tidak terlibat sama sekali. Pejabat desa dalam hal ini, menurutnya, hanya melakukan kontrol dan memberi ruang sebesarnya untuk menampung kreatifitas warga. "Semua yang mengurus murni dari warga sendiri," tegasnya.
Baca Juga: Berangkatkan Jalan Sehat Hari Koperasi di Bojonegoro, Khofifah: Penggerak Ekonomi Kerakyatan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News