NGANJUK, BANGSAONLINE.com - Sinden kondang dari Nganjuk, Jawa Timur, Tri Kasiati (58) atau yang lebih dikenal dengan nama Sulastri mengakhiri hidupnya dengan tragis, Senin (15/2). Dia gantung diri dengan sehelai selendang usai telepon anaknya yang ada di Papua. Agus, anak kesayangannya tersebut sudah merantau di Papua selama 15 tahun dan belum pernah pulang.
Kali pertama, kejadian diketahui Samsuri suami korban pukul 09.15 WIB, sesaat setelah dia pulang dari takziah ke rumah tetangganya yang meninggal dunia. Awalnya dia tidak menaruh curiga apapun dan memanggil-manggil istrinya.
Baca Juga: Seorang Kakek di Nganjuk Tewas Gantung Diri
Tak ada jawaban atas panggilannya dia bergegas masuk ke kamar untuk mencari istrinya. Kaget seketika setelah didapati istrinya telah menggantung dengan seutas selendang yang dilatikan di kusen pintu kamar miliknya. Melihat kejadian itu dia langsung berlari keluar rumah meminta pertolongan tetangganya. Teriakan yang diiringi tangisan mengundang tetangganya untuk memberikan pertolongan.
Sementara melihat kejadian itu, salah satu tetangganya melaporkan kejadian itu kepada kepala desa. Karena kematiannya dianggap tidak wajar, kepala desa Pujianto melaporkan ke Mapolsek dan Koramil Loceret.
“Kami amankan TKP sambil menunggu tim identivikasi dari Mapolres Nganjuk,”ungkap salah satu anggota yang berada di TKP.
Baca Juga: Diduga Ada Masalah Keluarga, Warga Prambon Nganjuk Ditemukan Tewas Gantung Diri
Kepala Desa Patihan Pujiyanto saat dikonfirmasi koran ini di rumah duka mengatakan, pihaknya mengetahui kejadian ini setelah mendapat laporan dari warga.
Sesuai cerita dari suaminya korban Samsuri, sebelum berangkat takziah dia mendengar kalau istrinya menerima telpon dari anaknya Agus yang berada di Irian Jaya. Sayangnya Samsuri tidak mengetahui pasti isi perbincangan istri dan anaknya itu. Tanpa merasa curiga apun, Samsuri meninggalkan istrinya yang sedang mengobrol dengan anaknya.
”Tetapi sebelumnya memang istrinya sudah sering telpon dengan anaknya. Cuma kalau ditanya dia selalu tidak mau mengaku ada masalah apa dengan anaknya,” tutur Pujianto.
Pagi sebelum berangkat takziah korban masih membuatkan kopi suaminya. Saat dipamiti akan takziah pun, korban juga menjawab dengan baik, jadi kondisi korban tidak dalam keadaan sakit. Hal tersebut juga diperkuat peyataan Dariyanto Modin desa setempat.
”Kemarin masih berpapasan dengan saat dia pergi ke warung, saya malah sempat mengobrol kecil dengan dia,” imbuh Dariyanto.
Kepergian sinden kondang ini meninggalkan duka yang mendalam terhadap seluruh anggota keluarga. Tidak ada firasat apapun dari keluarga kalau Sulastri akan mengakiri hidupnya dengan cara yang tragis. Hampir semua anggota keluarga yang hadir di rumah duka menangis, bahkan ada salah satu menantunya yang juga seorang guru pingsan. (dit/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News