Kiai Dur, Menantu KHM Hasyim Asy'ari dan Tonggak Berdirinya Pagar Nusa NU itu Wafat

Kiai Dur, Menantu KHM Hasyim Asy KH Abdurrahman Utsman.

JOMBANG, BANGSAONLINE.com - KH Abdurrahman Utsman, ketua PCNU Jombang dua periode (1992 -2002) wafat. Kiai Dur – panggilan KH Abdurrahman Utsman – wafat di RSUD Jombang, Jawa Timur, Rabu (17/2), pukul 02.30 WIB. Jenazah kiai kelahiran 15 Juli 1949 di Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur ini sebelumnya disemayamkan di rumah duka Jalan Garuda Nomor 1 Tambakberas, dan dimakamkam di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Mamba’ul Ma’arif Denanyar sekitar pukul 11.00 WIB.

Sebelum wafat ia sempat dirawat di Rumah Sakit Graha Amerta Surabaya.Ia sempat menjalani kemoterapi ke-2 setelah divonis menderita tumor empedu.

Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng

Saat itu BANGSAONLINE sempat menjenguk. Ia bercerita tentang penyakitnya. ”Menurut dokter, ada dua alternatif. Pertama dioperasi. Kedua dikemoterapi. Saya tak mau dioperasi, saya milih dikemoterapi,” katanya saat itu. Kondisinya tampak lemah tapi ia masih sempat guyon.

Kiai Dur memang sangat humoris dan selalu ceria. Haji Abdul Wahid Asa, teman seperjuangannya di NU, bercerita bahwa Kiai Abdurrahman Utsman selalu guyon.Ia bercerita sewaktu sama-sama jadi anggota DPRD Jatim. ”Memang selalu guyon,” kata Abdul Wahid Asa. Kiai Dur dan Wahid Asa memang pernah menjadi anggota DPRD Jatim dari Fraksi PKB.

Bahkan ketika sakit kali pertama Kiai Dur dan Wahid Asa sempat guyon. ”Sakitnya itu kan waktu pembukaan Muktamar NU,” kenang Wahid Asa. Saat itu Kiai Dur, tutur Wahid Asa, mengeluh sakit. Lalu dipijat doleh Yono, tukang pijat. ”Saya sempat bilang dipijet begitu saja sakit,” kata Wahhid Asa. Ternyata, kata Wahid Asa, ia mengeluh sakit bukan karena dipijat tapi karena tumornya.

Baca Juga: Tren Santri Belajar di Luar Negeri, Sekarang Peluang Makin Besar dan Tak Terbatas

Kiai Dur selain dikenal sebagai tokoh NU juga menantu Hadratussyaikh Muhammad Hasyim Asy’ar, pendiri NU dan Pesantren Tebuireng Jombang. Seperti dilansir Tebuireng.org, Kiai Utsman merupakan suami Nyai Hj. Khodijah bin Hasyim, puteripasangan Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asyari dan Nyai Hj. Masruroh. Dalam pernikahan tersebut dikaruniai empat orang anak, salah satunya Gus Aizuddin Abdurrahman. Gus Aiz – panggilan H. Aizuddin Abdurrahman adalah mantan ketua umum PP. PSNU Pagar Nusa yang kini menjadi salah satu ketua PBNU.

Sebelum menikah dengan Kiai Abdurrahman Utsman, Bu Khod (panggilan Nyai Hj Khodijah) memiliki tiga anak dari pernikahannya dengan KH. Ahmad Hadzik, yaitu KH Ishomuddin Hadzik (Gus Isom, Alm), Gus Fahmi Amrullah, dan Gus Zakki. Sepeninggal Bu Khod, Kiai Abdurrahman Utsman menikah lagi dengan Hj. Luluk Muashomah, cucu KH. Bisri Syansuri Denanyar.

Di Tebuireng Kiai Abdurrahman Utsman banyak mengajar kitab kuning, di antaranya Fathul Mu’in, kitab fiqh standar menengah. Bahkan Kiai Abdurrahman Utsman menjadi lurah Pondok Pesantren Tebuireng pada akhir tahun 1985 sampai awal tahun 1986.

Baca Juga: Mudah Tanpa Bantuan Jin, Ijazah Amalan Ilmu Pesugihan oleh Kiai 'Sakti' Jawa Timur

Pada saat itu para pendekar NU dari beberapa perguruan silat sepakat menggelar pertemuan di Tebuireng, Jombang. KH. Syansuri Badawi saat itu dianggap sebagai sesepuh. Maklum, kiai asal Cirebon Jawa Barat ini juga dikenal piawai pencak silat.

KHM Yusuf Hasyim pengasuh Tebuireng sebelum KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) mengutus Kiai Dur untuk memfasilitasi rencana pertemuan tersebut. Saat itu para pendekar Tebuireng yang tergabung dalam perguruan silat adalah Nurul Huda Pertahanan Dua Kalimat Syahadat (NH Perkasya) yang digawangi oleh KH. Lamro Azhari turut menjadi unsur penentu dalam pertemuan itu.

Pertemuan perdana dilaksanakan di Pondok Pesantren al-Masruriyah Jombang yang saat itu diasuh Kiai Dur bersama sang Istri, Bu Khod. Pertemuan kemudian dilanjutkan di belakang perpustakaan untuk mendirikan organisasi pencak silat NU, yang terdiri dari beberapa perguruan.

Baca Juga: Mahfud MD: Pesantren Aset Besar NKRI

Hasil pertemuan disampaikan kepada KH. Maksum Jauhari Lirboyo. Pertemuan itu menjadi tonggak bagi pertemuan-pertemuan berikutnya hingga Pagar Nusa berdiri sebagai wadah pendekar NU dari berbagai perguruan, bukan sebuah perguruan. Namun pada perkembangannya, Pagar Nusa yang awalnya hanya perkumpulan pendekar NU berubah menjadi sebuah perguruan sendiri, dengan perguruan Pencak Silat NU (PSNU) Pagar Nusa.

Karena itu mudah dipahami jika Kiai Dur dikenal sebagai salah satu tokoh pendiri perguruan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa. (tim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO