Rembug Pendidikan Pergunu, Kiai Asep: Pemimpin akan lahir dari Bojonegoro, Jika Peduli Pendidikan

Rembug Pendidikan Pergunu, Kiai Asep: Pemimpin akan lahir dari Bojonegoro, Jika Peduli Pendidikan DARI KANAN: Prof Dr Sri Minarti, M. Mas'ud Adnan, M.Si, Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, Dr H Agus Huda dan M Hasan Basri. Foto: bangsaonline

BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com – Ketua Umum Pimpinan Pusat Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PP Pergunu) Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, menegaskan bahwa pemimpin nasional bakal lahir dari Bojonegoro, jika pemerintah Kabupaten Bojonegoro peduli dan memperhatikan pendidikan.

“Kalau Bojonegoro memperhatikan pendidikan, maka pemimpin-pemimpin akan lahir dari Bojenegoro,” tegas Prof Dr KH Asep Saifuddin Chalim, MA, dalam acara Rembug Pendidikan Bojonegoro yang digelar PC Pergunu Bojonegoro di Pendopo Kabupaten Bojonegoro, Rabu (29/10/2025).

Karena itu Kiai Asep minta Pemerintah Kabupaten Bojonegoro memperhatikan pendidikan, terutama pondok pesantren. Kiai Asep menyadari bahwa anggaran untuk pensantren dan pendidikan agama sering terbentur payung hukum. Tapi Kiai Asep mengaku pernah mendapat penjelasan dari Kepala Bapedda Pemprov Jawa Timur Muhammad Yasin.

“Kata Kepala Bappeda Pemprov Jatim dana untuk MTs dan pendidikan agama lainnya boleh dalam bentuk hibah seperti halnya TPQ,” kata pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya dan Pacet Mojokerto itu.

Dalam acara Rembug Pendidikan yang dimoderatori M Hasan Basri itu hadir Bupati Bojonegoro H. Setyo Wahono, Ketua DPRD Bojonegoro Abdullah Umar, anggota DPRD Jatim Sri Wahyuni.

Juga pengurus NU, Muslimat NU, Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU dan Pergunu itu, dan para kiai pengasuh pondok pesantren.

Selain Kiai Asep juga tampil sebagai nara sumber Prof Dr Sri Minarti, Ketua Senat Akademik Unugiri, Dr H Agus Huda, Akademisi yang juga Dewan Penasehat Pergunu dan M. Mas’ud Adnan, CEO HARIAN BANGSA dan BANGSAONLINE.

Kiai Asep mengingatkan bahwa sejarah Indonesia tak lepas dari pendidikan, terutama pondok pesantren. Ia memberi contoh peristiwa pertempuran 10 November 1945 di Surabaya. Menurut Kiai Asep, dalam perang mempertahankan kemerdekaan Indonesia itu kiai dan santri yang berada di garda terdepan. Terutama Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asy’ari, KH Abbas Abdul Jamil Buntet, Bung Tomo dan KH Muhammad Yusuf Hasyim.

Dalam pertempuan 10 November itu, tegas Kiai Asep, korban meninggal sangat besar, mencapai 30 ribu orang lebih. Mayat-mayat bergelimpangan di Sungai Kalimas Jembatan Merah Surabaya.

Dalam perang itu juga jenderal andalan Inggris Mallaby tewas, setelah diculik oleh santri yang dipimpin Kiai Abbas Abdul Jamil. “Jenderal Mallaby dibunuh oleh tiga santri Tebuireng,” ujar putra pahlawan nasional KH Abdul Chalim itu.

Karena itu, tegas Kiai Asep, kiai dan santri sekarang harus mengisi kemerdekaan Indonesia.“Untuk mewujudkan cita-cita luhur kemerdekaan, pesantren harus melakukan transformasi sesuai kebutuhan masyarakat sekarang,” kata Kiai Asep yang pada Agustus lalu mendapat penghargaan Maha Putra Nararya dari Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara Jakarta.

“Jadi, karena kiai dan santri yang memerdekaan bangsa, maka kiai dan santri yang harus mengisi kemerdekaan bangsa,” tambahnya.

Menurut Kiai Asep, jika Indonesia ingin maju, maka harus berpijak pada empat pilar. Pertama, dengan ilmunya ulama, kedua, dengan adilnya penguasa, ketiga, dengan kedermawanan orang-orang kaya dan keempat dengan doanya para fakir miskin.

Kiai Asep juga menegaskan bahwa dalam proses transformasi, pesantren harus dikelola oleh guru yang baik. Menurut Kiai Asep, ada lima kriteria guru baik.

“Pertama, menguasai kompetensi dan selalu memperbaiki kompetensinya,” tegas Kiai Asep.

Kedua, tutur Kiai Asep, guru yang bertanggungjawab. Maksudnya, guru dalam menstranfer ilmunya sampai semua murid mengerti.

“Al’ilmu huwal fahmu, ilmu itu mengerti. Guru tak boleh berhenti menjelaskan sebelum muridnya mengerti,” katanya.

Begitu juga murid tak boleh berhenti bertanya sebelum mengerti apa yang disampaikan guru.

“Tapi kalau sudah mengerti tak boleh bertanya lagi,” kata Kiai Asep.

Ketiga, guru menjadi teladan moral di depan muridnya. Menurut Kiai Asep, seorang guru tak boleh menyukai muridnya.

Keempat, guru yang memandang muridnya sebagai anak kandung sendiri.

“Karena Nabi menganggap para sahabat seperti anak kandung sendiri,” kata Kiai Asep mengutip sebuah Hadits.

Kelima, guru yang mendoakan muridnya.

Sementara Bupati Setyo Wahono mengucapkan terima kasih kepada Pergunu karena telah menggelar acara Rembug Pendidikan di Pendopo Kabupaten. Adik Profesor Pratikno, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia itu mengaku sangat senang karena dirawuhi Kiai Asep.

Dalam sambutannya Bupati Setyo Wahono banyak menyinggung soal adab dan karakter dalam pendidikan. Menurut dia, adab dan karakter sangat penting dalam pendidikan.

“Kecerdasan itu penting tapi adab dan karakter lebih penting,” katanya.

Ketua PC Pergnu Ahmad Suprayitno juga mengucapkan terimakasih kepada para tokoh dan kiai, terutama kepada Kiai Asep. Ia mengaku sangat mendukung pendidikan Bojonegoro menuju daya saing global.