KOTA MALANG, BANGSAONLINE.com - Sebanyak 380 warga dari RT 1 sampai RT 5 wilayah RW 4 Kelurahan Wonokoyo Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, selama 5 hari lebih tidak bisa menikmati mandi. Hal itu disebabkan matinya air Hipam yang dimiliki oleh warga RW 4 tersebut.
Itu terjadi sejak Sabtu (27/02) hingga Rabu (02/03) kemarin. Warga hanya hanya bisa memakainya untuk minum dan buat memasak semata.
Baca Juga: Polri Uji Coba Syarat Kepesertaan Aktif JKN bagi Pemohon SIM di Malang Raya
Selama 5 hari itu pula, warga rela antre ambil air. Sebab, tidak ada yang pasang jaringan PDAM maupun air sumur bor. Warga hanya mengandalkan air Hipam.
"Warga mengandalkan air Hipam secara totalitas, tidak ada yang berupaya pasang jaringan PDAM maupun air sumur bor, sehingga warga selama 5 hari, rela antre sepanjang waktu, dari pagi hingga sore hari," ungkap Halilah, warga RT 3 RW 4 Kelurahan Wonokoyo yang kena dampak air Hipam mati.
Lebih jauh Halilah mengutarakan, bahwa air Hipam di wilayahnya memang kerap mati pada setiap tahunnya. Namun matinya pada bulan berbeda. "Jika tahun 2015 kemarin pada bulan Maret, kini di tahun 2016 matinya pada akhir bulan Februari. Itu pun matinya sekitar 3 sampai 5 atau bisa lebih," ceritanya.
Baca Juga: Sinergi BPJS Kesehatan dan Poltekkes Malang Sukseskan Program JKN
"Solusinya, ada pengadaan air oleh pengurus Hipam dari PDAM Kabupaten Malang. 1 RT hanya dijatah 1 tangki air," ungkap Halilah.
Halilah berharap kepada pengurus Hipam agar mengupayakan adanya mesin pompa baru untuk cadangan agar ke depannya tidak lagi terjadi peristiwa seperti ini.
Saat dikonfirmasi terkait hal ini, Manajer Perawatan PDAM Kota Malang, Sulis Andri Asmawan mengatakan bahwa PDAM Kota Malang memang tidak melayani jasa tangki air kepada masyarakat non pelanggan. Oleh karena itu ia mengimbau agar masyarakat yang belum pasang, bisa bergabung sebagai pelanggan PDAM.
Baca Juga: Rasakan Manfaat JKN Usai Kecelakaan, Peserta Asal Malang ini Ajak Terapkan Pola Hidup Sehat
Sedangkan Purnomo, bendahara Hipam, enggan memberikan komentar terkait hal ini.
Sementara Farian, yang istrinya kasir penerima iuran dari warga, mengatakan bahwa persoalan ini muncul lantaran kekuatan mesin pompa terus menurun. "Untuk itu, apabila warga ingin pompa baru uangnya belum mencukupi," keluhnya.
"Perbaikannya (pompa,red) saja menelan biaya mencapai Rp 14 juta, apalagi jika pengadaan (pompa baru,red), sebagaimana yang diharapkan warga, bisa menelan biaya Rp 30 jutaan," tambahnya,
Baca Juga: Peserta JKN di Malang Rasakan Manfaat Nyata Layanan PANDAWA
"Saya berani dievaluasi, terkait keuangan yang sekarang ini. Sangat siap sekali jika mau mengauditnya. Pengurus berharap agar iuran air Hipam mesti dinaikan, supaya keuangan yang masuk bisa segera mencukupi," pungkasnya. (iwa/thu/dur)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News