Tafsir Al-Hijr 85-86: “Rahmatan Lil Alamin” Ala NU

Tafsir Al-Hijr 85-86: “Rahmatan Lil Alamin” Ala NU Ilustrasi Front Pembela Islam (FPI) konvoi. foto: merdeka.com

Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .   

BANGSAONLINE.com - “Wamaa khalaqnaa alssamaawaati waal-ardha wamaa baynahumaa illaa bialhaqqi wa-inna alssaa’ata laaatiyatun faishfahi alshshafha aljamiila. Inna rabbaka huwa alkhallaaqu al’aliimu”.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty

Ketika ada sebagian Banser (NU) menjaga keamanan di depan gereja pada hari Natal, seorang teman bertanya:

Teman: Gimana itu hukumnya, boleh atau tidak?

Penulis: Salahnya apa?

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia

Teman: Itu kan membantu kelancaran acara kemusyrikan. Dan membantu perbuatan dosa apalagi syirik, kan dilarang oleh al-Qur'an.

Penulis: Ya, kamu betul!

Seorang teman sebelah menyela: Jika niatnya menjaga keamanan secara umum (bukan khusus gereja), bukankah itu ibadah berpahala juga?

Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana

Disahut lagi teman yang di sebelah: Tapi Banser itu dibayar untuk berjaga di situ.

Penulis: Kenapa harus Banser yang diminta berjaga di gereja?

Teman: Karena dikhawatirkan diserang oleh FPI (Front Pembela Islam). Nah, FPI itu kalau berhadapan dengan Banser, rupanya agak keder, dibanding berhadapan dengan aparat keamanan.

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Tentukan Hak Asuh, Nabi Sulaiman Hendak Potong Bayi Pakai Golok

Penulis: Kawan-kawan FPI itu kan muslim, sama dengan kita, bahkan lebih semangat dalam kerja nahi munkar, memberantas kemunkaran dibanding kita

Teman: Ya benar. Tapi mereka ngawur, anarkis dan main hakim sendiri.

Berikut ini renungan Penulis terhadap dialog tersebut :

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Panduan dari Nabi Daud dan Nabi Sulaiman untuk Memutus Kasus Perdata

FPI, main hakim sendiri? Itu betul, tapi tidak seluruh yang dilakukan FPI itu salah menurut agama. Memang negara ini negara hukum. Tapi nyatanya, banyak persoalan hukum yang menyangkut keibadahan umat terbiarkan. Minuman keras dilarang, pelacuran dilarang, tapi marak dan aparat tahu. FPI membantu memberantas, tapi disalahkan, dianggap tidak punya kewenangan dan main hakim sendiri. Sementara orang islam lain yang diam saja dan tidak berbuat apa-apa, seperti kebanyakan warga NU, termasuk Muhammadiyah justru dianggap islami dan dipuji. Benarkah begitu menurut agama?

Ya Tuhan, jangan-jangan dosa kita yang tidak berbuat apa-apa terhadap kemungkaran, tidak mencegah kemaksiatan -padahal kita mampu- lebih besar dibanding dengan dosa kawan-kawan FPI yang anarkis, tapi mereka sudah berbuat nahi munkar. Mohon ampunilah dosa kami dan beri kami kemampuan bernahi munkar secara benar.

Dulu, kawan-kawan FPI pernah mengancam akan membubarkan paksa konser Lady Gaga jika tetap digelar di negeri ini. Mereka berhasil, dan kepada mereka, Penulis ucapkan "Barakallah fikum". Bukankah itu sikap nahi munkar yang sukses dan dipuji-puji oleh Tuhan? Bukankah itu wujud amal ibadah yang maslahahnya nyata, bisa menghindarkan ribuan umat islam dari pertunjukan maksiat?

Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Cara Hakim Ambil Keputusan Bijak, Berkaca Saja pada Nabi Daud dan Sulaiman

Tapi lihat kenyataan di banyak tempat, masih ada sebagian kawan-kawan Banser (NU) menjaga keamanan pesta dangdutan, joget erotis, goyang pelacur dan semacamnya dengan artis yang setengah telanjang, egol-egol di hadapan umum. Apakah ini "Rahmatan Lil Alamin" ala NU?

Kok yang disayangi yang maksiat-maksiat saja, sementara yang memberantas maksiat justru malah dimusuhi. Mohon berpikir jernih dan murni berdasar nurani ketaqwaan. Kira-kira mana yang lebih bersih menurut keimanan, FPI atau Banser? Semoga Allah selalu membimbing kita dalam hidayah-Nya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO