JAKARTA, BANGSAONLINE.com – Inilah sikap tegas Pemerintah Indonesia terkait kunjungan lima wartawan dari media massa tanah air ke Israel. Juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, menyatakan bahwa pemerintah Indonesia menyesalkan lawatan para jurnalis ini dimanfaatkan pemerintah Israel untuk mempolitisasi hubungan kedua negara. Rombongan jurnalis Indonesia itu diterima langsung oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di kantornya.
Arrmanatha Nasir mengatakan pihaknya tidak bisa melarang kunjungan beberapa wartawan ke Yerusalem jika memang atas prakarsa pemerintah Zionis.
Baca Juga: Bersama Gapura dan Owner Bawang Mas Group, Ribuan Masyarakat di Pamekasan Doakan Palestina
"Terkait kegiatan media yang ada di Israel memang suatu yang tidak bisa kita larang untuk media di Indonesia datang ke Israel," kata Tata, sapaan akrab sang jubir, saat ditemui di Jakarta, Selasa (29/3).
Merdeka.com memperoleh keterangan sumber yang memastikan sosok-sosok yang berfoto bersama PM Netanyahu memang wartawan senior di media cetak serta televisi Indonesia.
Pemerintah Indonesia mengaku terusik melihat pengumuman di situs resmi kemenlu Israel, yakni mfa.gov.li yang mengaitkan kedatangan para wartawan dengan kemungkinan membuka hubungan diplomatik antara kedua negara.
Baca Juga: Viral Pernyataan Babe Haikal Terkait Sertifikasi Halal, Mahfud MD Beri Tanggapan Menohok
"Kita sayangkan kalau kegiatan ini dipolitisasi, dibuat terkait dengan hubungan Indonesia dan Israel," kata Tata.
Pemerintah Indonesia menegaskan sikap memperjuangkan kemerdekaan Palestina yang sebagian wilayahnya kini diduduki paksa oleh pemukim asal Israel.
Tata mengatakan pemerintah Indonesia berpegang pada kesepakatan negara anggota Organisasi Kerja sama Islam (OKI) yang mengecam keras tindakan Negeri Bintang Daud itu menjajah wilayah Palestina baik di Tepi Barat, Yerusalem, maupun Jalur Gaza.
Baca Juga: Setahun Tragedi Genosida, API Palestina Jatim Bakal Gelar Aksi di Surabaya dan Malang
"Kita terus perjuangkan kemerdekaan Palestina agar Palestina mendapat kemerdekaan dari Israel," tandasnya.
Anggota Komisi I DPR Syaifullah Tamliha menilai jika Israel benar-benar membuka ruang diplomatiknya bagi Indonesia boleh saja. Asalkan mengakui kemerdekaan Palestina.
"Syaratnya satu saja. Asal Israel mau mengakui Palestina merdeka sebagai negara," kata Tamliha di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (29/3).
Baca Juga: Hari Perdamaian Internasional, Khofifah Ajak Semua Pihak Terus Serukan Perdamaian di Palestina
Sebab, menurut Tamliha, Indonesia harus mengaplikasikan UUD 1945. Dalam hal ini menolak adanya sebuah negara yang menjajah bangsa lain.
"Sepanjang kita menggunakan pembukaan UUD 45 maka tidak akan ada hubungan diplomatik terhadap Israel," tuturnya.
Anggota Komisi I DPR Tantowi Yahya menilai percuma
Israel membuka ruang hubungan kerja sama diplomatik dengan Indonesia. Sebab
Indonesia tidak akan sembarangan membuka pintu bagi negara penjajah.
"Kita tidak akan menjalin hubungan diplomatik dengan negara yang melakukan
penjajahan atas negara lain. Itu amanat konstitusi," kata Tantowi saat
dihubungi, Selasa (29/3).
Politikus Partai Golkar kubu Aburizal Bakrie ini menjelaskan bahwa Israel sudah
sejak lama menjalin komunikasi dengan Indonesia. Namun negara ini masih enggan
menerimanya.
"Tapi keinginan itu hanya akan sebatas angan-angan karena kita tidak akan
membukakan hubungan diplomatik selama mereka masih mengokupasi wilayah Palestina,"
tuturnya.
Namun menurut Tantowi, sejauh ini sudah ada hubungan yang erat antar jejaring
pengusaha di Indonesia dengan Israel. "Hubungan ekonomi selama ini sudah
terjalin melalui para pengusaha. Demikian juga di bidang pertahanan meski tidak
secara langsung," ujarnya.
Baca Juga: Siswa MTsN Kota Pasuruan Juara 1 MYRES Nasional, Mas Adi: Anak Muda yang Harumkan Daerah
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Banyamin Netanyahu menyerukan perlunya perubahan hubungan diplomatik antara negaranya dengan Indonesia. Bagi pemimpin Partai Likud itu, hubungan antara negara berpenduduk muslim terbesar sedunia dan negeri zionis sudah saatnya terjalin secara formal.
Seperti dilansir situs resmi pemerintahan Israel, mfa.gov.li, Senin (28/3), Netanyahu menyayangkan selama ini Israel-Indonesia terlibat dalam 'perang dingin' hanya karena tak ada komunikasi formal. Padahal peluang kerja sama di bidang bisnis maupun alutsista sangat terbuka.
"Sudah saatnya antara Indonesia-Israel terjalin hubungan formal. Kami memiliki peluang kerja sama di bidang teknologi dan pengairan," kata Netanyahu di kantornya, Yerusalem.
Baca Juga: Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Dibunuh di Teheran, Pelakunya Diduga Agen Israel
Pernyataan Netanyahu itu disampaikan saat dia menyambut kedatangan beberapa jurnalis senior asal Indonesia ke Yerusalem. Para wartawan, yang tidak dirinci identitas maupun keterangan dari media mana saja tersebut, datang atas prakarsa Kementerian Luar Negeri Israel. Agenda lawatan para jurnalis ini tidak dijabarkan oleh pihak Israel.
Netanyahu, pada forum yang sama, membandingkan hubungan baik negaranya dengan bangsa Asia lainnya. Semisal Jepang, China, ataupun Vietnam. Dia berharap relasi Israel dan Indonesia bisa mencapai tahap yang serupa di masa mendatang.
Lebih lanjut, Negeri Bintang Daud itu merasa perlu mempererat hubungan dengan Indonesia karena kesamaan agenda melawan Islam Radikal yang kerap melancarkan aksi terorisme.
Baca Juga: Pertemuan 5 Kader NU dengan Presiden Israel, Nawawi: Karena Gus Yahya Mencontohkan Hal yang Sama
Secara khusus, Netanyahu mengaku punya cukup banyak teman di jejaring sosial Facebook yang berasal dari Indonesia. "Itulah beberapa alasan kenapa hubungan kedua negara harus lebih terbuka sekarang. Saya harap kehadiran para wartawan dari Indonesia bisa membantu membuka peluang tersebut," ujarnya.
Sejak Indonesia merdeka, tidak pernah ada upaya penjajagan hubungan diplomatik dengan Israel. Presiden Soekarno memilih memihak pada Palestina, karena pendudukan Israel dianggap tidak sejalan dengan politik bebas aktif Indonesia.
Namun, seiring waktu, khususnya periode 1970-an hingga 1990-an, Indonesia-Israel memiliki hubungan tanpa melalui jalur resmi. TNI, beberapa kali, memperoleh pelatihan militer sekaligus membeli alutsista ke Israel melalui perantara.
Baca Juga: PUI Kediri Raya Serahkan Donasi Rp37 Juta untuk Palestina
WNI pun tak terhitung lagi jumlahnya yang telah memasuki wilayah dikuasai Israel. Perkiraan kasar, saban tahun ada 15 ribu warga Indonesia yang mengunjungi Yerusalem, Nazareth, atau Bethlehem untuk ziarah agama. Itu belum termasuk WNI yang datang atas undangan resmi seperti rombongan wartawan kemarin.
Mendiang PM Israel, Yitzhak Rabin, pernah melawat ke kediaman Presiden ke-2 Soeharto di Jalan Cendana Jakarta pada 1993.
Seandainya pemerintah Indonesia membuka peluang memulai hubungan diplomatik, penolakan masyarakat terutama yang beragama Islam, sangat tinggi. Survei BBC World Service pada 2014 menunjukkan persepsi rakyat RI terhadap Israel sangat negatif. Hanya 7 persen responden mengatakan kedua negara perlu memiliki hubungan diplomatik.(merdeka.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News