Presiden Jokowi Diminta Tak Terkecoh Rekomendasi Panja Gula

Presiden Jokowi Diminta Tak Terkecoh Rekomendasi Panja Gula ilustrasi

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Presiden Joko Widodo diminta tak terbuai dan langsung mempercayai rekomendasi Panitia Kerja (Panja) Gula DPR melalui pernyataan Ketua Panja Gula Abdul Wachid yang meminta pemerintah untuk mencabut atau menutup 9 dari 11 izin industri gula rafinasi.

Rekomendasi itu diduga memiliki operasi agenda setting oleh tujuh samurai importir gula putih yang ingin mendapatkan izin import gula putih kristal meski selama ini selalu merugikan masyarakat dan petani tebu.

Baca Juga: Jelang Ramadhan, Satgas Pangan Kabupaten Mojokerto Sidak Pasar Pantau Harga Gula

Pernyataan Abdul Wachid dinilai tidak memiliki benang merah, asal bunyi, tanpa solusi dan berpotensi akan membunuh industri makanan dan minuman nasional yang meyerap tenaga kerja formal dan informal hampir 18,9 juta pekerja.

Direktur Eksekutif Indonesia Development Monitoring (IDM) Bin Firman Tresnadi menyayangkan sikap kader Partai Gerindra Abdul Wachid yang juga legislator dari daerah pemilihan Jateng II itu. Ia menganggap Abdul Wachid kurang mengerti tentang tata niaga gula nasional dan tidak berpihak pada masyarakat seperti usaha kecil menengah di sektor makanan dan minuman yang membutuhkan produk Industri Gula rafinasi. Padahal, UKM merupakan cerminan Ekonomi kerakyatan.

"Presiden Jokowi jangan terbuai rekomendasi panja gula DPR. Kami minta Gerindra memanggil Abdul Wachid dan menariknya dari panja Gula DPR karena akan membuat simpatik masyarakat menurun terhadap Gerindra," ujar Bin Firman, Senin (11/4).

Baca Juga: DPR Minta Asosiasi Petani Tebu Dibubarkan, Perannya Diganti dengan BUMDes

Bin Firman mengungkapkan akhir-akhir ini disinyalir ada operasi senyap yang dilakukan oleh mafia importir gula kristal putih terhadap industri gula rafinasi di Indonesia.

Sinyalemen tersebut diketahui dengan cara mengadu domba antara petani tebu dan pabrik gula putih kristal dengan industri gula rafinasi. Caranya dengan mengunakan usaha makanan dan minuman fiktif untuk membeli gula dari industri rafinasi. Kemudian gula rafinasi tersebut dijual kembali atau dirembeskan ke pasar-pasar dengan harga yang sangat murah bila dibandingkan gula pasir tebu,

“Hal ini terbukti dengan temuan investigasi tim pencari fakta di Cimahi, Purwokerto, Banjarnegara, Gunung Kidul, Surabaya, Garut, Tasikmalaya, Bogor, Bekasi, Depok,“ ujar Bin Firman Tresnadi.

Baca Juga: Gula Langka, Harga Naik, Khofifah Minta Satgas Pangan dan KPPU Cek Stok di Gudang dan Pabrik

Sementara itu hasil investigasi IDM ke pedagang pasar di kota-kota yang terjadi rembesan gula rafinasi, mayoritas pedagang mengakui membeli gula rafinasi yang dikemas dalam karung tanpa merk dari mobil yang berkeliling.

“Hal ini tentu sangat merugikan industri gula rafinasi nasional. Dengan begitu Industri Gula rafinasi nasional akan dituduh menjual gula rafinasi langsung ke pasar dan dijadikan sebagai musuh bersama petani tebu," tandasnya.

Pria yang juga aktif sebagai pengurus Organisasi Petani tingkat nasional ini menyatakan ada langkah operasi kontra intelejen oleh mafia import gula putih dan para peyelundup gula putih Kristal untuk menghancurkan industri gula rafinasi yang masih sangat diperlukan untuk memasok Industri makanan dan minuman.

"Ada upaya besar dari para mafia import gula putih yang terkenal dengan sebutan tujuh samurai gula yang sudah dicabut Izinnya saat pemerintahan SBY- Budiono. Akibat ulah tujuh samurai, importir gula putih kristal saat itu, selalu meyebabkan harga gula tinggi dan terjadi inflasi pangan,“ pungkasnya. (mdr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO