JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Sekretaris Kabinet (Seskab), Pramono Anung mengatakan, peraturan atau instrumen untuk penanganan tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat baik. Namun, menurutnya, yang belum muncul adalah bagaimana persoalan korupsi itu menjadi persoalan yang ditabukan dalam masyarakat secara kultur, budaya, adat, dan agama.
Demikian dikatakan Pramono Anung saat menjadi pembicara dalam seminar dan lokakarya yang diselenggarakan oleh Indonesia Corruption Watch (ICW), di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Selasa (3/5).
Baca Juga: PDIP Kabupaten Kediri Kurban Sapi Berbobot 1,2 Ton Sumbangan Keluarga Menseskab Pramono
Pramono menilai, secara aturan berkenaan dengan korupsi, Indonesia saat ini sudah overload. Karena itu tidak usah ditambah lagi dan tidak perlu dikurangi lagi. Hal ini dibuktikan dengan penangkapan pejabat publik yang di negara lain tidak tersentuh, seperti Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) dan bahkan Menteri Agama pun dapat ditangkap.
“Ini menunjukkan bahwa sebenarnya instrumen yang ada sudah sangat kuat sekali, dan kinerja pemberantasan korupsi sudah cukup baik,” kata dia.
Namun dalam hal pembudayaan di masyarakat, Seskab menilai sama sekali belum optimal. Ia menunjuk contoh Pemilu 2014, yang memilih lima anggota DPR yang sebelumnya pernah tersangkut korupsi.
Baca Juga: Ziarah ke Makam Bung Karno, Bupati Kediri: Teruskan Api Perjuangan
“Ini kan tandanya masyarakat acuh saja dengan mereka yang pernah tersangkut korupsi. Dan itu terjadi karena si calon punya uang,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga menyoroti perilaku beberapa pelaku korupsi saat ditangkap oleh KPK atau Kejaksaan Agung.
"Coba kita lihat, hari pertama ditangkap wajahnya sedih dan sendu, lalu kita lihat lagi 2-3 hari berikutnya, wajahnya sudah tenang, sudah bisa tersenyum dan melambaikan tangan ke kamera. Ini kan tandanya dia tidak merasa malu,” sebut Pramono.
Baca Juga: Dhito Bersama Ayahnya Lebaran di Kediri
Untuk itu, Pramono Anung menilai perlu pendidikan politik, bahwa korupsi inilah yang menyebabkan Bangsa Indonesia tidak bisa menjadi bangsa yang besar. Ia mengibaratkan korupsi itu seperti narkoba. Jika ketahuan itu sadar, malu, depresi, tetapi begitu terjangkit kembali maka pelaku korupsi akan mengulangi.
“Ini adalah kenyataan fenomena yang kita alami bersama dan bagian dari auto kritik bagi diri kita semua dan seperti, yang saya katakan tadi ini seperti narkoba,” jelas Pramono. (jkt1/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News