22 Lokalisasi di Kalimantan Timur Ditutup Serentak, Mensos: Kini Terbesar Ada di Jabar

22 Lokalisasi di Kalimantan Timur Ditutup Serentak, Mensos: Kini Terbesar Ada di Jabar Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa secara simbolis melakukan penutupan lokalisasi serentak se-Kaltim, yang dilangsungkan di Bayur, Samarinda, Rabu (1/6).

SAMARINDA, BANGSAONLINE.com - Setelah Pemprov Jatim menutup total lokalisasi di wilayahnya, giliran Pemprov Kalimantan Timur resmi menutup 22 lokalisasi di seluruh wilayah kabupaten dan kota secara serentak, Rabu (1/6). Puluhan lokalisasi itu dihuni sekitar 1.500 pekerja seks komersil (PSK). Lokalisasi terbanyak berada di kabupaten Kutai Kartanegara.

Penutupan dilakukan secara simbolis di lokalisasi Bayur, Kelurahan Sempaja Utara, Kecamatan Samarinda Utara, Samarinda, Kalimantan Timur. Penutupan ini juga dihadiri Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Lokalisasi Bayur sendiri berjarak sekitar 14 kilometer dari pusat kota Samarinda.

Baca Juga: Gus Ipul Tetap Jabat Mensos di Kabinet Merah Putih

"Hari ini 1 Juni 2016, saya nyatakan seluruh lokalisasi di Kaltim ditutup. Untuk kepulangan (PSK) ke daerah asal, dijamin APBD," kata Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak di Lokalisasi Bayur, Rabu (1/6).

Kepala Dinas Sosial Kaltim Siti Rosmalia Idrus menerangkan, dasar penutupan di antaranya Perda Kaltim Nomor 03 tahun 2016. Selain itu, hal ini juga keinginan pemerintah sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo, Indonesia bebas lokalisasi prostitusi di 2019.

"Kaltim terbanyak titik lokalisasi nomor dua di Indonesia setelah Jatim. Lokalisasi terbanyak berada di Kutai Kartanegara, ada 12 lokalisasi. Banyaknya lokalisasi, di antaranya disebabkan tingginya geliat sektor perkebunan dan pertambangan di Kaltim," ujar Rosmalia.

Baca Juga: Aktif Tanggulangi Kemiskinan di Jatim, Pj Gubernur dan Mensos Apresiasi Kerja Pilar Kessos

Wakil Wali Kota Samarinda Nusyirwan Ismail juga menerangkan, di Samarinda ada tiga lokalisasi dihuni sekitar 519 PSK, yang ditutup operasionalnya ditutup secara permanen.

"Setiap tahun, melalui SK wali kota, tempat hiburan malam dan lokalisasi, ditutup selama Ramadan sampai Idul Fitri. Hari ini spesial, penutupan secara serentak," Ismail.

"Penutupan lokalisasi di Samarinda, bagi kami tidak asing lagi. Lokasi kantor Balai Kota (Jalan Kesuma Bangsa) dan kampus Universitas Widya Gama (Jalan KH Wahid Hasyim), adalah eks lokalisasi yang kita tutup di era tahun 1970-1980-an," tambahnya.

Baca Juga: Risma Menangis Ketika Dengar Lansia 90 Tahun di Magetan Tak Terima Bansos

Sementara, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa juga menjelaskan, mereka yang bekerja di lokalisasi hanya sedikit menikmatinya. Menurut dia, lokalisasi di Kaltim termasuk terbesar di bawah Dolly, Surabaya, Jawa Timur.

"Di Kaltim, yang terbesar setelah Jatim bukan dari jumlah penghuninya, melainkan jumlah lokalisasinya. Penghuninya kan hanya sekitar 1.500-an," ujar Khofifah.

"Di Dolly, itu menurut keterangan sebelumnya dari Pak Dahlan Iskan setiap malamnya ada 65 ribu tamu. Itu terbesar se-Asia Tenggara," tambah Khofifah.

Baca Juga: Mensos Risma Tinjau Bakti Sosial Operasi Katarak di RSUD Kanjuruhan

Khofifah meminta, para PSK yang tidak lagi bekerja di lokalisasi prostitusi di Kaltim bersemangat menjalani kehidupan normal. "Jangan berkecil hati, ada maha pemberi rezeki di atas," ujar Khofifah.

"Dari kementerian sosial, ada bantuan Rp 5.050.000 tiap PSK yang terdiri dari Rp 3 juta modal usaha, Rp 1,8 biaya hidup dan Rp 250 ribu untuk transportasi lokal. Untuk transportasi pulang ke daerah dari Pemda," pungkas Khofifah.

Dalam kesempatan itu, Khofifah juga menyalami dan memeluk erat lima PSK di lokalisasi Bayur. Para penghuni Bayur yang jumlahnya sekitar 140 orang, direncanakan dipulangkan ke daerah masing-masing dengan bantuan transportasi hingga pesawat penerbangan dari Pemprov Kaltim dan Pemkot Samarinda.

Baca Juga: Mensos Mendadak Kunjungi Balita Penderita Hidrosefalus di Sampang

Dalam kesempatan tersebut, juga mengatakan, setelah lokalisasi di Jatim dan Kaltim ditutup, Kini predikat lokalisasi terbesar di Indonesia disandang provinsi Jawa Barat. Menurut dia, di tanah pasundan ada sebelas lokasi pelacuran dihuni sekitar 21 ribu pelacur.

"Secara nasional, tinggal 69 titik lokalisasi lagi (yang belum ditutup). Terbesar sebelas lokalisasi di Jawa Barat. Lain lagi di antaranya sepuluh lokalisasi di Kalteng, sembilan lokalisasi di Kepulauan Riau, dan sembilan di Riau. Total keseluruhannya 36 ribu PSK, 21 ribu ada di Jabar," kata Khofifah.

Khofifah menyatakan, Kementerian Sosial ngotot menutup seluruh tempat pelacuran, dengan bantuan Pemprov, Pemkab, maupun Pemkot.

Baca Juga: Mensos Hadiri Pelaksanaan Operasi Katarak Gratis di RSUD SLG Kabupaten Kediri

"Dalam waktu dekat jelang Ramadan, akan ada penutupan lokalisasi Dadap di Kabupaten Tangerang. Di lokalisasi itu, ada sekitar 600 penghuni," ujar Khofifah.

Khofifah berjanji Kementerian Sosial bertanggung jawab memberi pembekalan bagi para mantan PSK. Dia menyatakan, Kemensos akan dibantu dengan lembaga nirlaba. Para lembaga swadaya itu yang akan mempersiapkan, melakukan pendampingan hingga sekitar enam bulan.

"Kita punya Pandu Sosial Karya Wanita, pelatihan profesional di Jakarta. Misal ada 150 sampai 600 orang (eks PSK) didatangkan, dilatih, dan disesuaikan kebutuhan lokal pastinya," ucap Khofifah.(tic/det/kcm/lan)

Baca Juga: Mensos Risma akan Surati Pemda untuk Tindak Pengemis Online

Sumber: detik.com/kompas.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Lihat juga video 'Marah Lagi! Mensos Risma Bentak-Bentak Pendamping PKH, ini Tanggapan Gubernur Gorontalo':


Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO