TOKYO, BANGSAONLINE.com – Kiai muda Dr Cholil Nafis yang beberapa hari tinggal di Tokyo Jepang sempat mengamati kebiasaan hidup sehat orang Jepang. Kiai Cholil Nafis berada di Jepang untuk memenuhi undangan sebagai pembicara tentang kajian Islam tematis sekaligus jadi imam dan khotib Idul Fitri 1437 H. Kenapa orang Jepang langsing? Inilah tulisan kelima Kiai Cholil Nafis yang kini tercatat sebagai Pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat itu untuk pembaca bangsaonline.com:
Karena warga negara Jepang dibiasakan bergerak, gagah dan sigap. Begitu kesan saya melihat gaya hidup orang Jepang di Tokyo. Makan mereka banyak bahkan konsumsi pun kadang berlebih tapi diimbangi dengan gerakan yang juga berlebih. Mereka bergerak dengan cara jalan kaki. Dalam sehari dibiasakan jalan kaki sebanyak 10.000 langkah. Bahkan bisa lebih banyak lagi bergeraknya karena fasilitas di jalan raya banyak menggunakan kereta yang harus jalan dari dan ke stasiun. Jalan-jalan di Jepang hening dan sepi sehingga menyenangkan bagi pejalan kaki. Apalagi di musim panas. Tapi jika hujan lebih nyaman jalan kali.
Baca Juga: Gandeng Konsorsium Perusahaan Jepang, Pemkot Mojokerto MoU Pengelolaan TPST
Mereka kadang tak mau berhenti bergerak saat mau menyeberang jalan raya. Malah saat menunggu pun mereka terus bergerak yaitu lompat-lompat seakan sedang berolahraga. Jarang mereka naik mobil pribadi karena transportasi publik nyaman dan aman. Saya keliling kota Tokyo banyak melihat orang jalan kaki atau bersepeda.
Memang terkesan lucu kalau dilihat dari budaya Indonesia. Mereka berdasi dan berjas necis lengkap dengan peralatan kantor elitnya tapi naik sepeda onthel. Sepanjang jalanan di Tokyo saya jarang melihat motor-motor berkeliaran. Hanya sedikit saja bahkan bisa dihitung jari orang yang menggunakan kendaraan motor.
Saya jalan-jalan ke Yokohama, kota di pinggir Tokyo dengan menggunakan kereta tercepat di Asia, Shinkansen. Saya menyaksikan banyak pejalan kaki dan menggunakan transportasi publik. Bahkan di sekitar pertokoan dan tempat rekreasi disediakan sepeda onthel yang disewakan bagi orang yang hendak keliling sekitar pembelanjaan dan rekreasi Yokohama.
Baca Juga: Modal Beras di Rumah Bisa Bikin Nasi Pulen ala Jepang, Begini Triknya
Harga mobil di Tokyo murah. Hanya sepertiga dari harga mobil di Jakarta. Namun biaya servis, parkir dan pajak mahal. Mungkin inilah yang menyebabkan orang Jepang tak banyak membeli mobil di samping transportasi umum memang nyaman.
Teman saya yang kerja di Tokyo bercerita bahwa enam bulan lalu mobilnya Toyota Alphard miliknya yang baru berusia 3 tahun dibuang, karena mau diberikan teman-temannya tak ada yang mau. Sementara dia ingin beli mobil baru dan garasinya tak cukup untuk menampung. Terpaksa mobil itu dibuang ke tempat penghancur mobil dengan bayar 40 ribu yen atau setara Rp 6 juta rupiah.
Karena biaya pemeliharaan mahal dan tak boleh ada mobil yang tak memiliki tempat parkir maka terpaksa mobilnya dibuang. Selain itu, mobil yang sudah berumur harus lulus kir yang biayanya bisa sama dengan membeli mobil baru.
Baca Juga: Islam Penyebab Peradaban Indonesia Kurang Maju? Begini Penjelasan Guru Besar ITS
Hampir semua rumah di Tokyo memiliki sepeda onthel. Begitu juga hak sepatu orang Jepang tipis karena dipakai untuk jalan kaki. Inilah yang saya lihat mengapa orang Jepang bertubuh langsing, harapan hidupnya lebih panjang dan pada usia lanjutnya pun mereka masih sehat dan kuat berjalan kaki berkilo-kilo meter.
Bandingkan dengan gaya hidup, fasilitas kendaraan bermotor dan udara di lingkungan kita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News