Oleh: Dr. KHA Musta'in Syafi'ie MAg. . .
BANGSAONLINE.com - "Inna allaaha ya'muru bial’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii alqurbaa wayanhaa ‘ani alfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna".
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Life Begins at Fourty
Spesial masalah al-baghyu, menjahati orang lain, baik fisis maupun psikis. Di kalangan ulama terdapat silang pandangan soal apakah Nabi Muhammad SAW mempan disihir atau tidak. Soal Nabi jatuh sakit dengan demam tinggi memang itu benar. Tapi apakah sakit itu karena disihir atau demam biasa, itulah persoalannya.
Ulama' sunny berpendapat "YA", bahwa Nabi jatuh sakit karena disihir oleh Labid ibn al-A'sham, dukun sihir papan atas berkebangsaan Yahudi. Dasar pendapat ini merujuk kepada Hadis dan dua surah al-mu'awidzatain, al-Falaq dan al-Nas. Dua ayat ini punya sabab nuzul terkait sakit Nabi ini, sekaligus menetralisir sihir yang menimpa, sehingga Nabi terbebas dan sembuh kembali. Mempannya diri Nabi hingga bisa tertembus sihir adalah hikmah dan pelajaran berharga, bahwa Nabi adalah manusia biasa dan bukan Tuhan.
Sedangkan ulama' Mu'tazilah menolak anggapan bahwa Nabi jatuh sakit karena tertembus sihir. Bagi mereka, sihir itu kerja syetan dan syetan tidak mungkin bisa mendekati diri Nabi yang maksum, apalagi menembusnya. Terkena sihir sungguh menjatuhkan prestise seorang Nabi, maka harus ditolak. Selanjutnya, bahasan ini mengambil pendapat pertama.
Baca Juga: Tafsir Al-Anbiya' 78-79: Teori Shalahiyah dan Ashlahiyah pada Putusan MK Terkait Batas Usia
Bahwa malaikat turun memberitahu soal sebab sakitnya Nabi ini, yaitu karena kiriman sihir dari Labid dan materi sihirnya ditaruh di sebuah sumur, di bawah batu. Nabi memerintahkan sahabat agar menguras sumur itu, melakukan pencarian dan berhasil. Walhasil, Nabi sembuh dan sehat kembali.
Para sahabat gembira menyaksikan kesehatan Nabi yang pulih, tapi seorang sahabat yang ahli persihiran menawarkan diri. "Ya Rasulallah, izinkanlah kami mengirim balik sihir ini kepada pemiliknya". Nabi menolak dan berkata: "Soal sakitku, kini Allah sudah menyembuhkannya. Soal diriku, aku tidak suka menebar permusuhan kepada orang lain".
Nabi sangat mengerti, bahwa jika sihir itu dikembalikan, bisa dipastikan bakal menampar diri si Labid ibn al-A'sham dan kemungkinan besar dia hancur, mengingat kedahsyartan sihir yang dikirim sungguh kelas satu. Hal itu nyata, karena menurut kurikulum persihiran, bahkan sihir kembalian lebih dahsyat daya serangnya ketimbang sihir dikirim biasa. Ibarat bola ribon yang pentalannya lebih kuat.
Baca Juga: Profil HARIAN BANGSA, Koran Lokal Jawa Timur, Kiai Jadi Pelanggan Setia Sejak Terbit Perdana
Inilah sosok "Nabiyyur rahmah", pribadi pemaaf dan penebar kasih sayang yang tak tertandingi. Beliau telah peragakan, betapa balas dendam sungguh tidak menyelesaikan masalah. Perbuatan buruk dibalas dengan buruk dibolehkan oleh agama, asal setimpal. Tapi memaaf lebih disukai Tuhan dan Nabi memilih menjadi hamba yang dicintai Tuhan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News