SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Pitungan atau hitungan pada primbon yang biasa digunakan masyarakat Jawa dan penganut yang selama ini dinilai tidak rasional dan bertolak belakang dengan dunia akademisi ternyata bisa dikawinkan dengan ilmu kedokteran oleh Lucy Dyah Hendrawati.
Istri politisi Partai Demokrat, Fandi Utomo ini berhasil mempertahankan argumentasinya tentang keterkaitan antara primbon dengan dunia kedokteran di depan para guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) dalam ujian terbuka doktoral. Bahkan desertasinya yang berjudul Pitungan dan Variasi Kelahiran Anak Pertama Pada Etnis Jawa diterima sebagai karya ilmiah sebagai syarat kelulusan program doktoral dengan status cumlaude dan menjadi doktor ke-247 FK Unair.
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu
“Latar belakang saya memilih tema desertasi ini karena keresahan saya melihat budaya yang dianggap kuno tersebut diinggalkan sebagaian besar masyarakat Jawa. Padahal banyak nilai positif yang terkandung dalam budaya tersebut,” ujar Lucy, seperti dikutip dari HARIAN BANGSA, Jumat (12/8).
Dosen antropologi FISIP Unair ini mengaku khawatir terhadap kebudayaan Jawa yang mulai luntur ini. Karena itu ibu tiga anak tersebut melakukan kajian budaya Jawa kuno dalam hidup kekinian. Terlebih, di wilayah Mataraman masyarakat masih memegang teguh budaya Jawa tersebut.
Lucy menjelaskan, orangtua yang masih mempercayai dan menjalani budaya pitungan ternyata berimbas positif pada anak-anak mereka. Diantaranya, anak lebih patuh pada orangtua dan mengerti sopan-santun.
Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang
"Ada upaya melakukan pendekatan dengan menikah ulang, karena mereka beralasan ada hitungan primbon yang keliru. Karena adanya rasa khawatir. Setelah itu, masyarakat yang memegang teguh budaya Jawa ini, berharap menjadi baik," urai dia.
Dari data yang didapat Dr Lucy menyebutkan, sebanyak 793 pasangan di wilayah Blitar dan 654 pasangan di Kota Surabaya masih percaya akan hitungan primbon jawa. “Karena memang kedua wilayah ini, merupakan daerah agraris,” pungkas Lucy. (mdr/ns)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News