Sikapi Isu Kenaikan Harga Rokok, Pedagang di Banyumas Keberatan, Perokok Siap Pindah ke Tingwe

Sikapi Isu Kenaikan Harga Rokok, Pedagang di Banyumas Keberatan, Perokok Siap Pindah ke Tingwe

BANYUMAS, BANGSAONLINE.com - Isu kenaikan harga rokok menjadi Rp 50 ribu terus menghangat. Di Purwokerto, isu ini juga diperbincangkan mulai dari anak muda, remaja, orang tua, perokok maupun bukan perokok.

Sekretaris Lurah Purwokerto Wetan, Gatot (22/8) mengaku keberatan jika memang harga rokok naik hingga Rp 50 ribu. Namun, jika harga rokok benar sampai Rp 50 ribu, dia sudah siap alternatif lantaran ia mengaku sulit untuk berhenti merokok

“Bisa saja pindah ke linthingan biasa, biar irit asal bisa tetap ngrokok. Kalau untuk berhenti masih sangat susah bahkan tidak ingin,” katanya, kepada Bangsaonline di ruang kerjanya, kemarin (22/8).

Gatot pun menilai wacana kenaikan rokok untuk mengurangi perokok di kalangan anak-anak dan pelajar tidak akan efektif. “Sebenarnya orangtua bisa ngontrol anak-anaknya jika memang tujuannya untuk mengurangi konsumsi rokok oleh anak kecil,” katanya.

Hal yang sama diungkapkan Wardi, seorang pedagang warung kecil di kawasan Andang Pangrenan. Ia mengaku tidak setuju jika harga rokok mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat. Pasalnya, dengan harga tersebut, ia meyakini perokok akan lebih memilih membeli meracik tembakau sendiri lantaran lebih murah.

“Masak iya sampai segitu, ya nanti gal ada yang ngerokok,” ujarnya.

Dengan harga Rp 50 ribu per bungkus ia yakin penjualan rokok akan menurun drastis. Hal itu tentu akan berdampak pada penghasilan para pedagang. “Selama ini dari uang rokok itulah yang perputaran uangnya lebih cepat. Jadi bisa untuk kulakan barang lain,” ujarnya.

Mirah mengaku tidak mendapatkan keuntungan besar dari jualan rokok. Namun, kata dia, rokok merupakan barang yang lebih cepat laku. “Rokok itu satu barang adalan karena laku keras,” katanya. (bym1/rev)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO