Unair Wadahi Pertemuan Peneliti Indonesia dan Australia

Unair Wadahi Pertemuan Peneliti Indonesia dan Australia Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat memberikan sambutan.

SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Universitas Airlangga didapuk menjadi tuan rumah pertemuan peneliti yang tergabung dalam The Australia-Indonesia Centre dan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. Pertemuan dilaksanakan selama dua hari, dan dibuka pada Senin (22/8) oleh Rektor UNAIR Prof. Nasih di Aula Garuda Mukti, Kantor Manajemen, UNAIR.

Pertemuan ini diikuti oleh lebih dari 150 peserta peneliti kedua negara. Kali ini, tema yang diangkat dalam pertemuan bilateral adalah “Innovating Together: Starting Local, Reaching Global”.

Baca Juga: Pertama di Indonesia, Pentas Wayang Perjuangan Hadratussyaikh, Dalang Ki Cahyo Kuntadi Riset Dulu

Pertemuan yang dibagi dalam dua sesi ini melibatkan kalangan akademisi, pemerintahan, dan organisasi non-pemerintah. Pada sesi pleno, pembicara yang akan hadir dalam kegiatan ini diantaranya Prof. Ainun Na’im selaku Sekretaris Jenderal Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Harold Mitchell, Harold Mitchell AC penanggung jawab Australia-Indonesia Centre, Rektor UNAIR Prof. M. Nasih, Wikke Novalia mahasiswa doktoral yang meneliti tentang pengairan di perkotaan, Ewa Wojkowska dari Kopernik Indonesia, dan Adam Zaborszczyk dari Dewan Kota Melbourne.

Peran UNAIR dalam AIC Summit ini adalah koordinator riset dalam bidang kesehatan. Dalam sambutannya, Rektor UNAIR mengatakan dengan adanya pertemuan ini, dapat tercipta lebih banyak lagi inovasi yang bisa meningkatkan kualitas penelitian.

"Saya mendorong para peneliti baik dari Indonesia dan Australia untuk lebih membangun kolaborasi dan kerjasama baru dalam berbagai bidang riset," tutur Prof. Nasih.

Baca Juga: Didukung Penyintas Semeru, Rakka dan TPD Lumajang yakin Khofifah-Emil Menang

Duta Besar Australia untuk Indonesia HE Paul Grigson juga hadir dalam seremoni pembukaan acara AIC Summit kali ini. Dalam sambutannya, ia menyatakan bahwa Australia merupakan negara yang menerima mahasiswa asing terbanyak di dunia. Untuk itu, kesempatan pertemuan kali ini bisa menjadi kesempatan bagi peneliti dari luar Australia untuk berkolaborasi dengan peneliti di negaranya.

Senada dengan dubes HE Paul Grigson, Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti Ainun Naim mengatakan, ada banyak potensi di Indonesia yang bisa dikembangkan bersama Australia, seperti teknologi pangan, maritim, dan energi.

"Dan pemerintah Indonesia memiliki banyak rencana untuk mengembangkan itu," tutur Ainun.

Baca Juga: Bersama Unair, FH UTM Jalin Kerja Sama dengan Faculty of Law Maastricht University

Harold Mitchell AC, selaku Ketua AIC mengungkapkan, kerjasama ini telah berlangsung selama lebih dari dua tahun. “Kita bisa memberdayakan potensi dua negara untuk meningkatkan potensi. Ini adalah kolaborasi terbesar antara kedua negara. Yang paling penting, kita bisa melibatkan peneliti dan lainnya dari beberapa universitas untuk membantu program kita untuk memecahkan problem-problem di dunia,” tutur Harold.

Sedangkan, dalam sesi diskusi panel, topik penelitian dibagi menjadi lima subtema, yaitu infrastruktur, kesehatan, sosial, pengairan, dan joint competitive advantage. Dalam diskusi panel, sejumlah peneliti akan mempresentasikan hasil penelitiannya.

Kegiatan ini merupakan langkah untuk mendiskusikan inovasi-inovasi yang ditawarkan oleh peneliti kedua negara. Selain berdiskusi mengenai inovasi, harapannya pertemuan ini mampu membentuk jejaring dengan pihak industri, dan pemangku kebijakan.

Baca Juga: Gala Dinner Pimnas ke-37 Unair, Pj Gubernur Jatim Komitmen Dukung Perkembangan Perguruan Tinggi

Setelah pembukaan, acara dilanjutkan sesi diskusi. Salah satu pembicara yang hadir adalah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Dalam presentasinya, Risma menjelaskan tentang inovasi yang ia lakukan selama memimpin, seperti pengurusan akta kelahiran via daring, pendaftaran pasien di rumah sakit, dan penerimaan resep di rumah sakit.

"Saya pernah ke rumah sakit jam setengah enam datang dan yang antri udah 200 meter. Saya bikin aplikasi, jadi masyarakat gak perlu datang pagi dan ngantri di rumah sakit. Lewat sistem itu, dokter juga bisa mengecek medical record pasien," tutur Risma.

Sumber: humas unair

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO