JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mulai menyeret Nahdlatul Ulama (NU) untuk kepentingan politiknya dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta. Ia secara terangan-terangan mengaku bersama NU untuk bertarung dalam pemilihan gubernur DKI Jakarta 2017.
Pernyataan Ahok itu disampaikan saat merespon gerakan koalisi kekeluargaan yang terdiri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), Gerindra, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Demokrat, Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Partai Amanat Nasional (PAN).
Baca Juga: Politikus PKS Suswono Dianggap Hina Nabi, Yenny Wahid: Rasulullah Bukan Pengangguran
"Lebih solid kita kok. Lebih solid sama keluarga NU (Nahdlatul Ulama). ha-ha-ha," ujar Ahok sambil menunjuk Anggota pemenangannya, Nusron Wahid, di Rumah Lembang, Jakarta, Kamis (25/8).
Nusron Wahid yang ketua PBNU di bawah kepemipinan KH Said Aqil Siradj itu memang didapuk sebagai ketua tim pemenangan Ahok. Untuk memenangkan jagonya, Nusron bahkan menggunakan ritual-ritual Islam meski Ahok non-Muslim.
“Ini dari upaya kita memohon ridho Allah SWT agar pemanfaatan rumah ini berkah," kata Nusron Wahid saat menyampaikan sambutan singkatnya pada peresmian Rumah Lembang, Jakarta Pusat sebagai base camp pendukung Ahok, Kamis (25/8).
Baca Juga: Menteri ATR/BPN Nusron Wahid Rencanakan RPP Tata Ruang Wilayah Nasional
Peresmian base camp pendukung Ahok tersebut dibuka dengan khataman Al-Quran dan pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qodir Jaelani yang dipimpin oleh Nusron Wahid.
(BACA: Nusron Wahid Pimpin Manaqiban dan Khataman Qur’an untuk Posko Ahok)
Ahok juga meminta para lawannya nanti di Pilgub DKI 2017 tidak memakai SARA dalam berpolitik. Dirinya mengaku siap dikritik terkait program dijalankan selama menjabat gubernur DKI.
Baca Juga: Cawe-Cawe Jokowi Jilid II, Disebut Jegal Anies dalam Pilgub DKI 2024
"Silakan orang bisa kritik saya apa kegagalan saya selama jadi gubernur. Di situ saya akan jawab. Lawan saya juga harus keluarkan program yang lebih baik dari saya, jangan keluarkan fitnah yang tidak perlu, itu bisa jadi mencoreng nama bangsa, itu kan SARA, sama saja membongkar pondasi dari bangsa," terangnya.
Meski Ahok kini menyeret NU tapi bukan berarti ia didukung PWNU DKI Jakarta. Ia kini justru berseteru hebat dengan PWNU DKI Jakarta. Bahkan PWNU DKI Jakarta kini lagi geram dengan Ahok gara-gara dianggap memfitnah Saefullah, Ketua PWNU Jakarta yang juga menjabat Sekretaris Daerah DKI Jakarta.
Beberapa waktu lalu Ahok melontarkan tudingan miring ke Saefullah. Ahok menyebut Saefullah sebagai sosok berbahaya yang mampu menggerakkan camat dan lurah untuk kepentingan politiknya.
Baca Juga: Kehilangan 9 Kursi DPRD DKI Gegara Musuhi Anies, PDIP Bakal Dukung Anies dalam Pilgub DKI?
Karuan saja PWNU DKI Jakarta marah. "Bicara jangan didasarkan pada asumsi saja, apalagi sekadar opini by design," kata Wakil Ketua PWNU DKI Azis Khafia dalam keterangannya pada RMOLJakarta, Minggu (21/8).
Dia yakin Ahok melontarkan tudingan tersebut lantaran resah melihat Saefullah mulai dilirik partai politik sebagai sosok yang layak diusung pada pemilihan gubernur mendatang. Apalagi Saefullah adalah birokrat yang memulai karier dari bawah, sehingga saangat mengerti permasalahan Jakarta.
Menurut dia, tudingan tersebut menunjukkan karakter Ahok yang temperamental serta tidak bisa mengakui kelebihan orang lain. Padahal, mantan bupati Belitung Timur itu harusnya bangga kinerja anak buahnya diakui oleh partai politik.
Baca Juga: Politikus PDI Perjuangan Ungkap Alasan Ahok Layak Maju di Pilgub Sumut 2024
"Ahok kan atasannya (Saefullah), masa keki dengan kinerja anak buahnya sendiri?," ujarnya.
Wakil Rais Syuriah Pengurus Wilayah Nadhatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta Zuhri Ya'kub juga berang. Menurut dia, ketakutan Ahok pada Saefullah sangat jelas terlihat.
Dia pun menuding Ahok memanfaatkan kedekatannya dengan media untuk menekan Saefullah. "Ini kesempatan Ahok berbicara kepada media sebagai sebuah sinyal agar sekda mengurungkan niatnya maju atau menolak pinangan partai menjadi bakal calon wakil gubernur," ujarnya.
Baca Juga: Sandiaga Uno Beri Sinyal Gabung Prabowo-Gibran, Nusron: Semua Indah pada Waktunya
Sementara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sedang membidik Nusron Wahid. KPK mengaku tak akan mendiamkan keterangan Darmadi, salah satu saksi dalam perkara suap ke Edy Nasution selaku panitera Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang menyebut Nusron Wahid menerima uang. Sebab, dalam berkas acara pemeriksaan (BAP) Darmaji mengaku pernah mengantar majikannya, Doddy Ariyanto Supeno menyerahkan uang ke Nusron.
Menurut Juru Bicara KPK, Yuyuk Andriati, kesaksian Darmaji yang dibacakan di persidangan atas Doddy selaku terdakwa perantara suap di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (22/8) itu akan didalami. "Semua fakta yang terungkap di persidangan akan dianalisa," kata Yuyuk, Kamis (25/8).
Yuyuk menjelaskan, setelah fakta itu dianalisa, penyidik akan mendalaminya dengan mengumpulkan bukti serta meminta keterangan sejumlah pihak. "Akan didalami oleh penyidik," ujar Yuyuk.
Baca Juga: Viral Ahok Bilang Jokowi dan Gibran Tak Bisa Kerja, PAN pun Bereaksi
Seperti diketahui, Nusron Wahid muncul dalam persidangan atas Doddy Ariyanto Supeno, pegawai PT Artha Pratama Anugerah yang didakwa menyuap Edy Nasution selaku panitera PN Jakpus. Pada persidangan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (22/8), Jaksa Penuntut Umum (JPU) KPK Fitroh Rohcahyanto membacakan BAP Darmaji yang tak lain sopir pribadi Doddy.
Sedianya Darmaji memang bersaksi pada persidangan itu. Namun, karena Darmaji sudah tiga kali mangkir untuk bersaksi, maka JPU hanya membacakan BAP. Dari BAP Darmaji itu pula terungkap pihak-pihak yang biasa didatangi Doddy.
“Sering menemui berbagai pejabat antara lain Nurhadi sekretaris MA, Saudara Lukas, Yuddy Chrisnandi menteri PAN-RB, Saudara Nasir, Saudara Nusron Wahid," kata Fitroh saat membacakan BAP Darmaji.
Baca Juga: Ahok Pengibar Politik Identitas Tingkat Tinggi, Pernah Diberi Gelar Sunan Kalijodo
(BACA: Sidang Kasus Suap Panitera, Nusron Wahid Disebut Terima Uang dari Lippo di Kantor Ansor)
Dari BAP Darmaji itu juga terungkap bahwa Doddy merupakan orang kepercayaan petinggi Lippo Group, Eddy Sindoro dalam berbagai hal. Termasuk, mengantarkan dokumen, barang, dan uang kepada sejumlah pihak.
Bahkan, kata Fitroh menambahkan, Darmaji mengaku pernah mengantarkan Doddy menyerahkan uang kepada Nusron Wahid yang kini menjadi kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Menurut Darmaji, penyerahan uang tersebut dilakukan di kantor GP Ansor.
(BACA: Nusron Wahid Didesak Mundur, Disebut Terima Suap dari Lippo Group)
"Saudara Doddy sering mengirimkan barang yang saya duga berupa uang kepada Saudara Lukas dengan pengiriman di basement gedung Matahari Jalan Jenderal Sudirman. Dan kepala BNP2TKI di kantor Pemuda Ansor," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News