SIDOARJO, BANGSAONLINE.com – Asri Productions milik M Sabiq, bisa Berjaya meski tak bergabung dengan Intako (Industri tas dan koper Tanggul Angin).
Home industri tas dan koper di kawasan Tanggulangin, Sidoarjo, yang tidak tergabung dengan Intako, ada yang berkibar. Bahkan, bisa menjual produknya sampai ke luar negeri. Salahsatunya, Asri Productions, milik M Sabiq.
Baca Juga: Lansia di Tanggulangin Sidoarjo Dilaporkan Keluarga Bocah 10 Tahun atas Dugaan Pencabulan
M Sabiq, pemilik asri productions. foto:rizky alvian
Menurutnya, dibandingkan dengan pengrajin yang berada di bawah naungan Intako, dirinya menganggap bahwa barangnya juga memiliki kualitas dengan harga yang terjangkau.
Baca Juga: Gara-gara Perkelahian Anak, Warga Tanggulangin Sidoarjo Dibacok Tetangganya Hingga Nyaris Putus
Alasan lain, seluruh pengrajin di kawasan tersebut berbentuk paguyuban sehingga tidak merasa tersaingi dalam tingkat penjualan.
Hanya yang membedakan antara produk home industri dengan yang ikut dalam koperasi Intako adalah masalah brand yang menjadikan produk memiliki harga tinggi.
“Kalau ikut koperasi, bisa-bisa saya sendiri gulung tikar duluan,” ungkap Sabiq.
Baca Juga: Terpilih Aklamasi, Zakaria Dimas Nahkoda Baru Hipmi Sidoarjo
Sehingga dirinya memilih untuk memproduksikan barangnya sendiri tanpa melalui koperasi yang dianggap terlalu sulit untuk sebagai beban dalam usahanya, sebab koperasi Intako memasang target untuk penyelesaian.
Jika ikut dalam koperasi, butuh dana yang besar dan tenaga kerja yang banyak. Berbeda jika produksi sendiri, dirinya mengaku tidak terlalu terbebani sehingga keuntungan yang didapat bisa mencapai Rp 5 juta per bulan.
Meskipun dirinya hanya sebagai home industri, pesanannya rata-rata 1000 buah per bulan, bahkan dari mancanegara seperti Malaysia dan Timor Leste. Selain itu, banyak juga dari lembaga swasta, PT KAI, dan juga pesanan koper ibadah haji dan umrah.
Baca Juga: Satgas Pangan Polresta Sidoarjo Tinjau Harga Beras di Pasar Larangan
“Pesanan dari luar negeri biasanya acara pertemuan HUT negaranya, kalau lembaga swasta dan lembaga lainnya untuk diklat dan acara baksos,” ujarnya.
Di sisi lain, Kusno, salah satu pengrajin yang ikut dalam koperasi Intako membantah bahwa bisa membuat gulung tikar. “Saya ngerjakan tas, biasanya dibantu sama istri, kalau dapat pesenan dari koperasi, baru nanti dibantu sama saudara dan kadang manggil karyawan paling beberapa biar cepet selesai, tapi ya gitu kadang keja sampai malam,” ungkapnya saat ditanya di rumahnya. (rizky alvian/UTM)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News