SIDOARJO, BANGSAONLINE.com – Penghasilan petani tambak di Sidoarjo belakangan ini terus menurun. Ikan dan udang yang mereka tebar sering mati karena terjangkit virus. Kondisi itu terjadi di Dusun Kepetingan Ds. Sawohan Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo.
“Saya memiliki tambak luasnya 20 hektare yang merupakan warisan turun temurun. Saya memiliki 2 pegawai, biasanya yang di bibit yaitu ikan bandeng, udang fanami, udang windu. Penebarannya tergantung dari airnya, kalau tawar fanami, kalau asin udang windu,”ujar Misbakhun pada BANGSAONLINE yang ditemui di area tambak miliknya.
Baca Juga: Cawabup Mimik Ikut Panen Ikan di Tanggulangin dan Tawarkan Solusi Bagi Petambak
Kondisi yang dialami saat ini jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk udang windu misalnya, untuk sekali panen dulu bisa menghasilkan 3,5 – 4 ton. Saat ini untuk sekali panen udang windu hanya menghasilkan 1 – 2 ton saja. Kondisi itu disebabkan air yang digunakan bertambak sudah banyak mengandung limbah. Penyebab lainnya, saat ini sudah banyak berbagai jenis penyakit yang menyerang udang.
“Dulu blm ada penyakit caranya semi intensif mulai ditebar 1 bulan dikasih pakan ½ bulan sudah selesai. Tahun kemarin, panen hanya menghasilkan 4 kwintal kalau normal hampir 2 ton. Kalau tambak normal, penghasilan petani tambak luar biasa banyaknya, udang 3-4 ton sekali panen hasilnya bisa Rp 400 juta,” ungkap Misbakhun.
Ditambahkan Misbakhun, kalau panen hasilnya besar tentu saja disambut senang, namun susah ketika hasilnya sedikit. Pengalaman yang pernah dilakukan, pernah menebar 120 tebaran secara bertahap pada lokasi yang berbeda.
Baca Juga: Terpilih Aklamasi, Zakaria Dimas Nahkoda Baru Hipmi Sidoarjo
“Mengenai omset, petani tambak untung-untungan, tetapi kami tidak pernah rugi setidaknya modal kembali dan cukup untuk biaya operasional. Modal Rp 15 juta dapat Rp. 100 juta operasionalnya hanya Rp 5 juta,”ungkap Misbakhun
“Ikan-ikan ini dijual ke pasar namun ada yang mengambil langsung juga kesini. Harganya beragam misalnya 1 kg ukuran 60 harganya 73 ribu rupiah, 1kg ukuran 150 harganya 46 ribu rupiah. Cepet laku windu harga di atas 100 hingga 200 ribu rupiah,”uangkap Misbakhun.
Ditambahkan Misbakhun, unutuk udang windu dan fanami, penebaran bibit 3 - 4 bulan, 2 minggu baru panen. Sedangkan bandeng 6-8 bulan, tergantung kebutuhan petani tambak, kadang ikan masih kecil sudah dipanen.
Baca Juga: Satgas Pangan Polresta Sidoarjo Tinjau Harga Beras di Pasar Larangan
“Kami sebagai petani tambak berharap uluran dari pemerintah terutama penyuluhan atau pelatihan dibidang udang. Paling tidak campur tangan memberi masukan kepada petani tambak, bagaimana supaya udang tidak cepat mati,”ungkap Misbakhun.
Misbakhun sendiri mengaku pernah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan di Jawa Barat. Namun, pelatihan itu hanya bisa diterapkan selama dua tahun, selebihnya tidak bisa dipraktikan lagi, udang banyak yang mati.
“Kendala paling berat yang dialami petambak ialah tingginya pencemaran air kali maupun laut. Pencemaran bisa dari limbah rumah tangga atau pabrik. Akibat buruknya kualitas air, udang yang dihasilkan menjadi tidak sehat dan kualitasnya jelek,”pungkas Misbakhun. (faratiti d)
Baca Juga: Jelang Ramadan, Pj Gubernur Jatim Sidak Pasar, Beberapa Komoditas Bapok Alami Kenaikan Harga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News