JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo membuat terobosan dengan menjadikan ziarah kubur sebagai tradisi di lingkungan institusi yang dipimpinnya. Tradisi yang sudah melekat di warga Nahdlatul Ulama (NU) itu juga dibiasakan di TNI.
Pernyataan tersebut disampiakan Gatot usai ziarah di pemakaman keluarga Pondok Pesantren Tebuireng Kabupaten Jombang, Selasa (27/9). Di mana di pemakaman tersebut terdapat makam pahlawan nasional yaitu KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahid Hasyim. Serta presiden keempat RI, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Baca Juga: Polsek Prajurit Kulon Ikuti Peluncuran Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan
Menurut Gatot, setelah pihaknya melakukan kajian, ziarah kubur akan dijadikan tradisi di kelembagaannya terutama setiap peringatan HUT TNI.
”TNI membuat tradisi ini (ziarah kubur, red), setelah kami berdiskusi dengan para staf angkatan dan para asisten, maka disepakati perlu membuat tradisi ziarah sebelum atau dalam rangka HUT TNI kepada panglima dan para pahlawan. Serta presiden sebagai panglima tertinggi TNI,” kata Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo.
Menurutnya, tradisi ziarah itu supaya tidak melupakan sejarah. Seperti sejarah perjuangan KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, dan Gus Dur. Gatot lantas bercerita tentang keterlibatan KH Hasyim Asy’ari dalam perjuangan bangsa yang mengeluarkan fatwa resolusi jihad.
Baca Juga: Kapolri dan Panglima TNI Luncurkan Gugus Tugas Polri Mendukung Program Ketahanan Pangan di Sidoarjo
Dikatakannya, pada tanggal 17 September 1945 Bung Karno (Sukarno) meminta fatwa resolusi jihad kepada pendiri NU tersebut. Kemudian, pada tanggal 5 Oktober TNI lahir. Yang selanjutnya, TNI mendapat informasi ada serangan NICA yang membonceng sekutu.
”Saat itu kita tidak punya kemampuan, maka kita menemui KH Hasyim agar dikeluarkan fatwa jihad. Dikeluarkanlah fatwa jihad, dimana fardu ain untuk radius yang tidak jamak, sehingga wajib hukumnya bagi warga mengikuuti perang, fatwa itu dikeluarkan tanggal 22 Oktober,” paparnya.
Baca Juga: Polemik Nasab Tak Penting dan Tak Ada Manfaatnya, Gus Fahmi: Pesantren Tebuireng Tak Terlibat
Panglima TNI, Gatot Nurmantyo saat berbincang dengan pengasuh Ponpes Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid (Gus Solah).
Gatot melanjutkan, penetapan hari pahlawan awalnya tanggal 9 November, tapi KH Hasyim Asyari meminta agar menunggu singa jawa barat yaitu KH Abas hingga datang. Sehingga pada tangga 10 itulah ditetapkan hari pahlawan.
”Makanya melalui ziarah ini supaya generasi muda TNI dapat mencontoh perjuangan para pejuang-pejuang terdahulu, termasuk KH Hasyim Asyari. Kita juga harus bergandengan tangan berjuang dengan tulus dan ikhlas,” pungkasnya.
Baca Juga: Purnawirawan TNI-Polri Deklarasi Dukung Khofifah Menang Pilgub Jatim di Gedung Juang Surabaya
Dalam kunjungannya ke Pondok Pesantren Tebuireng Jombang, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo disambut ratusan santri dan lantunan salawat banjari. Rombongan panglima diterima Pengasuh Ponpes Tebuireng, KH Solahudin Wahid (Gus Solah) beserta istrinya, Nyai Farida. Selain Gus Solah, hadir pula Yenny Wahid, pustri Gus Dur serta jajaran pengasun Ponpes Tebuireng lainnya. Bupati Jombang, Nyono Suharli Wihandoko juga terlihat di ruang tamu pondok.
Prosesi ziarah dilaksanakan dalam bentuk upacara militer. Panglima Gatot bertindak sebagai pimpinan. Setelah upacara penghormatan di makam keluarga Tebuireng, doa bersama kemudian dilangsungkan. Sedangakn kegiatan akhir, Panglima ditemani Gus Solah melaksanakan tabor bunga di area pemakaman. (rom/ony/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News