Kampung Tempe Sukomanuggal Pasok Produknya untuk Pasar se-Surabaya

Kampung Tempe Sukomanuggal Pasok Produknya untuk Pasar se-Surabaya Rak-rak untuk menempatkan tempe. foto: luckman /BANGSAONLINE

SURABAYA, BANGSAONLINE.com – Hampir semua Pasar tradisional di Surabaya mendapat pasokan tempe yang diproduk dari kampung tempe Sukomanuggal gang I Surabaya.

Tumiyasih (40) salah satu pengusaha tempe, menengaskan hal ini di tempat usahanya, Rabu (28/9/16) lalu.

Di Kampung Tempe ada sekitar 20 pembuat tempe, yang disetorkan di berbagai pasar yang ada di Surabaya. Seperti Pasar kalibutuh, Pasar Benowo, Pasar Banyu Urip, dan Pasar-pasar yang ada di Surabaya lain.

Tumiyasih (40) menyeritakan, sudah merintis usaha tempe selama 10 tahun, dia meneruskan usaha dari orang tuanya yang dimulai sekitar 20 tahun yang lalu.

“Tempe saya sudah mempunyai lebel sendiri, dulu ada orang Disperindag datang kesini bilang kalau tempe saya disuruh ngasih nama biar orang mudah mengenal produk buatan saya yang dari “Kampung Tempe”, dan namanya yang mudah diingat saja. Ya sudah, saya kasih nama anak saya aja. jadinya “Tempe Ita” itu, sampai sekarang namanya masih saya pakai,” Ungkapnya.

Dalam sehari produksi “Tempe Ita” bisa meghabiskan 300 - 500 kg kedelai dalam sehari. Kedelai didapat dari pasar Banyu Urip, 300 kg kedelai bisa menjadi 200 bungkus tempe yang seharga Rp 1000, 300 bungkus tempe yang seharga Rp 2000, dan 30 bungkus tempe yang seharga 3000.

Untuk “Tempe Ita” sendiri di jual di Pasar Kalibutuh, Pasar Asem, dan Pasar Banyu Urip, “Terkadang ada penjual tempe keliling ke sini, kadang ada yang beli banyak buat di jual di Pasar Benowo,” ungkapnya.

Dalam sehari omzet Tempe Ita sekitaran Rp 300 - 500 ribu. “Itu masih penghasilan kotornya, kan gak semua pelanggan langsung bayar, kadang ada yang bayar besoknya, kadang ada yang bayar satu minggu kemudian, jadi gak tentu untuk penghasilan perharinya,” ungkapnya.

“Untuk limbah kulit kedelai, biasanya saya kasih ke hewan ternak saya, kan saya disini mempunyai 13 kambing dan 4 ekor sapi. Dan untuk air bilasan saya buang ke kali, kan itu airnya enggak bau. Kalau air hasil dari rebusan saya buat minuman untuk hewan ternak saya. Kalau pembuat tempe lainnya saya kurang tahu, ada beberapa orang yang ngasih limbahnya ke saya buat hewan ternak saya. Dan kadang ada yang langsung dibuang ke kali air rebusannya, ya kan air rebusannya itu bau, jadi kadang bau kalau salurannya gak lancar. Tapi kalau lancar ya enggak bau,” tandasnya.

Kampung Tempe terletak di Jl Sukomanuggal gang I Surabaya, rumah produksi tempe disana rata-rata buka 24 jam untuk melayani pembeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO