BOJONEGORO, BANGSAONLINE.com - Debit air Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro sejak tiga hari terakhir mengalami pasang surut, dari di bawah level hingga siaga kuning (II). Hal itu membuat para petani di wilayah bantaran sungai terpanjang di pulau jawa tersebut merasa was-was. Sebab, para petani saat ini baru mulai melakukan penanaman padi.
Para petani khawatir jika usai bercocok tanam langsung terendam banjir. Karena jika air Sungai Bengawan Solo naik dipastikan akan meluber dan menggenangi lahan persawahan di daerah bantaran sungai. Selain meluber, air juga masuk melalui anak-anak sungai.
Baca Juga: Pascabanjir, Polres Ngawi Aktif Pantau Debit Air
"Yang jelas khawatir sekali, tapi mau bagaimana lagi, ya harus nekat menanam padi," jelas salah satu petani di Desa Temu, Kecamatan Kanor, Sofwan Hadi, Selasa (4/10).
Ia mengaku, jika baru tanam kemudian terendam banjir, kerugian yang dialami juga besar. Pasalnya, biaya tanam besar. Mulai penggemburan tanah sampai tanam padinya.
"Satu petak saja sekarang ongkos traktornya Rp 300 ribu. Belum lagi upah yang menanam," jelasnya.
Baca Juga: Perahu Bocor, Empat dari 3 Korban Tenggelam di Sungai Bengawan Solo Ditemukan Tewas
Memang, mayoritas warga yang tinggal di bantaran Bengawan Solo, seperti Kecamatan Kanor, Baureno, Balen, Sumberejo, Kapas dan beberapa kecamatan lain hanya mengandalkan pertanian padinya, sehingga jika padinya terendam banjir mereka seoalah tak berdaya.
"Harapan warga sini (Temu-Kanor) hanya padinya bisa panen, kalau sudah gagal panen pasti terjadi paceklik yang panjang," imbuh Sudardi petani lainnya.
Sementara itu, ketinggian air Sungai Bengawan Solo di papan duga Taman Bengawan Solo (TBS) Bojonegoro pada pukul 15.00 WIB pada titik 13.72 peilschal atau siaga 1 dengan catatan trend air naik. Air terus naik setiap menitnya. Penyebabnya, karena wilayah hulu, Jawa Tengah beberapa hari ini hujan lebat. Air mengalir ke hilir semua melalui sungai bengawan solo tersebut.
Baca Juga: HKBN 2023 di Lamongan, Menko PMK Dorong Penerapan Kurikulum Khusus Bagi Pelajar Terdampak Bencana
Memang, mayoritas warga yang tinggal di bantaran Bengawan Solo hanya mengandalkan pertanian padinya, sehingga jika padinya terendam banjir mereka seoalah tak berdaya.
"Harapan warga sini (Temu-Kanor) hanya padinya bisa panen, kalau sudah gagal panen pasti terjadi paceklik yang panjang," imbuhnya. (nur/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News