Tokoh Nasionalis Bakal Gabung Aksi 2 Desember, Rakyat Sah Duduki Gedung DPR

Tokoh Nasionalis Bakal Gabung Aksi 2 Desember, Rakyat Sah Duduki Gedung DPR Pendiri Yayasan Pendidikan Soekarno (YPS) Rachmawati Soekarnoputri berbicara serius dengan mantan Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno.

JAKARTA, BANGSAONLINE.com - Rakyat tidak salah jika harus menduduki gedung DPR RI untuk memuluskan agenda pengembalian UUD 1945 ke bentuk yang aslinya. Gerakan itu merupakan hak yang sah sebagai upaya rakyat memberi masukan pada pemerintah.

Hal ini dikatakan Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Tedjo Edhy Purdijatno saat menghadiri konsolidasi tokoh nasionalis bertajuk "Kembali ke Kiblat Bangsa" di Universitas Bung Karno, Jakarta, Minggu (20/11).

Baca Juga: Demo HMI Kediri Peringati 2 Tahun Pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Diwarnai Aksi Dorong Pintu Gerbang

"Saya sudah konsultasi ke jajaran purnawirawan TNI. Salah satunya Pak Tri Sutrisno. Dia bilang ada tiga hal yang sah bisa dilakukan untuk meminta pemerintah kembali ke UUD 45 asli," ujarnya.

Tedjo Edhy kemudian menguraikan ketiga cara tersebut. Adapun cara pertama yang bisa dilakukan adalah cara konstitusional dengan memberikan masukan dan meminta pemerintah melakukan kajian soal wacana tersebut. Namun, kata Tedjo, hal tersebut sulit dilakukan saat ini.

Sementara cara kedua, lanjut Tedjo, adalah melalui cara ekstra konstitusional yang diaplikasikan melalui aksi turun ke jalan untuk melakukan unjuk rasa.

Baca Juga: Kapolres Blitar Kota Bantah Tangkap Pria Pembawa Poster Saat Kunjungan Jokowi: Hanya Mengamankan

"Tapi cara ini jangan diartikan sebagai upaya kudeta politik untuk menjatuhkan presiden," sambungnya.

Sementara cara ketiga, bisa dilakukan jika pemrintah tidak menggubris masukan rakyat. Cara itu adalah dengan menduduki gedung DPR/MPR untuk memaksa wakil rakyat mengembalikan konstitusi negara ke UUD 1945.

"Rakyat sah jika harus menempuh cara menduduki MPR/DPR. Karena itu rumah rakyat. Di sana itu semua wakil kita. Jangan dianggap duduki DPR/MPR makar. Kita rakyat yang ingin perbaikan lebih baik," tegas Tedjo.

Baca Juga: Aksi 212 Bakal Dibenturkan, HMI dan KAMMI Instruksikan Kader Ikut Aksi

Di tempat yang sama, putri proklamator Republik Indonesia Soekarno, Rachmawati Soekarnoputri menegaskan sejumlah Tokoh Nasionalis akan turut bergabung dalam Aksi Bela Islam III yang akan digelar Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) pada 2 Desember mendatang.

Dijelaskan Rachma bahwa tokoh nasional tidak hanya menyoroti soal dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta (nonaktif) Basuki Tjahajat Purnama alias Ahok. Tapi juga masalah Ahok yang menjadi agen kepentingan asing dan berlangsungnya struktur kolonialisme di ibukota.

"Harapan saya, kita secara serius melakukan konsolidasi untuk melakukan suatu aksi menyatakan sikap. Saya nanti akan coba, merekap kegiatan yang perlu dilakukan, bekerja sama dengan FPI menyikapi acara tanggal 2 nanti. Siapa tahu ada yang bisa memberikan usulan, melakukan class action," kata Rachma

Baca Juga: Demo 212 Tak Ada Orasi, Buruh Gelar Mogok Nasional, Mendagri: PNS Silakan Ikut Aksi

Tokoh nasionalis, sambungnya, juga akan melaporkan Ahok atas pernyataannya kepada media Australia yang menyebut Aksi 4 November dibayar per kepala Rp 500 ribu.

"Ahok sudah melakukan penghinaan, hasutan, dan harus membuat suatu pengaduan ke penegak hukum," demikian wanita yang akrab disapa Mbak Rachma itu.

Turut hadir dalam acara ini ekonom senior Fuad Bawazier dan Ichsanuddin Noorsy; tokoh politik Permadi, mantan Menkopolhukam Tedjo Edhy, dan MS Kaban; serta dari kalangan aktivis seperti Sri Bintang Pamungkas dan Syahganda Nainggolan.

Baca Juga: Soal Demo 212 di Jakarta, Wabup Mundjidah: Muslimat Jombang Solid Ikut Intruksi NU

Ahmad Dani yang juga hadir dalam acara tersebut mengatakan, konsolidasi gerakan tokoh nasionalis harus terus dilakukan follow up agar cita-cita luhur yang ditujud bisa terwujud segera. Follow up itu termasuk ikut bergabung dalam Aksi Bela Islam III yang akan dihelat pada 2 Desember nanti.

"Jadi Aksi 2 Desember nanti harus terus di-follow up. Jangan hanya retorika," tegas Dhani.

Calon wakil bupati Bekasi ini bahkan mengaku sudah menyiapkan ide khusus dalam menyongsong aksi yang diinisiatori Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI). Ide itu adalah menyertai Aksi 2 Desember dengan aksi 1 juta bambu runcing.

Baca Juga: Tudingan Aksi 212 Ditunggangi Teroris Dinilai Berlebihan, Demo Sepakat Dipindah ke Monas

Dengan begitu, menurutnya, akan membuat Aksi Bela Islam III lebih tegas dan aparat keamanan tak akan berani macam-macam dengan rakyat.

"Saya ada ide 1 juta bambu runcing. Sayangnya, saya itu ikut dalam Pilkada. Jadi nggak bisa jadi panglima bambu runcing. Saya akan di depan, tawarkan kepada Kapolri atau siapa saja, silakan berhadapan dengan saya," demikian Dhani.

Di sisi lain, Ketua DPR RI Ade Komarudin, tak mau menanggapi apakah Aksi Bela Islam III oleh Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) MUI, yang rencananya digelar pada 2 Desember mendatang. Ia mengaku bukan pada kapasitas untuk menyatakan apakah aksi tersebut perlu atau tidak.

Baca Juga: Hari Ini Dipanggil Komisi III Soal Tudingan Makar, Kapolri: Ada Kelompok Pendompleng

"Itu tanya ke yang membuat acara, jangan tanya saya," kata Ade.

Namun yang terpenting, kata dia, perbedaan aspirasi harus dikelola dengan baik dan taat hukum. Negara tidak boleh membendung katup aspirasi dari manapun, selama itu bermanfaat untuk bangsa.

"Harus diberikan jalan kepada semua pihak untuk mengikuti hukum, dalam kasus apapun. Kebetulan sekarang pada kasus ini, kita ingin memenuhi rasa keadilan, tolong jaga negeri ini persatuan dan kesatuannnya," ujar pria yang akrab disapa Akom ini.

Baca Juga: Antisipasi Aksi Bela Islam, 350 Petugas Gabungan di Tuban Disiagakan di Perbatasan Jatim-Jateng

Akom berpesan, agar semua pihak, baik itu Pimpinan DPR, Eksekutif, Kepolisian, dan TNI, sama -sama menghadapi persoalan ini dengan kepala dingin dan demokratis. Mereka harus melayani masyarakat dengan sikap mengayomi untuk mencari titik temu.

"Hindari terjebak mempromosikan konflik, tonjolkan titik damai, bukan ketegangan dan konflik. Keanekaragaman dan perbedaan dibiarkan tumbuh dan dikelola dengan baik untuk menjadi kekuatan bangsa ini," ucap Politikus Golkar tersebut. (rmol/tic/mer/lan)

Sumber: rmol.co/detik.com/merdeka.com

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Berita Terkait

BANGSAONLINE VIDEO