SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Unjukrasa yang dilakukan ratusan mahasiswa di kediaman Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendapat kritikan keras dari Partai Gerindra di Jawa Timur. Partai besutan Prabowo Subianto ini minta kepolisian mengusut tuntas pelaku unjukrasa yang dituding telah menghina mantan presiden tersebut.
Ketua DPD Partai Gerindra Jatim, Soepriyatno menegaskan pemimpin nasional tidak ada namanya mantan dan tetap harus dihormati. Apalagi hinggat saat ini SBY masih mendapat pengawalan dari Paspampres. Karenanya kalau kemudian rumah pribadi SBY diunjukrasa dan polisi lambat mengantisipasi ini sangat keterlaluan. Untuk itu pihaknya mendesak polisi tetap harus mengusut tuntas penggerak serta peserta aksi unjukrasa.
Baca Juga: Pascaputusan MK, PDIP Gresik Minta Bawaslu Tindak Pejabat dan TNI-Polri Tak Netral di Pilkada 2024
"Kami di parlemen akan mendesak Kapolri untuk mengusut tuntas pelaku dan penggerak unjukrasa. Kalau ini dibiarkan dikhawatirkan posisi presiden tidak ada harganya dan penghormatan di masyarakat," tegas pria yang juga Wakil Ketua Komisi XI DPR RI ini ketika dihubungi lewat telepon genggamnya, Selasa (7/2).
Ditambahkan orang dekat Prabowo Subianto ini, jika unjukrasa tidak dapat dilakukan di rumah pribadi presiden. Sebaliknya aksi ini seharusnya dilakukan di kantor DPP Partai Demokrat. Menariknya, justru mereka mengaku tahu jika di situ rumahnya SBY.
"Ini jelas pelecehan. Masa mereka tidak tahu di situ rumah kediaman Pak SBY," herannya.
Baca Juga: Umroh Pakai Hijab, DPR RI Minta Selebgram Transgender ini Ditangkap
Terpisah, politisi PDI Perjuangan, Adian Napitupulu membantah kalau dirinya adalah orang yang menggerakkan mahasiswa untuk mendemo rumah SBY seperti yang dituduhkan loyalis SBY. Menurut anggota DPR RI ini, mahasiswa adalah generasi muda intelektual. Mereka mampu berpikir dan bergerak sendiri.
"Karena itu, jangan pernah meremehkan mereka dengan menuding kegiatan mereka didalangi, ditunggangi dan sebagainya, apalagi menunggangi sebuah pertemuan besar yang diikuti sekitar 3.000 mahasiswa dari 500 kampus di 25 provinsi," ujarnya.
“Tidak ada yang sanggup (termasuk saya) untuk menggerakan kekuatan intelektual muda sebesar itu. Hanya keprihatinan, kebesaran jiwa dan hati nurani mahasiswa yang sanggup membuat mereka datang dari berbagai kota, membelah samudera dan melintasi gunung. Semangat yang sama dengan berbagai sejarah perubahan di seluruh belahan dunia yang dipelopori mahasiswa dan kaum muda,” tutur aktivis ’98 ini.
Baca Juga: Pj Wali Kota Kediri Sampaikan Bela Sungkawa Atas Wafatnya Agus Sunoto Imam Mahmudi
Adian melanjutkan, dari informasi yang ia dapatkan, tidak melihat ada yang salah dalam pertemuan mahasiswa maupun hasil pertemuannya sebagaimana ditulis dalam pernyataan sikap mereka yang tersebar luas melalui broadcast dan sosmed lainnya, yaitu: Menolak Isu SARA, meminta agar pelajaran Pancasila dilakukan di sekolah-sekolah, melawan organisasi yang ingin merubah Pancasila dan Pemberantasan Korupsi.
Adian menilai aneh jika ada mantan presiden yang marah dengan aksi yang didasari tuntutan itu. Harusnya semua mantan presiden, semua jenderal, semua aparatur negara serta seluruh masyarakat mendukung sikap mahasiswa yang bertekad mengawal keutuhan NKRI.
“Saran saya kalau mau komentar ya komentarlah tentang dugaan adanya makar, jangan komentari aksi yang justru ingin menjaga keutuhan NKRI dan menjaga Pancasila sebagai ideologi negara,” pungkas mantan demonstran tersebut. (mdr/rev)
Baca Juga: Kerahkan Timnya, BHS Yakin Subandi-Mimik Raih 70 Persen
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News