SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Kebanyakan orang masih banyak yang belum memahami betul bahaya resistensi antibiotik. Padahal, penggunaan obat antibiotik yang terlalu banyak dapat mengakibatkan seseorang menjadi kebal terhadap suatu penyakit.
“Orang yang sudah resisten terhadap antibiotik, bakteri baik yang harusnya melawan bakteri jahat sudah tidak mampu lagi melawan,” ungkap Ketua Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Hari Paraton,Sp.OG( K) dalam kegiatan Pfizer Press Circle (PPC) dengan topik “Kendalikan Penggunaan Antibiotik untuk Mencegah Resistensi Antimikroba”, di Surabaya, Sabtu (11/02/2017).
Baca Juga: Peserta JKN di Ngasem Kediri Tunjukkan Kiat Sehat dengan Olahraga
Lebih lanjut, kata dr. Hari, tidak semua penyakit infeksi perlu ditangani dengan memberi antibiotik, penggunaan antibiotik semata hanya untuk mengobati penyakit yang disebabkan infeksi bakteri.
“Penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan tidak sesuai Indikasi, jenis, dosis dan lamanya, serta kurangnya kepatuhan penggunaan antibiotik merupakan penyebab timbulnya resistensi. Selain itu, penyebab banyaknya kasus resistensi antibiotik dipicu pula mudahnya masyarakat membeli antibiotik tanpa resesp dokter di apotek, kios atau warung,” jelasnya.
Dokter Hari menjelaskan, seharusnya, antibiotik tidak dijual bebas dan harus berdasarkan resep dokter. Menyimpan antibiotik cadangan di rumah, memberi antibiotik kepada keluarga, tetangga atau teman merupakan kebiasaan yang banyak dijumpai di masyarakat. “Ini dapat mendorong terjadinya resistensi antibiotic,” ungkapnya.
Baca Juga: Terbantu Kacamata Gratis, Didik Warga Kota Kediri Puas dengan Layanan JKN
Di tempat yang sama, Dokter Spesialis Konsultan Penyakit Tropis dan Infeksi yang juga sebagai Kepala Divisi Penyakit Tropis dan Infeksi, Departemen Penyakit Dalam, RSUD dr. Soetomo – Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. dr. Usman Hadi, PhD., Sp.PD-KPTI mengatakan, antibiotik merupakan obat yang paling banyak digunakan pada infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik telah memiliki peran penting pada dunia kedokteran, karena telah menyembuhkan banyak kasus infeksi, namun intensitas penggunaan antibiotik yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotik. Selain berdampak pada morbiditas dan mortalitas, juga memberi dampak negatif terhadap ekonomi dan sosial yang sangat tinggi.
Bakteri resisten terjadi akibat penggunaan antibiotik yang tidak bijak dan penerapan kewaspadaan standar (standard precaution) yang tidak benar di fasilitas pelayanan kesehatan. Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotik digunakan secara tidak tepat antara lain untuk penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotik.
Lebih lanjut Prof. Dr. dr. Usman Hadi, MD., PhD., Sp.PD-KPTI menjelaskan, pada penelitian kualitas penggunaan antibiotik diberbagai rumah sakit di Indonesia ditemukan 30% - 80% tidak didasarkan pada indikasi dan dan berdasarkan data penelitian WHO dan KPRA/PPRA tahun 2013 di 6 Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia diidentifikasi bakteri penghasil ESBL (Extended-Spectrum Beta-Lactamase) 40-50% resisten terhadap golongan Cephalosporin generasi 3 dan 4.
Baca Juga: Ingin Melahirkan Normal Tanpa Rasa Sakit? RSU Kusuma Pamekasan Perkenalkan Metode ILA WELA
Memang pada awalnya resistensi terjadi ditingkat rumah sakit, tetapi lambat laun juga berkembang di lingkungan masyarakat, khususnya Streptococcus pneumoniae (SP), Staphylococcus aureus, dan Escherichia coli.
Maka melihat kondisi tersebut, dr. Usman memberikan tips bagaimana mencegah munculnya kuman yang kebal terhadap antibiotik yakni dengan menggunakan antibiotik secara bijak dan kita cegah penyebarannya dengan rajin mencuci tangan.
Public Affairs & Communication Director PT Pfizer Indonesia, Widyaretna Buenastuti menambahkan, melalui visi untuk memimpin melalui inovasi untuk Indonesia yang lebih sehat, Pfizer berkomitmen menjalankan segala kegiatan operasionalnya demi masyarakat Indonesia yang sehat. Untuk itu, Pfizer ikut peduli dan mendukung kampanye pengendalian penggunaan antibiotik yaitu dengan mengadakan kegiatan Pfizer Press Circle (PPC) dengan topik resistensi antibiotik.(adv/mid)
Baca Juga: Anti Belang, ini Tips Memilih Sunscreen untuk Kulit Sensitif
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News