PENGAMAT politik Adi Priyanto dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, mengatakan kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud ke Indonesia, Selasa, 28 Februari 2017, tentunya secara politik memiliki dampak sertaannya.
"Kunjungan Raja Salman memiliki dampak politik yang cukup positif terhadap Presiden Joko Widodo," katanya seperti dilansir Tempo.co, kemarin (26/2).
Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport
Menurutnya, bisa dikatakan, kunjungan ini adalah anugerah tak terhingga bagi Pemerintah Joko Widodo untuk membuka peluang invetasi di berbagai sektor strategis, terutama infrastruktur.
"Bak dapat durian runtuh yang jatuh di siang bolong," ujarnya, tertawa. Mengingat Indonesia merupakan salah satu negara berpenduduk muslim terbesar di dunia.
Apalagi, kunjungan Raja Salman beserta 1.500 rombongannya ini, dilakukan setelah 47 tahun Raja Arab Saudi tak pernah datang ke Indonesia. "Padahal, Presiden Indonesia pasca-reformasi mulai dari Gus Dur hingga Jokowi hilir mudik berkunjung ke Arab Saudi. Jelas ini menjadi peluang yang baik buat Jokowi," katanya. Tentu, menjadi catatan politik tersendiri dalam sejarah hubungan Indonesia-Arab Saudi.
Baca Juga: Fungsi Kalkulator Forex Lanjutan: Melampaui Perhitungan Dasar
Kunjungan Raja Arab ini merupakan momen penting untuk memperkuat hubungan diplomasi antar-kedua negara di sejumlah sektor strategis. Menurut Adi, Meski Indonesia dan Arab Saudi memiliki kesamaan agama, namun hubungan bilateral kedua negara tak semesra yang dibayangkan banyak pihak.
"Indonesia tak pernah menjadi mitra strategis Arab Saudi dalam banyak isu strategis seperti politik, ekonomi dan hukum. Isu yang paling dominan hanya terkait dengan kuota haji dan tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi," katanya.
Adi menegaskan, momentum ini harusnya bisa dimanfaatkan Indonesia untuk mengurangi hegemoni Barat dalam kebijakan politik luar negeri Arab Saudi. Menurutnya, saat ini Arab Saudi sedang berada dalam dilema, kini ada upaya menjadikan Asia, melalui Indonesia, sebagai mitra alternatif.
Baca Juga: Freeport Dukung Transformasi Era Society 5.0 di 36 Sekolah
Sementara Ketua Komisi I DPR Abdul Kharis Almasyhari menuturkan, kunjungan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud pada 1 hingga 9 Maret 2017 sangat kental dengan warna investasi.
Indonesia, kata dia, harus mampu memanfaatkan peluang dari kunjungan tersebut untuk menggerakkan roda perekonomian Tanah Air.
"Ini tantangan bagi Indonesia apakah kita mampu memanfaatkan peluang investasi ini sekaligus memberikan stimulus bagi ekonomi nasional kita," ujar Abdul Kharis dikutip dari Kompas.com.
Baca Juga: Sukses PT. Nathin dan PT. Khinco Gelar Tour Eskludif Manufaktur Maklon Herbal dan Kosmetik
Terlebih lagi, kunjungan Raja Salman terbilang spektakuler karena membawa serta rombongan yang jumlahnya mencapai 1.500 orang.
Tujuan investasi Arab Saudi dianggap membawa keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Sebab, Arab Saudi melakukan investasi murni, jarang mensyaratkan penyertaan tenaga kerja dari negara itu sendiri.
"Ini investasi murni yang sangat menguntungkan daripada negara-negara yang menginvestasikan tetapi dengan catatan tenaga kerja harus dari sana," ucap politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.
Baca Juga: Peran Pinjaman Kelompok Amartha untuk Perkembangan UMKM di Indonesia
Terlepas dari keuntungan di bidang investasi, kedatangan Raja Salman juga diharapkan mampu memperbaiki kondisi tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, dengan sejumlah permasalahan, seperti pemerkosaan, kekerasan, dan penganiayaan terhadap TKI bisa diminimalisasi.
Namun, di sisi lain, Indonesia juga diimbau mengirimkan TKI dengan kemampuan yang terbaik dan terdidik sehingga saat bekerja tidak menjadi masalah di negeri sana.
"Dengan menguatnya hubungan bilateral ini, kami berharap TKI di Arab Saudi bisa mendapatkan perlindungan yang lebih baik," kata Abdul Kharis.
Baca Juga: SIG Pamerkan Aplikasi Semen Hijau dan Solusi Beton Berkelanjutan di IKN
Di sisi lain, pengelola Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai mengatakan satu pesawat yang khusus mengangkut perbekalan Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud sudah tiba di Bali.
"Sejak empat hari lalu logistik sudah tiba," kata General Manager Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali Yanus Suprayogi di hanggar Bandara I Gusti Ngurah Rai di kawasan Tuban Kuta, Badung, Minggu.
Yanus mengatakan dia tidak bisa mengungkap perbekalan raja yang dibawa langsung Arab Saudi karena dia tidak berwenang menyampaikan rincian informasi mengenai itu.
Baca Juga: Bosa Jasa: Solusi Urus Izin Usaha Mudah dari Rumah Saja
Ia menjelaskan pula bahwa Raja Salman dijadwalkan mendarat di Bandara I Gusti Ngurah Rai pada 6 Maret dan saat ini tim pendukung khusus dari Kerajaan Arab Saudi sudah berada di Bali.
Menurut Yanus, Kerajaan Arab Saudi tidak menyampaikan permintaan khusus terkait kedatangan sang raja di Bali.
Pengelola bandara, ia melanjutkan, hanya akan melakukan penyesuaian berdasarkan prosedur penyambutan kedatangan kepala negara di bandara.
Baca Juga: SKK Migas Gelar Pre IOG SCM & NCB Summit 2024, ini yang Dibahas
"Kami sudah 100 persen siap menyambut kedatangan Raja Arab Saudi di Bali," katanya.
Raja Salman dijadwalkan melakukan kunjungan kenegaraan di Jakarta 1-3 Maret dan berlibur ke Bali mulai 4-9 Maret 2017.
Sementara kemarin, Raja Salman yang memulai tur Asia selama sebulan dimulai dari Malaysia kemarin (26/2).
Kunjungan itu adalah yang pertama dilakukan oleh seorang Raja Saudi ke Malaysia sejak lebih dari satu dekade lalu.
Raja Salman disambut Perdana Menteri Malaysia Najib Razak saat turun dari pesawat sebelum ikut dalam konvoi yang dijaga ketat untuk upacara kenegaraan di parlemen.
Dikabarkan Reuters bahwa Raja Salman yang membawa serta sekitar 600 delegasi kuat akan ikut membangun kerjasama pada perkembangan energi yang merupakan salah satu agenda utama.
Rencananya, perusahaan minyak negara Petroliam Nasional Bhd (Petronas) dan Saudi Aramco akan menandatangani perjanjian untuk berkolaborasi di kilang Malaysia dan proyek Petrochemical Integrated Development (RAPID).
Terakhir kali seorang Raja Saudi mengunjungi Malaysia adalah pada tahun 2006 ketika Raja Abdullah, saudara tiri dan pendahulunya Raja Salman.
"Investasi Arab Saudi di Malaysia diperkirakan akan menciptakan ribuan pekerja dan kami bangga bahwa perusahaan Malaysia telah dipilih untuk melaksanakan proyek-proyek di beberapa lokasi yang paling bergengsi di Arab Saudi," kata Najib. (tempo.co/kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News