SURABAYA, BANGSAONLINE.com - Tingginya harga daging sapi di Jawa Timur mengundang keprihatinan dari DPRD Jatim. Pihak parlemen pun mempertanyakan kinerja dari Dinas Peternakan Jatim yang dinilai tak mampu mengendalikan harga daging di Jatim. Padahal, daging menjadi salah satu kebutuhan masyarakat dan penting untuk meningkatkan gizi anak-anak.
Anggota Komisi B DPRD Jatim, Pranaya Yudha Mahardhika mengatakan kenaikan harga daging di Jatim merupakan permasalahan klasik yang selama ini dihadapi oleh Dinas Peternakan Jatim. Masalah ini terus berulang dari tahun ke tahun.
Baca Juga: Dampingi Presiden Cek Harga di Pasar, Pj. Gubernur Jatim Pastikan Harga Bapok Terkendali
”Dari dulu masalah ini selalu timbul dan menjadi langganan dari dinas tersebut. Seharusnya mereka punya upaya agar masalah ini tidak menjadi masalah bulanan atau tahunan,” kritik politisi asal Partai Golkar, Kamis (27/4).
Anggota Dewan Jatim asal daerah pemilihan III yang meliputi Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso dan Situbondo itu mengatakan, dirinya selama ini tak melihat ada upaya sungguh-sungguh dilakukan oleh Dinas Peternakan Jatim untuk mengatasi kenaikan harga daging di Jatim.
”Dinas Peternakan Jatim saya lihat kurang visioner. Mestinya mereka memiliki solusi jangka pendek maupun jangka panjang untuk mengatasi kenaikan harga daging di Jatim,” tandas putra politisi senior Golkar, Eddy Embun ini.
Baca Juga: Mampir ke Pusat Oleh-Oleh Bu Rudy, Khofifah Kagum dan Ajak Masyarkat Beli Produk UMKM Jatim
Politisi muda Partai Golkar yang akrab disapa Yudha ini mengungkapkan, pihaknya berharap adanya evaluasi kinerja dari Dinas Peternakan Jatim yang sampai saat ini belum menunjukkan kinerja yang memuaskan, terlebih dalam mengendalikan kenaikan harga daging.
”Sudah saatnya mereka mengevaluasi kinerjanya untuk pengendalian harga daging. Sudah waktunya mereka ini bergandengan dengan berbagai pihak semisal BUMD untuk merealisasi pembentukan BUMD peternakan,” jelasnya.
Pranaya mengatakan selama ini pihak Dinas Peternakan Jatim mengklaim bahwa stok ternak potong di Jatim selalu surplus. Namun, faktanya yang mereka klaim itu kebanyakan punya rakyat dengan sistem rojokoyo.
Baca Juga: Pj. Gubernur Jatim Bahas Peluang Kerja Sama dan Ajakan World Trade Conference dari Dubes Peru
Harusnya, lanjut Yudha, hitungan stok itu diambil dari data di pasar hewan, jagal dan perusahaan-perusahaan peternakan. Sebab, mereka inilah yang tahu kondisi ternak di Jatim.
“Disnak harusnya turun dan melihat langsung kondisi ternak sehingga kebutuhan daging di Jatim bisa diketahui dan tentunya bisa mengontrolnya,” urai Yudha.
Sekadar diketahui, harga daging sapi di Jatim mulai menunjukkan kenaikan. Contohnya harga daging sapi di pasar Larangan Sidoarjo yang pekan lalu menunjukkan harga sekitar Rp 95 ribu per kg. Ternyata ada kenaikan sebesar Rp 5000 ribu dengan menjadi Rp 100 ribu. Kenaikkan harga itu diprediksi akan terus meroket hingga mendekati hari raya Idul Fitri. (mdr/rev)
Baca Juga: Pj Gubernur Adhy Optimis Kerja Sama Bank Jatim dan Banten Saling Menguntungkan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News