BANGKALAN, BANGSAONLINE.com - To' Oto' adalah tradisi arisan di Suku Madura. Dalam tradisi ini para tamu undangan akan duduk lesehan dan mendengarkan musik serta diberi cemilan kacang sangrai.
To' Oto' sudah menjadi kebiasaan jika sebuah komunitas berkumpul lebih dari 100 orang. To’ Oto’ berasal dari bahasa tok-kotok yang artinya bisik-bisik untuk berkumpul semacam arisan, yang jumlah uangnya tergantung pada anggota.
Baca Juga: Upacara Harjad ke-494 Kabupaten Pamekasan Hadirkan Ratusan Penari Topeng Getak dan Ronggeng
Dalam perkumpulan ini, para hadirin menaruh uang dengan jumlah tertentu yang dicatat sebagai hutang piutang oleh si penaruh tadi dan dicatat juga oleh si penerima uang tersebut.
Dalam hal pengembalian, kadang-kadang dikembalikan sejumlah si penaruh tadi. Namun terkadang dilebihi sebagai piutang untuk dapat ditarik lagi kelak dalam gilirannya. Namun rata-rata pengembalian berjumlah dua kali lipatnya, hal ini dimaksudkan sebagai bentuk gotong-royong yang bisa membantu si penerima untuk buka usaha baru, membangun rumah atau menambah modal berdagangnya.
Acara To’ Oto’ ini selain berfungsi untuk mempererat silaturahmi sesama kerabat, juga bisa untuk bergotong royong membantu permodalan bagi anggotanya yang masih pemula dan saling memberi informasi bisnis di setiap pertemuannya.
Baca Juga: Pertama Kali di Pamekasan, Gebyar Musik Daul se-Pulau Madura
Tradisi To’ Oto’ merupakan kegiatan ajang bergengsi di kalangan Etnis Madura. Peserta To' Oto' ini biasanya kerabat yang memiliki hubungan darah dengan orang lain, baik dari keturunan bapak maupun ibu. Orang yang mengadakan To’ Oto’ ini biasanya tidak perlu memiliki acara terlebih dahulu. Pada umunya acara To’ Oto’ ini dilaksanakan hanya semalaman saja hingga pukul 23.00 WIB.
Masyarakat yang ingin mengadakan acara To’ Oto’ ini hanya perlu membuka terop, menyediakan tempat duduk berupa lesehan dan menyiapkan camilan berupa kacang sangar dan aqua. Sedangkan di paling depan sendiri akan ada penjaga dengan buku di atas meja. Gunanya, si penjaga buku tersebut sebagai pencatat dari undangan yang akan membayar uang. Pencatat harus mencatat nama tamu, jumlah uang yang diberikan dan alamat tamu tersebut. Buku ini nantinya akan diberikan kepada si pembuat acara To’ Oto’ untuk dihitung dan disimpan.
Tamu yang hadir biasanya rata-rata para orang yang memiliki gengsi besar bahkan ada sebutan orang blater dalam acara To’ Oto’ ini. Blater merupakan sebutan untuk masyarakat Madura yang pada intinya adalah sesepuh masyarakat sekitar. Tidak semua orang bisa disebut blater, hanya orang-orang tertentu yang bisa dijuluki dengan kata blater. Penobatan ini bisa karena kewibawaannya, bisa juga karna keberaniannya.
Baca Juga: Puncak Dies Natalis, FIP UTM Targetkan Sekolah Musik di Madura
Rata-rata para tamu yang mengikuti acara To’ Oto’ ini adalah orang blater. Orang yang memiliki kewibawaan tinggi dan rela mengeluarkan uangnya. Dalam semalam, acara To’ Oto’ ini bisa menghasilkan uang Rp 50 - 95 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News