TUBAN, BANGSAONLINE.com - Berdirinya industri raksasa di sebuah wilayah ternyata bukan jaminan untuk masyarakat lingkungan sekitar yang berharap perekonomiannya membaik. Sebagian di antara mereka memang ada yang beruntung bisa menjadi pegawai, namun juga ada yang 'buntung', lantaran tak menerima manfaat apapun dari industrialisasi sebuah wilayah.
Hal ini seperti yang terjadi di Desa Pongpongan, Kecamatan Merakurak. Meski Desa ini masuk lingkungan yang dekat dengan pabrik PT Semen Gresik (SG), namun nyatanya kemiskinannya masih tinggi.
Baca Juga: Bangun Ekosistem Berbasis Sinergi, Langkah SIG Dukung Proyek IKN
Dalam sebuah kesempatan, BANGSAONLINE.com sempat menyambangi mereka yang kurang beruntung dan terpinggirkan ini, yakni masyarakat yang hidupnya bergantung di lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) milik PT Semen Gresik.
Salah satunya adalah Lamisah (48). Wanita asal Desa Pongpongan ini curhat tentang aktivitasnya sebagai pemungut sampah. “Ya beginilah. Ini cara kami menyambung hidup, ini bukan terpaksa, tapi pekerjaan. Mau apalagi, mau menjadi buruh tani, tanah mana yang dikerjakan, hidup mati ya di sini, mungut sampah yang kemudian dijual,” ujar janda yang ditinggal mati oleh suaminya itu.
“Kenyataan memang tidak bisa dipungkiri, banyak cerita perih yang kami kerjakan ini,” katanya.
Baca Juga: Perkuat Kemitraan dengan Pelanggan, SIG Gelar Retailer Gathering
Dikonfirmasi terkait hal ini, Siswanto selaku Kasi Bina Lingkungan PT Semen Gresik berjanji akan memberdayakan warga yang sehari-harinya bekerja sebagai pemungut sampah tersebut. “Kami sedang menyiapkan progress untuk petani greenbelt, ke depan diharapkan para pemungut sampah ini akan kita berdayakan untuk penyiapan pembibitan, jadi bisa bersinergi dan semua kita pikirkan,” cetus Siswanto. (tb1/rev)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News