Mimpi adalah Kunci
Untuk Kita Menaklukkan Dunia
Baca Juga: EMCL Sukses Lakukan Pengapalan ke 1.000 Minyak Mentah Blok Cepu untuk Indonesia
Berlarilah, Tanpa Lelah Sampai Engkau Meraihnya
INI penggalan syair sound track film fenomenal Lasykar Pelangi disutradarai Riri Riza, yang dinyanyikan Nidji. Bukan sekadar syair, tapi menjadi ruh dari semangat anak bangsa yang hidup dalam serba keterbatasan, untuk bisa berprestasi.
Mimpi!
Baca Juga: Difasilitasi EMCL, Nelayan di Tuban-Lamongan Berlomba Buat Sambal dan Olahan Hasil Laut
Yah, semangat ini pula yang melatarbelakangi Muhammad Roqib untuk membangun komunitas Kampung Sinau, tahun 2011, atau 6 tahun setelah terbitnya novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, dan 3 tahun setelah film dengan judul serupa dirilis.
“Saya dan beberapa teman mendirikan Kampung Sinau tahun 2011, secara mandiri. Kami ingin membangun mimpi bagi generasi bangsa. Dan kami pun mempunyai mimpi, untuk membesarkan komunitas kami,” kata Roqib, di sela mengajar anak-anak.
Tempat belajar anak-anak adalah di rumah Roqib, di mana lokasinya di tengah permukiman, juga berada di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo. Jarak dengan sungai terpanjang di Pulau Jawa itu hanya sekitar 300 meter. Yaitu di Dusun Korgan RT 03 RW 05, Desa Purwosari, Kecamatan Purwosari, Kabupaten Bojonegoro.
Baca Juga: SKK Migas Jabanusa Bersama KKKS Gelar Lokakarya Media III: Sinergi Menuju Ketahanan Energi Nasional
Dia mendirikan perpustkaan dan menyediakan buku bacaan bagi anak-anak dan masyarakat di tepi sungai itu. Untuk pengadaan buku misalnya, ia dan teman-temannya urunan. Begitu pula untuk perpustakaan dan tempat belajar, dia sediakan sukarela. Seiring berjalannya waktu, kata dia, komunitas dilembagakan dalam bentuk Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro (YKIB).
"Kami berusaha mandiri. Kami tidak mau meminta-minta untuk mendidik anak-anak ini. Kami selalu mengajarkan kepada anak-anak agar supaya punya mental mandiri, jangan tergantung kepada orang lain. Kami membangun mimpi, dan harus meraihnya," ujarnya.
"Awalnya dulu hanya ada beberapa siswa yang belajar di sini. Kami terus membangun mimpi untuk membesarkan lembaga ini. Hingga akhirnya, kini ada 180 siswa yang belajar. Kalau ditotal sudah ada 400-an anak yang belajar di Rumah Belajar Kampung Ilmu ini," urai dia. "Rumah Belajar ini ada untuk mendidik anak-anak agar mereka berani menghadirkan mimpi. Meski mereka dari keluarga kurang mampu, tinggal di desa, tetapi mereka harus berani meraih cita-cita. Saya yakin dengan pendidikan yang baik, mereka kelak akan bisa keluar dari jerat kemiskinan. Pendidikan bisa memutus mata rantai kemiskinan," ujar Roqib yakin.
Baca Juga: SKK Migas Apresiasi Program Penghijauan FSO Gagak Rimang
Ini adalah mimpi besar, dan perlahan namun pasti, dilaksanakan dengan kesungguhan hati, dan dukungan. Apalagi, sebagian besar siswa yang belajar di tempat ini merupakan anak-anak dari keluarga miskin yang tinggal di daerah bantaran Sungai Bengawan Solo, tinggal di kawasan industri migas Banyu Urip Blok Cepu, Kecamatan Gayam, serta anak yatim dan yatim piatu lainnya di Kecamatan Purwosari.
Dengan jumlah sebesar 400 siswa itu, anak-anak yang terdiri dari tingkat pendidikan SD hingga SMA ini, belajar di berbagai lokasi. Selain belajra di berbagai ruang di ‘markas’ Rumah Belajar yang sederhana, siswa juga belajar di teras-teras warga. Ini membuktikan, dukungan warga kepada aktivitas Rumah Belajar sangat besar. Yah! Seakan semua sepakat untuk memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan.
Mimpi mulai menapaki tangga kenyataan, di saat lembaga ini dilirik dan diajak kerjasama oleh sejumlah perusahaan, di antaranya adalah ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Perusahaan ini mengajak kerja sama dalam bidang pendidikan.
Baca Juga: Puluhan Wartawan Bojonegoro dan Tuban Explore Lapangan Minyak Banyu Urip
Maklum, karena Purwosari merupakan ring 2 wilayah operasi ExxonMobil Cepu di Bojonegoro. Sehingga perusahaan asal Amerika Serikat itu melakukan kerja sama dengan YKIB, misalnya program belajar energi migas, program peningkatan kualitas pendidikan, dan program cerdas cermat untuk anak sekolah.
"Kerja sama itu selain memberi kontribusi positif untuk dunia pendidikan di sekitar wilayah Blok Cepu, juga secara tidak langsung meningkatkan kapasitas penggerak di Kampung Ilmu. Ya kami saling membutuhkan," ujarnya.
Kini, kata dia, orang tua yang mempercayakan dan menitipkan anaknya untuk belajar di Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro terus bertambah. Bukan hanya dari wilayah Purwosari saja melainkan juga dari Kecamatan Gayam, Padangan, Tambakrejo. "Apa yang kami perjuangkan disambut positif oleh warga. Dukungan dari warga ini semakin membuat kita semangat untuk mendidik anak-anak agar mereka kelak bisa mandiri dan meraih cita-citanya," ucapnya.
Baca Juga: ExxonMobil Cepu Limited Borong 4 Penghargaan dari Kemendes PDTT
Tentunya, siswa yang kian bertambah, menjadikan kebutuhan tenaga pengajar pun meningkat tajam. Awalnya hanya ada tiga pengajar yakni Frensi Agustina, Muhammad Roqib, dan Min Qurin Amalia. Namun kini pengajarnya bertambah menjadi 12 orang.
Mereka semua lulusan sarjana dan bahkan ada yang lulusan pasca sarjana Unibraw Malang, Unesa Surabaya, ITS Surabaya, dan IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. "Jadi pengajar di sini mereka mengabdi, mendidik anak-anak di daerah pinggiran ini agar cerdas dan meraih mimpinya. Itulah cita-cita kami bersama, dan mimpi kami bersama," tandasnya.
Anak-anak yang belajar di Rumah Belajar YKIB ini juga merasa nyaman dan terasa belajar di rumah sendiri. Putri Aulia, siswa kelas 6 dari Desa Mojodelik, Kecamatan Gayam, misalnya setiap hari belajar di sini. Meski dengan keterbatasan sebagai anak yatim, dia justeru semangat menuntut ilmu di kampung ilmu YKIB. "Belajar di sini sangat nyaman dan menyenangkan. Guru-gurunya sangat bersahabat dan materi yang diajarkan sangat sesuai dengan kebutuhan saya. Meski terkadang sangat ramai, tapi saya bisa menikmati belajar di tempat ini," ujar Putri Aulia.
Baca Juga: Dorong Petani Mandiri, EMCL Adakan Program Sekolah Lapang Pertanian
Setiap hari, Putri sapaan karibnya, diantarkan ibunya untuk belajar di Rumah Belajar YKIB ini. Meski terkadang hujan deras, ia tetap meminta diantarkan untuk belajar di tempat ini.
Maklum, karena proses belajar-mengajar di YKIB ini pada sore hari. Tepatnya mulai pukul 14.00 WIB sampai dengan pukul 19.00 WIB. Ratusan murid YKIB ini selain mendapat ilmu pengetahuan umum juga mendapat ilmu pengetahuan agama, mulai Alquran, kitab hingga salat jamaah Magrib dan Isya secara bersama.
Dengan semangat yang sejalan dengan slogan ExxonMobil, "Taking on the world's toughest energy challenges."Adalah sebuah mimpi besar, dengan berani mengambil tantangan terberat di dunia. Pun demikian dengan Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro. Awalnya hanya kegiatan belajar di satu dusun bantaran kali, Kecamatan Purwosari, kini dipercaya warga di Kecamatan Gayam, Padangan, Tambakrejo, untuk menitipkan anaknya belajar di YKIB.
Baca Juga: UGM dan EMCL Wadahi Pelaku UMKM Bojonegoro-Tuban Pasarkan Produk via Digital
Bukan tak mungkin, YKIB dipercaya warga se-Bojonegoro.
Ambil tantangan terbesarmu!
Kejar Mimpimu! (eky nurhadi)
Pulang sekolah, anak-anak memilih menghabiskan waktu di Yayasan Kampung Ilmu Bojonegoro. Mereka belajar dan bermain, sampai-sampai bergulingan di bawah kursi panjang. Ini adalah rumah ke dua bagi mereka. foto: eky nurhadi/BANGSAONLINE
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News