JOMBANG, BANGSAONLINE.com - Pesantren di tanah air kini getol mengembangkan sayap bisnis yang berorientasi ekonomi keumatan. Tak ingin sekadar di bisnis perdagangan, pesantren juga akan merambah dunia industri.
Hal itu menjadi pembahasan dalam Halaqoh Nasional Pengasuh Pesantren dengan tema "Urgensi Keuangan Syariah untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat" yang digelar di Aula Bachir Ahmad Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Jombang, Minggu (1/7).
Baca Juga: Penjualan Kendaraan Listrik Melonjak pada bulan November, Tiongkok Jaga Momentum
Acara ini juga dihadiri Ketua Umum MUI Ma'ruf Amin, Pakar Hukum Tata Negara Mahfud MD, Dirut PT Pegadaian (Persero) Sunarso, serta Ketua Majelis Pembina MP3I yang juga Pengasuh PP Tebuireng KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah.
Gus Sholah mengatakan, perekonomian di Indonesia masih dikuasai oleh pihak-pihak tertentu. Nampak dari perputaran uang di tanah air, sekitar 70% berada di ibu kota Jakarta.
"Kalau ada 100 pengusaha besar, yang Islam mungkin hanya 10. Ini yang harus kita atasi. Karena Islam mengajarkan uang tidak berputar di satu kelompok, juga tak sesuai sila ke lima, keadilan sosial," kata Gus Sholah, Minggu (1/7/2018).
Baca Juga: Ayo Simak! Berikut Beberapa Jenis Barang dan Jasa yang Bebas dari PPN!
Adik kandung Presiden ke 4 RI KH Abdrurrahman Wahid atau Gus Dur ini menjelaskan, pesantren yang dinilai mempunyai potensi mengembangkan ekonomi keumatan, sejauh ini baru menyentuh bisnis perdagangan. Menurut dia, belum banyak yang merambah dunia industri.
Bahkan sejumlah forum yang sudah dibuat, belum mampu menjadikan pesantren menjadi prosdusen bagi produk tertentu. Sebut saja Forum Peduli Bangsa, Majelis Permusyawaratan Pengasuh Pesantren Indonesia (MP3I), dan Yayasan Pengembangan Pondok Pesantren Indonesia (YP3I).
"Kami di Tebuireng paling bisa memanfaatkan potensi pasar di sekitar pesantren. Misalnya konveksi seragam santri, warung peziarah, tempat parkir, kios. Belum sampai ke situ, masih jauh," ungkapnya.
Baca Juga: Pesantren di Lereng Gunung, 624 Santrinya Lolos PTN dan di 11 Perguruan Tinggi AS, Eropa dan Timteng
Kendati begitu, tambah Gus Sholah, pihaknya akan terus mendorong pesantren lainnya untuk mengembangkan ekonomi yang memberdayakan umat. Di Kabupaten Jombang saja, dia mengajak sekitar 40 pesantren untuk membangun koperasi yang melayani kebutuhan di setiap pesantren.
"Tidak mudah mencari orang-orang yang mau terjun ke dunia usaha, itu masalah utama kami," terangnya
Sementara Mahfud MD menuturkan, selain membangun kesadaran umat untuk berwirausaha, peningkatan profesionalisme perbankan syariah juga penting.
Baca Juga: Komitmen Wujudkan Hilirisasi Dalam Negeri, Antam Borong 30 Ton Emas Batangan Freeport
"Yang penting sekarang lembaga-lembaga ekonomi perbankan syariah itu diperkuat profesionalismenya. Supaya masyarakat percaya," tandasnya.
Acara Halaqoh Nasioal pengasuh pesantren ini juga diselingi pendandatangan kerja sama antara MP3I dengan beberapa pihak. Antara lain dengan PT Pegadaian, MUI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), serta UIN Sunan Ampel. (ony/ian)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News